Kemalikussalehan, yang bermakna kesalehan atau ketaatan seseorang terhadap ajaran agama, telah menjadi topik yang relevan sepanjang sejarah peradaban manusia. Tidak hanya terkait dengan aspek spiritual, konsep ini juga berakar dalam tatanan sosial, budaya, dan politik di berbagai era. Namun, di tengah modernisasi dan globalisasi, pertanyaan mendasar muncul: apakah kemalikussalehan masih relevan, dan bagaimana sejarah dapat mengajarkan kita untuk memaknainya hari ini?
Sejarah menunjukkan bahwa kemalikussalehan tidak pernah hadir dalam ruang hampa. Di era awal, manusia mempraktikkan kesalehan dalam bentuk penghormatan terhadap alam, roh leluhur, dan fenomena spiritual. Animisme dan dinamisme adalah cerminan bagaimana kemalikussalehan melekat pada keyakinan akan harmoni dengan alam semesta. Ketika agama-agama besar seperti Islam, Kristen, dan Hindu muncul, konsep kesalehan menjadi lebih terorganisir, menekankan ritual, amal, dan hubungan langsung dengan Sang Pencipta.
Dalam Islam, misalnya, kemalikussalehan memiliki dimensi yang mendalam, mencakup hablum minallah (hubungan dengan Tuhan) dan hablum minannas (hubungan dengan sesama manusia). Pada masa Dinasti Abbasiyah, kesalehan bahkan menjadi standar moral yang mengilhami perkembangan ilmu pengetahuan dan seni. Di Nusantara, Islam datang dengan pendekatan damai, memadukan nilai-nilai agama dengan budaya lokal, sehingga menciptakan identitas kesalehan yang unik.
Kesalehan Sosial dalam Krisis Global
Studi Kasus: Respons Pandemi COVID-19
Selama pandemi COVID-19, banyak organisasi keagamaan bekerja sama untuk memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak. Contohnya, Muhammadiyah mendirikan rumah sakit darurat dan menyelenggarakan program vaksinasi massal. Selain itu, inisiatif "Gerakan Saling Jaga" berbasis zakat dan infak didirikan untuk membantu mereka yang kehilangan mata pencaharian.
Relevansi:
Respons ini mencerminkan sinergi antara hablum minallah dan hablum minannas, di mana nilai-nilai kesalehan menjadi solusi konkret dalam mengatasi masalah global.
1. Kesalehan Personal
Studi Kasus: Penggunaan Aplikasi Muslim Pro
Muslim Pro membantu individu menjalankan ibadah dengan lebih konsisten melalui pengingat salat, akses Al-Qur'an, dan doa harian. Hal ini menunjukkan bagaimana teknologi mendukung pembentukan kebiasaan pribadi yang saleh.
Analisis:
Kesalehan personal terlihat dari bagaimana seseorang memanfaatkan teknologi untuk memperkuat hubungan pribadinya dengan Tuhan. Ini membuktikan bahwa kemajuan zaman tidak menjadi penghalang, melainkan pendukung, dalam praktik kesalehan individu.
2. Kesalehan Spiritual
Studi Kasus: Gerakan Eco-Masjid
Gerakan Eco-Masjid, yang mengintegrasikan prinsip Islam dan kelestarian lingkungan, menekankan bahwa ibadah tidak hanya untuk memenuhi kewajiban ritual tetapi juga sebagai bentuk penghambaan yang lebih luas kepada Tuhan dengan menjaga ciptaan-Nya.
Analisis:
Kesalehan spiritual terwujud dalam kesadaran bahwa hubungan dengan Tuhan melibatkan tanggung jawab atas lingkungan. Gerakan ini memperluas makna ibadah dari sekadar ritual menjadi manifestasi konkret rasa syukur kepada Sang Pencipta.
3. Kesalehan Sosial
Studi Kasus: Program Zakat dan Wakaf Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa mengelola zakat dan wakaf untuk memberdayakan masyarakat miskin, seperti melalui pembangunan fasilitas kesehatan dan program ekonomi produktif.
Analisis:
Kesalehan sosial tercermin dari kepedulian terhadap masyarakat yang membutuhkan. Konsep ini menekankan bahwa keberagamaan tidak hanya bersifat individual, tetapi juga kolektif, dengan aksi nyata untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan.
4. Kesalehan Lingkungan
Studi Kasus: Gerakan Eco-Masjid
Inisiatif ramah lingkungan seperti pengelolaan sampah dan penggunaan energi terbarukan menunjukkan bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat edukasi dan praktik pelestarian lingkungan.
Analisis:
Kesalehan lingkungan menegaskan pentingnya peran manusia sebagai khalifah di bumi. Dalam konteks ini, menjaga lingkungan adalah bentuk kesalehan yang membangun keselarasan antara manusia, alam, dan Tuhan.
5. Kesalehan Intelektual
Studi Kasus: Muhammadiyah dalam Krisis COVID-19
Organisasi Muhammadiyah menggunakan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dalam membangun rumah sakit darurat, menyediakan vaksinasi massal, dan memberikan edukasi kesehatan selama pandemi COVID-19.
Analisis:
Kesalehan intelektual terlihat dari bagaimana ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk melayani masyarakat. Pilar ini menggarisbawahi bahwa pengetahuan, jika diarahkan dengan niat yang saleh, dapat menjadi alat untuk menciptakan manfaat besar bagi umat manusia.
KESIMPULAN
Kerajaan Samudra Pasai, yang berdiri pada abad ke-13 di wilayah pesisir Aceh, Sumatra, adalah salah satu kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara. Kerajaan ini memainkan peran penting dalam penyebaran Islam, perdagangan internasional, dan pembentukan budaya Melayu-Islam di kawasan tersebut.
Pusat Peradaban Islam.
Kekuatan Maritim dan Perdagangan.
Budaya dan Keilmuan.
Pengaruh Politik dan Keagamaan.
Keruntuhan dan Warisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H