Dalam era modern yang menjunjung tinggi keragaman dan inklusivitas, bahasa yang kita gunakan memegang peran penting. Terlebih lagi ketika berbicara tentang individu dengan kebutuhan khusus, pemilihan kata yang tepat dapat berdampak besar pada persepsi dan pengalaman mereka. Salah satu perdebatan yang terus berlangsung adalah mengenai penggunaan istilah "tuna" versus "disabilitas."
A. Melepaskan Stigma: Mengapa "Tuna" Sudah Tidak Relevan
1. Merendahkan dan Negatif:
Kata "tuna" menyiratkan kekurangan dan ketidakmampuan, mengasosiasikan individu dengan kebutuhan khusus sebagai "kurang" dibandingkan orang lain. Hal ini dapat menimbulkan stigma dan rasa rendah diri pada anak-anak, membatasi potensi mereka untuk berkembang.
2. Mendefinisikan Individu Melalui Kondisi Mereka:
Istilah "tuna" mendefinisikan seseorang semata-mata melalui kondisi mereka, seolah-olah kebutuhan khusus mereka adalah seluruh identitas mereka. Ini mengabaikan potensi, keunikan, dan kekuatan yang dimiliki setiap individu.
3. Tidak Inklusif dan Ketinggalan Zaman:
Istilah "tuna" tidak lagi menjadi standar internasional untuk merujuk pada orang dengan kebutuhan khusus. Penggunaan istilah ini menunjukkan kurangnya kesadaran dan inklusivitas.
B. Pilihan yang Lebih Baik: Embracing "Disabilitas"
Sebaliknya, istilah "disabilitas" menawarkan pilihan yang jauh lebih tepat dan inklusif. Berikut beberapa alasannya:
1. Menghormati Martabat dan Keberagaman: