Hingga tiba masanya sang rembulan bulat se-bulat-bulatnya. Dimana keindahannya sangatlah menawan. Ia sangat Bahagia sembari tersenyum-senyum mengobrol dengannya.
Namun, seketika awan hitam bergerumun menutupi bulan nan indah. Turunlah hujan deras yang mengguyur. Ia sedih dan berpikir apakah bulan sedang bersedih?.
Dengan bahasa yang dibuatnya sendiri ia pun berusaha menghibur sang bulan agar tidak bersedih dan Kembali tersenyum mempesona. Kiranya bulan menangis.
Dia terus menghibur sang bulan. Namun hujan makin terus mengguyur. Berpikir bahwa sang bulan sedih yang berketerusan.
Tetesan air masuk melalui jendela membasahi sang gadis. Terpaksa mereka harus berpisah. Gadis itu menutup jendela sembari mengucap “sampai jumpa rembulanku”.
Setelah tidur lelap. Tanpa disadari ia demam tinggi. Tapi yang diingat Ketika bangun hanyalah sang rembulan.
Siang pun tiba. Ia keluar sembari mencari sang rembulan. Terlihatlah rembulan dilangit nan cerah. Berbicaralah dia dengan sang rembulan. Gadis itu Bahagia dengan hadirnya teman bahkan sahabat di setiap harinya.
-Selesai-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H