Mohon tunggu...
muhammadjafar maulana
muhammadjafar maulana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Muhammad Jafar Maulana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Leisure untuk Kesehatan Raga, Jiwa, dan Pikiran

27 Maret 2023   17:28 Diperbarui: 27 Maret 2023   17:41 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Leisure bukan sekedar pleasure. Leisure bukan juga waktu luang tanpa gerak raga, jiwa, dan pikiran. Para ahli sejatinya pun memperdebatkan pemaknaan istilah ini. Pemaknaan yang luas jadi tak dapat menunjukkan karakteristik khasnya. Pemaknaan yang sempit tak dapat mewadahi fenomena nyatanya. Bagaimana anda sendiri memaknainya?

Apakah membaca buku novel atau komik di waktu senggang menjadi leisure bagi anda? atau menonton film? atau bahkan berolah raga atau memasak? Mungkin saja mengikuti kegiatan seminar atau kuliah, bahkan bekerja pun menjadi aktivitas leisure bagi anda. Mengapa? Para ahli berhasil mengidentifikasi beberapa dimensi dalam pengalaman leisure seseorang yang banyak di antaranya bukan kesenangan semata. Dimensi tersebut antara lain: self accomplishment; self actualization; self enrichment; self reinvention; dan juga re-creation. Berbagai kegiatan dapat menjadi suatu aktivitas leisure yang pleisurable ketika aspek-aspek tersebut dapat dirasakan.

Program studi Manajemen Resort & Leisure (MRL), Universitas Pendidikan Indonesia memiliki komitmen untuk mengembangkan kepariwisataan Indonesia yang berkelanjutan serta fokus mendaya-gunakan sumber daya-sumberdaya yang tersedia dengan pola terencana berbasis hasil penelitian dan kajian. Di tahun 2022 lalu, ketika kepariwisataan Indonesia mulai kembali menggeliat, Prodi MRL mengambil langkah awal untuk mewujudkan hasil kajian para mahasiswanya terkait aktivitas leisure dan juga perilaku wisatawan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Cipada, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Kegiatan pengabdian tersebut dilakukan dalam bentuk penyusunan paket wisata agro di Desa Cipada. Paket aktivitas leisure bagi wisatawan ini disusun dengan upaya mendaya-gunakan aspek-aspek sumber daya alam maupun manusia yang tersedia sekaligus menawarkan aspek self accomplishment; self actualization; self enrichment; self reinvention; dan juga re-creation bagi wisatawan.

Aktivitas yang ditawarkan dalam paket tersebut adalah:

* Kelas Memasak di Tepi Danau. Kelas memasak ini diadakan di tepi Situ Lembang Dano. Warga desa akan menjadi guru memasak yang mengajarkan wisatawan cara membuat kue tradisional Jawa Barat untuk kemudian dapat dicicipi bersamai sambil menikmati panorama danau.

* Bertani dan memanen hasil. Kegiatan ini adalah kegiatan berkebun seperti menanam sayuran, dan memberi pupuk di bawah bimbingan petani desa yang berpengalaman. Wisatawan juga bisa memanen sayur atau bunga sesuai musimnya untuk dikonsumsi langsung atau dibawa pulang.

* Makan Siang di Hutan Pinus. Kegiatan ini merupakan aktivitas relaksasi. Wisatawan akan disuguhkan kuliner khas Sunda dan menikmatinya di bawah naungan pohon pinus. Wisatawan juga bisa melakukan berbagai aktivitas relaksasi, serta berfoto dengan latar belakang perkebunan teh yang hijau.

* Pengalaman Teh & Kopi. Setelah istirahat dan makan siang wisatawan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati perkebunan teh dan kopi hingga tiba di pabrik penyangraian kopi. Selama perjalanan, wisatawan akan mendapat edukasi tentang pengolahan teh dan kopi serta melihat langsung bagaimana biji kopi diproses. Di akhir pengalaman, wisatawan dapat mencicipi Kopi Burangrang dan membelinya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Merancang kegiatan wisata tidak hanya sekedar memikirkan seperti apa bentuk kegiatan, perlengkapan dan fasilitas hanya berdasarkan penilaian kebutuhan dan preferensi wisatawan. Rancangan kegiatan wisata yang progresif membutuhkan pemahaman tentang tipologi wisatawan yang menjadi sasaran, serta pemahaman tentang manfaat dan pengalaman yang dicari wisatawan sebagai hasil dari keterlibatan mereka dalam kegiatan tersebut. 

Desain harus memberikan banyak manfaat bagi wisatawan sekaligus menciptakan rasa kenikmatan dan kepuasan. Memasukkan teori, penelitian, dan aplikasi akan memiliki implikasi yang signifikan untuk desain, terutama untuk pengalaman rekreasi yang dapat diberikan

Eksplorasi Potensi Wisata di Desa Cipada, Kabupaten Bandung Barat

 

Salah satu wilayah di Jawa Barat yang memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang kaya adalah Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten ini memiliki kawasan perkebunan, hutan, dan juga sumber mata air alami yang berpotensi menjadi atraksi wisata. Desa Cipada yang terletak di Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satunya. Desa dengan luas wilayah sekitar 253.266,26 Ha ini memiliki beragam potensi wisata seperti perkebunan teh dan kopi, sebuah danau alami seluas 300 hektar, air terjun, dan juga hutan pinus.

Letak Desa Cipada yang berada di ketinggian 1.006 mdpl menjadikan tanahnya subur sehingga pengembangan desa fokus pada pertanian, dan perkebunan. Namun kedekatannya dengan area Gunung Burangrang Selatan memungkinkan Desa Cipada berkembang ke arah wisata. Banyak potensi wisata yang masih dalam proses rintisan seperti Situ Lembang Dano, Bukit Senyum, Curug Tilu Pasarean, Wisata Adventure Burangrang (Lintasan sepeda gunung), serta Benteng peninggalan Belanda. Selain wisata alam, terdapat wisata buatan yang yaitu Kolam Renang Tirta Kahuripan.

Aksesibilitas menuju Desa Cipada tidak begitu sulit. Ada beberapa pilihan akses antara lain dari arah Cisarua, Lembang, Purwakarta dan Padalarang. Jalan menuju area wisata pun sudah bisa dilalui kendaran roda 4, namun belum bisa dilewati bis bermuatan besar. Meskipun belum ada angkutan umum yang beroperasi, tapi Desa Cipada sebenarnya sudah memiliki kereta angkutan wisata yang beroperasi sesuai kebutuhan.

Pengembangan Desa Cipada menjadi desa wisata diinisiasi oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang bekerja sama dengan Karang Taruna serta perangkat desa Cipada sendiri. Kelompok ini kemudian menjadi pelopor dan memotori Badan Usaha Milik Desa (BUMD) yang membawahi unit Pariwisata, Perkebunan dan Pertanian di Desa Cipada. Pembangunan desa wisata sejatinya tidak pernah bisa berjalan sendiri. Konsep Pentahelix yang melibatkan para akademisi menjadi signifikan kaitannya dengan hal ini.

Pokdarwis Desa Cipada dan Program studi Manajemen Resort & Leisure (MRL), Universitas Pendidikan Indonesia berkolaborasi untuk mengembangkan desa wisata berkelanjutan dengan pola terencana berbasis hasil penelitian dan kajian. Di tahun 2022 lalu, ketika kepariwisataan Indonesia mulai kembali menggeliat, Prodi MRL mengambil langkah awal untuk mewujudkan hasil kajian para mahasiswanya terkait dimensi pengalaman leisure dan juga perilaku wisatawan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Cipada, Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat.

Kegiatan pengabdian tersebut dilakukan dalam bentuk penyusunan paket wisata agro di Desa Cipada. Paket aktivitas leisure bagi wisatawan ini disusun dengan upaya mendaya-gunakan aspek-aspek sumber daya alam maupun manusia yang tersedia sekaligus menawarkan aspek self accomplishment; self actualization; self enrichment; self reinvention; dan juga re-creation bagi wisatawan.

Aktivitas yang ditawarkan dalam paket tersebut adalah:

* Kelas Memasak di Tepi Danau. Kelas memasak ini diadakan di tepi Situ Lembang Dano. Warga desa akan menjadi guru memasak yang mengajarkan wisatawan cara membuat kue tradisional Jawa Barat untuk kemudian dapat dicicipi bersamai sambil menikmati panorama danau.

* Bertani dan memanen hasil. Kegiatan ini adalah kegiatan berkebun seperti menanam sayuran, dan memberi pupuk di bawah bimbingan petani desa yang berpengalaman. Wisatawan juga bisa memanen sayur atau bunga sesuai musimnya untuk dikonsumsi langsung atau dibawa pulang.

* Makan Siang di Hutan Pinus. Kegiatan ini merupakan aktivitas relaksasi. Wisatawan akan disuguhkan kuliner khas Sunda dan menikmatinya di bawah naungan pohon pinus. Wisatawan juga bisa melakukan berbagai aktivitas relaksasi, serta berfoto dengan latar belakang perkebunan teh yang hijau.

* Pengalaman Teh & Kopi. Setelah istirahat dan makan siang wisatawan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki melewati perkebunan teh dan kopi hingga tiba di pabrik penyangraian kopi. Selama perjalanan, wisatawan akan mendapat edukasi tentang pengolahan teh dan kopi serta melihat langsung bagaimana biji kopi diproses. Di akhir pengalaman, wisatawan dapat mencicipi Kopi Burangrang dan membelinya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun