Kami mendaki Bukit Tarantang, salah satu spot terbaik di Harau. Dari atas bukit, kami bisa melihat seluruh lembah Harau dengan lanskap sawah, sungai, dan tebing megah yang luar biasa indah.
Setelah turun, kami mengunjungi desa-desa kecil di sekitar Harau. Rumah adat Minangkabau dan aktivitas menenun kain songket menjadi daya tarik tersendiri yang memperkaya perjalanan kami.
Kami juga mengunjungi taman bunga yang penuh dengan warna-warni. Mira membeli beberapa bunga sebagai oleh-oleh, sementara aku dan Anton sibuk mengambil foto.
Malam terakhir di Harau, kami duduk di luar homestay sambil memandang langit malam yang penuh bintang. Suasana damai ini begitu berbeda dengan kehidupan kota yang sibuk.
Keesokan harinya, sebelum pulang, Pak Hasan memberikan kami oleh-oleh berupa keripik singkong buatan istrinya. Ia mengucapkan semoga kami bisa kembali ke Harau suatu hari nanti.
Dalam perjalanan pulang, kami merasa lebih tenang dan segar. Pengalaman di Harau memberikan kami pelajaran untuk melambatkan langkah dan menikmati momen kecil dalam hidup.
Keindahan alam, keramahan penduduk, dan suasana damai di Harau meninggalkan kesan mendalam bagi kami. Harau bukan sekadar destinasi wisata, tetapi tempat yang memberikan makna baru tentang kehidupan sederhana.
Sampai saat ini, aku sering menceritakan pengalaman di Harau kepada teman-temanku. Banyak dari mereka yang terinspirasi untuk mengunjungi Harau juga.
Aku berharap suatu hari bisa kembali ke Harau, mungkin bersama keluarga atau teman-teman lain. Harau adalah tempat di mana kedamaian dan kebahagiaan sederhana bertemu, memberikan kenangan yang tak terlupakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI