[caption id="attachment_24621" align="alignleft" width="236" caption="Wanita bersayap karya Sophie Anderson"][/caption] Kicau burung di pagi hari sahut menyahut-menyahut di belantara tempat Putri Purbasari dibuang. Gemericik air sungai menambah harmoni suasa pagi nan cerah. Sang Putri dibuang ke belantara itu karena menderita kanker payudara tingkat lanjut dan dipercaya sebagai penyakit kutukan oleh kerajaan. Karena dianggap mempermalukan kerajaan, akhirnya ia dibuang ke hutan. Untung di dalam ia ditemani oleh seorang peri yang cantik. Pagi ini Sang Putri tampak asyik membolak-balik halaman daun lontar yang memberitakan kejadian-kejadian di kerajaan ayahandanya. Lembaran-lembaran lontar itu dibelikan oleh Sang Peri di pinggiran kota. Setelah membaca kolom kesehatan di lontar itu Sang Putri kaget bukan kepalang ternyata wanita yang menderita kanker payudara di negeri yang dicintainya itu hampir mencapai 1 juta orang. Angka ini berdasarkan hasil investigasi terbaru Tim Kesehatan Kerajaan. Sang Putri tertegun. Semburat kesedihan terpancar dari wajahnya. Berarti banyak wanita yang bernasib sama dengan saya. Wanita-wanita itu pasti dibuang juga. Kalaupun tidak dibuang oleh kerajaan, mungkin suami mereka yang akan 'membuang' mereka. Aku harus berbuat sesuatu untuk menyelamatkan wanita-wanita itu. " Kok pagi-pagi sudah melamun Tuan Putri? " Peri cantik itu membuyarkan lamunannya. " Ternyata banyak wanita yang bernasib seperti saya. Apa Peri bisa membantu mereka?" " Oh.. iya. Saya juga sudah baca berita itu tadi. Tapi saya hanya bisa membantu Tuan Putri saja. Air suci untuk menyembuhkan kanker payudara itu sangat sedikit. Sudah tidak ada lagi setelah saya berikan pada Tuan Putri. Butuh waktu 1000 tahun lagi untuk bisa mengumpulkan sacangkir air suci itu." Peri menjelaskan panjang lebar. Sang putri nampak murung. Sedih. Kasihan pada kaumnya yang pernah senasib dengan dia. " Tapi Putri bisa membantu mereka kok. Kanker payudaranya memang sulit dicegah dan diobati. Banyak faktor yang memicunya termasuk faktor genetik. Namun bila kanker ini diketahui sejak stadium dini, tidak berakibat fatal. Tidak mesti diangkat semua payudaranya." Sang Putri terlihat menyimak apa yang dikatakan Peri cantik itu. " Putri kan sudah sembuh. Yang paling penting sekarang adalah menyadarkan para wanita untuk bisa mendeteksi dini kanker payudara itu. Bisa kok. Tidak mesti memeriksakan diri ke tim kesehatan kerajaan." " Bagaimana caranya ?" Sang Putri antusias mendengar penjelasan Sang Peri. Dasar peri segala tahu. Sepertinya dia juga memahami benar tentang penyakit yang satu ini. " Ini kan bulan Oktober. Punggawa kerajaan di bidang kesehatan wanita sudah mencanangkan gerakan pita pink untuk menghimbau kesadaran wanita akan perlunya melakukan Sadari atau BSE." " Sadari atau BSE ? Apa itu Peri?" " Sadari itu artinya Periksa Payudara Sendiri. BSE itu singkatan dari Breast Self Examination. Bahasa dari kerajaan yang pernah saya kunjungi beberapa waktu yang lalu dalam konferensi kesehatan peri sedunia." " Saat ini di kerajaan ayahandamu semua rakyat sepertinya sedang demam dengan dunia maya. Banyak rakyat yang bisa memprotes kebijakan kerajaan lewat dunia maya itu. Putri kan dulunya dikenal rakyat. Rakyat mengira putri sudah meninggal. Sekarang saatnya muncul kembali lewat dunia maya untuk menyelamatkan banyak wanita dari kanker payudara." " Wah,. cara yang bagus tuh. Mohon bantuannya Peri." Wajah sang putri terlihat berbinar. Aura kecantikannya membuat pepohonan dan makhluk di belantara itu ikut bahagia sehingga makin menambah indahnya pagi. Sang putri ingin kembali ke kerajaan walau lewat dunia maya. Beberapa hari kemudian Sang Putri sudah mendalami ilmu memasuki dunia maya. Setelah mencapai maqam tertinggi, Sang Peri mengizinkannya masuk ke dunia maya. Ia mulai menulis banyak hal tentang kanker payudara yang dulu dia derita dan bergaul dengan banyak orang. Sang putri tidak ingin dikenal sebagai putri kerajaan sehingga ia memilih nama lain di dunia maya. Purawati Purasari Andono dengan nickname Puri. Alasannya agar lebih populis. Mirip dengan nama putri cantik yang lain di kerajaan, Alissa Subandono. Putri Purbasari juga punya account di jaringan pertemanan dalam dunia maya. Senang rasanya bisa menghimbau kesedaran banyak wanita akan penyakit 'kutukan' itu. Putri Purbasari juga menjelaskan pada banyak orang bahwa kanker payudara itu bukan penyakit kutukan. Sang putripun bisa kembali menyapa rakyatnya walau hanya melalui dunia maya. NB: Peri itu hanya tokoh fiktif (mitos) yang hanya ada dalam dunia dongeng. Puri adalah tokoh fiktif yang hanya ada di dunia maya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H