-Datuk Ri Tiro bertugas di daerah Tiro, dan menekankan metode tasawuf pada masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan karena pada waktu itu masyarakat di daerah tersebut masih berpegang teguh pada masalah kebatinan dan sihir (doti).
Proses penerimaan agama Islam di Kerajaan Gowa dilakukan secara top-down. Artinya, raja terlebih dahulu menerima agama Islam, kemudian disosialisasikan kepada rakyatnya. Hal demikian tidak sulit, mengingat pada masa dahulu kebanyakan masyarakat menganggap bahwa raja adalah wakil Tuhan di muka bumi.
Dalam buku Islamisasi Kerajaan Gowa, raja yang pertama menerima agama Islam di Makassar adalah Raja Tallo yang bernama I Malingkang Daeng Manyonri Karaeng Katangka yang bergelar Sultan Abdullah Awwalul Islam dan kemudian diikuti keponakannya yang sekaligus Raja Gowa XIV, yaitu I Manrabia yang bergelar Sultan Alauddin. Mereka dibimbing oleh Datuk Ri Bandang untuk menerima agama Islam. Setelah Sultan Alauddin menerima agama Islam, maka agama Islam kemudian ditetapkan sebagai agama resmi Kerajaan Gowa.
Setelah agama Islam ditetapkan sebagai agama resmi Kerajaan Gowa. Sultan Alauddin kemudian mulai menyebarkan agama Islam ke seantero Sulawesi Selatan. Metodenya pun beragam. Penyebaran Islam dilakukan secara damai terjadi pada Kerajaan Sawitto, Kerajaan Balanipa Mandar, Kerajaan Bantaeng, Kerajaan Selayar, dsb. Sementara itu, penyebaran Islam melalui peperangan dilakukan Kerajaan Gowa terhadap persekutuan Tellumpoccoe (Bone, Soppeng, Wajo).Â
Awal mulanya Kerajaan Gowa mengingatkan mereka tentang perjanjian yang terlebih dahulu mereka buat yaitu siapa yang telah menemukan kebenaran, maka ia harus menyampaikannya ke yang lain. Akan tetapi penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa dianggap sebagai alat politik untuk mendeklarasikan dominasi Kerajaan Gowa terhadap kerajaan lainnya di Sulawesi Selatan oleh persekutuan Tellumpoccoe. Maka perang adalah alternatif lain Kerajaan Gowa menyebarkan agama Islam. Peristiwa ini kemudian di kenal sebagai peristiwa Musu Selleng atau Islamic Wars.
Di bab yang keempat, dijelaskan kehidupan pasca Islamisasi dan kehidupan sosial politik yang ada di Kerajaan Gowa. Sementara di bab lima  buku ini merupakan kesimpulan akhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H