Mohon tunggu...
Irham
Irham Mohon Tunggu... Wiraswasta - Membaca Dunia

Alumnus UIN Alauddin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Kehidupan Ummat Islam di Indonesia

8 Januari 2021   16:35 Diperbarui: 8 Januari 2021   16:56 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbagai permasalahan di kalangan ummat muslim sudah sering kita saksikan bersama. Permasalahan satu belum berakhir, muncul lagi permasalahan lain. Sesama muslim ada yang saling mencaci, mengadu, memfitnah, membunuh bahkan perang antara kelompok. Di Bandung seorang pria bunuh pasangan suami istri, di Bima terjadi kasus mutilasi, di Madura ada siswa bunuh gurunya sendiri, di kabupaten Tangerang seorang pemuda nekat bunuh diri.

Tentu  sebagai manusia, kita ingin menghindari tindakan kekerasan yang dapat merugikan diri sendiri, apalagi jika kasusnya berhubungan dengan agama dan nyawa orang lain, sehingga sebagai seorang muslim kita tidak ingin dianggap sadis dan dicap sebagai islam garis keras, islam hanya namanya saja atau islam-islam yang  sensitif.


Pertentangan dan permusuhan antara kaum muslim kini sudah naik ke permukaan. Tidak saja terjadi pada individu-individu tertentu, tetapi sudah menyebar pada kelompok, golongan, lembaga hingga partai politik.

Sekarang kita bisa melihat, bagaimana islam dan agama dibuat berkotak-kotak, dengan dibangunya sebuah sistem Negara melalui kekuatan lembaga kementerian agama yang membuat pahaman aqidah islam bercerai berai hingga dibubarkanya beberapa ormas islam yang dianggap bertentangan.

Kenyataan ini mengingatkan saya pada sebuah riwayat yang perlu diangkat untuk memahami keadaan yang terjadi. Pesan ini bukanlah sekedar pesan biasa atau dongeng ramalan saja. Tapi sudah merupakan sebuah fakta yang perlu direnungi oleh seluruh ummat islam di Indonesia.

"Hampir datang suatu masa kepada ummat manusia bahwa islam tidaklah ketinggalan melainkan tinggal namanya, dan Al-Qur'an tidaklah ketinggalan melainkan tinggal tulisan, masjid-masjid mereka ramai tetapi sunyi kosong dari petunjuk yang benar, para ulama mereka lebih buruk dari segala apa yang di bawah kolong langit karena dari sisi mereka itu keluarnya fitnah dan kepada mereka fitnah akan kembali' (HR Imam Al-Baihaqi dari Ali RA).

Riwayat itu memberikan ingatan bahwa pesan yang telah disampaikan, bukanlah sekedar catatan yang tercantum dalam sejarah islam saja, sehingga ummat mengerti bahwa Islam bukan sekedar nama. Islam bukan sekedar simbolitas yang menyingkirkan substansi (isi) ajarannya.

Jika Islam Hanya Tinggal Nama

Di antara keagungan dan keistimewaan agama islam adalah dari namanya. Kata islam tidak sembarang ada. Dan yang menamakan islampun bukan dari individu atau sekelompok masyarakat tertentu. Pemberian nama tersebut bersumber dari pemilikNya sendiri sang Ilahi Robbi.


Kata islam berasal dari kata salima yuslimu istislam yang berarti (tunduk atau patuh). Terdapat kata lain yaitu yaslamu salam yang berarti ( selamat, sejahtera atau damai).  Bisa diterjemahkan tidak sekedar patuh, tetapi menyerahkan diri, mengikhlaskan diri, berdamai terhadap sesama, menjalankan perintah sesuai Al-Quran dan Sunnah.

Alangkah sedihnya jika substansi (isi) dari sebuah nama mulai terkikis oleh dominasi simbolitas beragama yang mengakibatkan sekat-sekat kecurigaan antara sesama karena perbedaan warna bendera. Akhirnya muncullah anggapan bahwa islam itu berwarna-warna dan tidak kompak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun