Mohon tunggu...
Muhammad Ivandra
Muhammad Ivandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bermain bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beberapa Arca Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Museum Balaputeradewa

30 Mei 2024   23:25 Diperbarui: 30 Mei 2024   23:30 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan itu, satu hal yang pasti bahwa dalam menuangkan imajinasinya si pemahat berusaha menyesuaikan ide yang akan ditampilkan dengan bentuk batuan yang ada (steinstil). Kemahiran si pemahat dalam memanfaatkan seluruh bidang permukaan batu, membuktikan tingkat pengetahuan pada masa itu. Jika memperhatikan objek ini, orang akan melihat sebuah batuan monolit, dibentuk menyerupai binatang gajah yang sedang dalam posisi mendekam. Bidang bagian muka batu dipakai untuk menempatkan kcpala, kedua mata, belalai, mulut dan kedua gading. Salah satunya (sebelah kanan) terlihat tclah patah - dan kedua daun telinga pahatannya indah dan sempuma. Belalai melingkar memasuki bidang antara dua buah gading ke arah mulut, seolah sedang memasukkan makanan (?) kc dalam mulutnya. Hal ini mencerminkan scekor gajah dalam keadaan "santai". Bidang bagian belakang batuan dibentuk dalam wujud seckor hewan yang tidak dikenal. Bentuk muka menyerupai banteng (kerbau) tetapi dilengkapi dengan sepasang sula babi hutan, mata menunjukkan mata seekor serigala (anjing ?), sedangkan tclinga menyerupai telinga gajah. Penggabungan beberapa bentuk hewan menjadi satu jenis hewan yang tidak dikenal, kembali memperlihatkan kckayaan imajinasi pemahat. Kemungkinan juga pemahat mcmpunyai maksud-maksud tertentu tcrhadap penciptaan bentuk hewan seperti ini. Bidang pada kedua sisi batuan diisi dengan relief seorang lelaki yang mengenakan topi, cawat, tali pinggang, kalung, gelang kaki, dan gelang tangan. Terdapat beberapa perbedaan dalam pcnggambaran tokoh lelaki pada kedua sisi gajah ini. Perbedaan itu antara lain pada sisi kiri, digambar seorang laki-laki yang scdang menoleh ke  belakang, sedang pada sisi lain pandangannya lurus *ke depan; gelang kaki laki-laki pada sisi kiri berjumlah 7 buah, sedangkan padll Sisi" karran 10-buah. Laki-laki pada bidang sisi kiri memakai sebilah pedang yang berhulu, tergantung di pinggang sebuah genderang (nekara perunggu).

Sebagaimana diketahui, nekara adalah benda perunggu yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat pada masa -perundagian. Bentuknya seperti berumbung yang berpinggang di bagian tengah. Sisi sebelah atas tertutup, digunakan sebagai bidang pukul, sedang sisi bawah terbuka. Keberadaannya sefalu dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang bersifat sakral, diantaranya sebagai alat dalam upacara kematian, kesuburan, pemujaan, dan bahkan untuk tujuan-tujuan yang bersifat prof an. Adanya berbagai faktor di atas, seperti : penggambaran binatang yang tidak dikenal, penggambaran berbagai alat-alat yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi pada waktu, serta penonjolan unsur-urisur yang dapat mencerminkan adanya suatu bentuk sistem sosial pada masa itu, memberi kesan bahwa keberadaan batu gajah ini tidak hanya bemilai profan, tetapi lebih cenderung kepada hal-hal yang bemilai sakral. Sebelum menjadi salah satu koleksi Museum Negeri Propinsi Sumatera Selatan dalam tahun 1986, area ini juga ditempatkan di Museum Rumah Bari Palembang, dan menjadi salah benda koleksin

2.Kepala arca Megalith

Seperti lazimnya area-area megalith Pasemah yang lain, kepala area tanpa badan inipun menampilkan keperkasaan. Diperlihatkan oleh ekspresi wajah yang kuat, gambaran seorang prajurit. Bentuk mata bulat dan besar, tulang hidung besar dan mclebar, demikian pula mulut dan kedua bibir. Tulang rahang dan tulang dagu sangat menonjol. Telinga dan leher juga digambarkan besar. Kepala area seolah-olah memakai semacam topi baja ( berbentuk helm ), yang meruncing di bagian belakang. Kedua daun telinga tidak tertutup oleh topi sehingga pinggir topi tampak mengikuti bentuk telinga dengan ujung bagian belakangnya menonjol dan membelah dua (kemungkinan diakibatkan oleh kerusakan). Pcmakaian "topi" yang menyerupai helm sebagai tutup kepala memperkuat bukti bahwa penggunaan alat-alat logam sangat berkembang pada masa itu (alat-alat logam di Indonesia berkembang sejak masa perundagian). Apalagi jika dibandingkan dengan area-area sejenis, yang juga beberapa di antara tokoh-tokohnya menggunakan gelang-gelang logam sebagai perhiasan kaki dan tangan mereka. Arca dari Desa Tinggihari di Kecamatan Pulau Pinang Kabupaten Labat misalnya, selain kepala terbungkus oleh semacam topi yang serupa, di atas topi terdapat semacam tonjolan yang bulat dengan lubang di tengahnya. Tonjolan itu berjumlah satu atau dua sehingga terdapat dugaan bahwa bentuk seperti topi ini sesungguhnya adalah sanggul yang biasa dipakai seorang laki-laki ataupun perempuan pada masa itu.

Semula area ini di tempatkan di Museum Rumah . Bari, sebelum dipindahkan ke Museum Negeri Propinsi Sumatera Selatan "Balaputra Dewa" dalam tahun 1983.

3.Arca Megalith (Wanita Menggendong Anak)

  • Arca ini menggambarkan seorang wanita dalam posisi berjongkok sedang mendukung anak di punggung. Sama halnya dengan area-area primitif dari daerah Pasemah yang lain, area ini juga mempunyai ciri-ciri yang menarik, yakni penggambaran serba besar pada bagian-bagian tubuh tertentu,.,seperti : badan, lengan, jari-jari tangan dan kaki. Bagian kepala, muka, mata dan dagu berbentuk bulat. Hidungnya pesek. Mulut lebar dengan bibir-bibir yang tebal. Pada batas bahu terlihat garis tepi pakaian yang digunakannya, yakni jenis baju "ponco" dari Amerika Selatan. Di bagian punggung, seorang anak terlihat menggelantung pada bahu wanita ini. Anak itu memakai celana yang menyerupai "cawat". Hal yang menarik dari area ini adalah sikap kedua tangan wanita itu, yang diletakkan tepat di bawah .kedua buah payudaranya yang besar dan menonjol. Menurut para ahli, berdasarkan pada hasil-hasil penelitian terakhir, pcmahatan bentuk-bentuk payudara yang besar dan menonjol ini, erat kaitannya dcngan upacara untuk kesuburan (Haris Sukendar, 1983).

Arca Megalith ini berasal dari Desa Tanjung Ara, Dataran tinggi Pasemah, Sumatera Selatan. Pada tahun 1986 dipindahkan dari Museum Sultan Mahmud Badaruddin ke Museum Ncgcri Propinsi Sumatera Sclatan "Balaputra Dewa".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun