[caption id="attachment_127579" align="alignleft" width="300" caption="Sholat Ied di Parepare"][/caption] Perbedaan hari raya Idul Fitri kembali terjadi terjadi (lagi) di negerinya para wali ini. Sebagian umat muslim di Indonesia telah merayakan idul fitri hari ini. Secara "resmi" dirayakan esok hari. Ada yang melaksanakannya hari ini karena mengikuti Muhammadiyah ataupun mengikuti ru'yat global yang menganut pendapat bahwa bila disatu tempat dimanapun di dunia ini telah terlihat hilal 1 Syawal, maka berarti hari ini sudah Idul Fitri. Warga Muhammadiyah menentukan awal dan akhir Ramadhan dengan metode hisab (perhitungan). Hampir semua negara tetangga kita telah melaksanakan shalat Ied hari ini, namun pemerintah kita menetapkan 1 Syawal jatuh pada esok hari, 31 Agustus 2011. Tadi pagi saya sholat Ied di lapangan kota Pare-pare, Sulawesi Selatan. Lapangan penuh dipadati oleh jama'ah yang melakukan sholat Ied. Seolah hari ini adalah hari yang ditetapkan sebagai hari lebaran. Ada kawan saya yang setengah bergurau mengatakan "Kok, hari ini banyak yang mendadak jadi warga Muhammadiyah?" Entahlah, yang jelas suasana lebaran sudah begitu terasa. Bisa saja semua yang hadir adalah warga Muhammadiyah yang memang jumlahnya banyak, atau warga yang setuju dengan apa yang diputuskan Muhammadiyah, atau warga yang sudah tidak percaya lagi dengan apa yang diputuskan pemerintah, atau warga yang mengikuti sebagian besar umat muslim di seluruh dunia yang hari ini telah lebaran. Tapi mungkin ada juga yang ikut lebaran karena tidak mau lagi berpuasa hari ini :-). Sepulang sholat saya menyaksikan saluran televisi yang menayangkan sholat shubuh di Arab Saudi. Takbir yang menandakan bahwa hari ini adalah tanggal 1 Syawal telah berkumandang disana. Hilal1 Syawal telah terlihat di kota Riyadh dan 2 kota lainnya di Arab Saudi. Waktu Indonesia lebih awal 4-5 jam dari Arab Saudi. Jadi, kalau disana sudah 1 Syawal, maka seharusnya Indonesia sudah tanggal 1 Syawal lebih awal. Tanggal 1 Syawal adalah salah satu hari yang diharamkan untuk berpuasa. Apakah atas nama ta'at pada pemerintah, sebagian warga harus melakukan hal yang tidak diperbolehkan? Kejadian ini telah terjadi beberapa kali. Malaysia, Brunei, dan Indonesia memiliki satu waktu, tapi hari raya bisa berbeda. Apakah bulan yang terlihat di Malaysia berbeda dengan bulan yang dilihat di Indonesia? Makanya saya tidak heran bila hari ini banyak umat muslim yang "mendadak Muhammadiyah". Saya berharap pemerintah kedepan lebih "bijak" dalam menentukan awal adan akhir ramadhan. Jangan hanya karena mengikuti 'egoisme' suatu kelompok yang memang mayoritas di negeri ini terutama di elit ulama, warga "terpaksa" harus melakukan perbuatan yang terlarang dalam Islam yakni berpuasa pada hari yang tidak diperbolehkan berpuasa. Hilal telah dengan jelas terlihat di Jakarta dan Jepara dan saksi telah disumpah, tapi mengapa tetap tidak diterima kalau hari ini adalah tanggal 1 Syawal. Bulan hanya satu kok, tapi mengapa bisa terhitung jadi dua atau lebih. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H