Mohon tunggu...
Muhammad Israq
Muhammad Israq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ejapi na nikana doang

Belajar sepanjang waktu !

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Literasi: Sebuah Penjelajahan Awal

28 Juni 2021   09:12 Diperbarui: 28 Juni 2021   09:21 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Penguatan budaya literasi adalah kunci memajukan negeri ini

  • Lenang Manggala

Literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis tetapi juga kemampuan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam perkerjaan, keluarga dan masyarakat

  • Gempa Literasi

Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas karakter, kompetensi dan kesejahteraan hidup seseorang, adalah dengan menanamkan budaya literasi (membaca-berpikir-menulis-berkreasi).

  • Lenang Manggala

Belakangan ini, tidak sedikit pihak yang merasa geram dengan orang yang secara gegabah menyebar artikel ke media sosial tanpa menimbang baik-buruknya. Tidak hanya itu, kurangnya kesadaran dalam menelaah isi secara mendalam menjadi hal yang tidak luput menjadi sorotan. Alih-alih memberi informasi yang benar pada masyarakat, justru yang terjadi ialah sebaliknya. Dialektika yang tidak kunjung usai kerap memupuk kesumat di antara kedua belah pihak.

Salah satu penyebabnya adalah minat baca yang rendah. Mereka yang kerap berbicara simpang siur dan bereaksi berlebihan adalah ciri masyarakat yang belum terwadahi literasi informasi yang memadai. Zen Rahmat Sugito, seorang penulis juga pernah menyikapi hal tersebut dengan mengatakan "Yang berbahaya dari rendahnya minat baca adalah meningkatnya minat berkomentar". Dengan aktif membaca, kita akan berpeluang menjadi insan yang cakap dalam menerima literasi informasi dengan baik.

Sejarah peradaban umat manusia menunjukkan bahwa kekayaan alam dan penduduk yang melimpah tidak menjamin bangsa tersebut akan maju. Berbeda halnya jika masyarakatnya literat, memiliki kebudayaan tinggi dan tetap aktif mengawal kemajuan masyarakat dunia. Keberliterasian dalam konteks ini tidak hanya membebaskan masyarakat dari buta aksara. Lebih dari itu, hal yang perlu diperhatikan dengan teliti ialah bagaimana penduduk bangsa mempunyai kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan penduduk bangsa lain. Bangsa yang memiliki budaya literasi tinggi berpeluang memenangi persaingan global.

Penyediaan bahan bacaan dan meningkatkan minat baca masyarakat adalah pintu gerbang dalam mengembangkan budaya literasi bangsa. Minat baca yang tinggi serta dukungan dari bahan bacaan yang bermutu dan terjangkau, akan memotivasi pembiasaan membaca dan menulis, baik di dalam institusi maupun di dalam lingkungan masyarakat.

Tempo hari, tidak sedikit portal berita online yang telah menyuguhkan informasi mengenai rendahnya tingkat literasi Indonesia. Terbukti, Indonesia menempati posisi 62 dari 70 negara. Tentu hal ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi kita, seluruh warga negara Indonesia.

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mendongkrak rendahnya pengembangan budaya literasi ke arah yang berkemajuan agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Misalnya melalui Pendidikan yang terpadu, mulai dari lingkungan keluarga, institusi Pendidikan sampai pada lingkungan masyarakat.

Menguasai enam literasi dasar yang telah disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 dapat menjadi modal awal dari upaya meningkatkan wawasan peserta didik, orang tua dan tentunya lapisan masyarakat terhadap lingkungan yang literat. Adapun enam literasi dasar berdasarkan kutipan dari salah satu artikel " Gerakan Literasi Nasional " adalah sebagai berikut :

Literasi baca tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

  • Literasi Numerasi

Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk bisa memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai konteks kehidupan sehari-hari. Juga dapat digunakan untuk menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk ( Grafik, tabel, bagan, dsb ) untuk mengambil keputusan.

  • Literasi Sains

Literasi sains adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dalam isu-isu yang terkait sains.

  • Literasi Digital

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunkan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

  • Literasi Finansial

Literasi finansial adalah pengetahuan pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan : (a) pemahaman tentang konsep dan risiko, (b) keterampilan, dan (c) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpatisipasi dalam lingkungan dan masyarakat

  • Literasi budaya dan kewargaan

Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai entitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.

Sudah selayaknya literasi mendapat perhatian khusus bagi kita dalam berbangsa dan bernegara, agar bangsa kita dapat bersaing dan bersanding dengan negara-negara maju di dunia. Salah satu statement yang penulis sukai dalam memaknai literasi muncul dari Amarzan Loebis yang mengatakan bahwa literasi menjadi semacam "taman olah pikir" para intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun