Kondisi Global dan Perubahan Karir di Abad 21
Di era abad ke-21 ini, paradigma tentang karir telah mengalami perubahan yang signifikan. Sekarang, pasar kerja dan para pemberi kerja lebih tertarik pada karyawan yang memiliki performa tinggi dan produktivitas pribadi yang baik. Peluang bagi pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan yang aman dan stabil sangat bergantung pada tingkat produktivitas mereka. Sementara itu, di tengah persaingan global yang ketat, perusahaan yang tidak efektif dalam memanfaatkan serta mengelola karyawannya akan menghadapi masa depan yang suram. Oleh karena itu, meningkatkan tingkat keterlibatan atau work engagement menjadi krusial bagi baik individu maupun perusahaan.
Data global (Gallup,2023) menunjukkan bahwa hanya 23% dari total karyawan yang merasa terlibat atau engaged di tempat kerjanya. Karyawan yang termasuk dalam kategori ini merasa bahwa pekerjaan mereka memiliki makna, mereka terhubung dengan tim dan perusahaan, serta bangga dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Namun, masih ada 59% karyawan yang cenderung tidak terlibat (not engaged). Mereka melakukan upaya seminimal mungkin dan kurang memiliki ikatan emosional dengan perusahaan. Selain itu, ada 18% karyawan yang bahkan bersikap destruktif, dengan mengambil tindakan yang merugikan perusahaan dan menentang para pemimpinnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya work engagement dalam konteks produktivitas dan stabilitas perusahaan.
Stress & Intensitas Keluar Kerja
Tingkat stres karyawan saat ini mencapai titik yang mengkhawatirkan, dengan 73% dari mereka merasa stres. Hal ini dapat berdampak negatif pada kondisi fisik dan mental, serta produktivitas. Tingginya tingkat stres juga berkontribusi pada intensitas keluar kerja yang tinggi, yang dapat mempengaruhi stabilitas dan produktivitas perusahaan secara keseluruhan.
Untuk menurunkan stress kerja membutuhkan strategi yang tepat di perusahaan, salah satunya dengan meningkatkan Work Engagement. Karena ada 2 unsur utama dalam bergeraknya organisasi yaitu Karyawan dengan pengusaha perlu meninjau dari kedua belah sisi. Work engagement hadir tidak hanya untuk karyawan, tetapi juga untuk keseluruhan perusahaan. Karyawan yang terlibat cenderung memiliki kinerja yang lebih baik, tanggung jawab yang lebih besar, dan berkontribusi secara positif pada perusahaan. Selain itu, tingkat work engagement yang tinggi juga dapat meningkatkan kualitas hidup individu dengan memungkinkan mereka untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi.
Model JD-R dan Strategi Meningkatkan Personal Resource
Model Job Demands-Resources (JD-R) memperlihatkan bagaimana work engagement menjadi mediator untuk menghasilkan hasil-hasil positif. Salah satu kunci untuk meningkatkan work engagement adalah dengan meningkatkan personal resource atau sumber daya personal karyawan. Ini termasuk self-efficacy, optimism, hope, dan resiliensi.
Untuk meningkatkan self-efficacy, penting untuk memberikan tugas yang menantang dan memberikan dukungan yang diperlukan. Sementara itu, untuk meningkatkan hope, membantu karyawan menetapkan tujuan yang realistis dan memberikan dukungan yang dibutuhkan untuk mencapainya dapat menjadi strategi yang efektif. Dan untuk meningkatkan resiliensi, penting untuk mengidentifikasi dan memperkuat kemampuan coping karyawan serta memberikan umpan balik konstruktif tentang pengalaman yang kurang berhasil.
Kesimpulan
Meningkatkan work engagement bukanlah tugas yang mudah, tetapi sangat penting untuk kesejahteraan individu maupun kesuksesan perusahaan secara keseluruhan. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi engagement karyawan dan menerapkan strategi yang efektif untuk meningkatkannya, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang produktif, berkelanjutan, dan memuaskan bagi semua pihak yang terlibat.