Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Widya
Muhammad Irfan Widya Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

saya adalah mahasiswa di perguruan tinggi yang mengambil program studi radiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Waspada Penyumbatan Pembuluh Darah Otak! Deteksi Menggunakan MRI dengan MRA TOF

6 Desember 2023   06:00 Diperbarui: 6 Desember 2023   06:09 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu mendengar tentang penyumbatan pembuluh darah?

Penyumbatan pembuluh darah atau stenosis adalah kondisi dimana pembuluh darah mengalami penyempitan. Stenosis paling sering terjadi pada arteri koroner yang biasa dialami pasien yang mengalami penyakit jantung koroner. Tetapi, stenosis juga bisa terjadi di pembuluh darah manapun, termasuk pada pembuluh darah otak.  Stenosis pada pembuluh darah otak adalah sebuah penyempitan arteri di otak. Penyempitan terlihat dari aliran darah menuju otak yang menyebabkan hilangnya sel-sel otak yang rusak dalam waktu singkat mengakibatkan penyumbatan dan berujung pada stroke atau matinya sel otak.

 

Lalu, apa saja penyebab stenosis pembuluh darah otak?

Penyebabnya bisa dari banyak hal seperti endapan kolestrol, jenis lemak lain, dan kalsium yang dapat menumpuk di pembuluh darah dan mengakibatkan aterosklerosis. Artherosklerosis ditandai dengan pengerasan dan penyempitan arteri secara progresif akibat timbunan lemak dengan disertai peradangan.

Aterosklerosis intrakranial telah terbukti menjadi penyebab stroke paling umum di seluruh dunia dan berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya stroke berulang dibandingkan dengan subtipe stroke lainnya. Kombinasi faktor risiko DM, hipertensi, CAD, dislipidemia dan usia >45 tahun meningkatkan risiko terjadinya stenosis aterosklerotik intrakranial pada penderita stroke iskemik sebesar lima kali lipat (Nindela et al., 2021).

Penyakit aterosklerosis intrakranial biasanya ditemukan pada siphon arteri karotis interna (ICA), yaitu lumen utama MCA, arteri vertebralis distal, persimpangan vertebrobasilar, dan/atau bagian tengah arteri basilar. Arteri basilar adalah lokasi yang paling umum karna menampung 8% dari seluruh lesi brakiosefalika, sedangkan lokasi yang jarang terkena adalah di Middle Cerebral Artery (MCA) (Klopfenstein et al., 2005). Stenosis atherosklerotik intrakranial dapat diprediksi dan dicegah. Pencegahan dan evaluasi stenosis intrakranial sangat penting bagi keberhasilan pencegahan dan tatalaksana stroke iskemik.

 

Bagaimana cara dokter mendiagnosa adanya stenosis atherosklerotik intrakranial?

Tentunya, dokter akan melakukan anamnesa, yaitu dengan mewawancarai pasien terkait dengan gejala dan riwayat medis yang dimiliki pasien. Kemudian untuk mengetahui diagnosa secara akurat, dokter akan menyarankan untuk melakukan pemeriksaan radiologi sebagai pemeriksaan penunjang untuk mencitrakan pembuluh darah yang mengalami stenosis atherosklerotik. Metode pencitraan vaskular non-invasif yang dapat digunakan untuk mendeteksi stenosis atherosklerotik intrakranial, yaitu bisa dengan CT Scan atau MRI.

CT scan dan MRI berbeda prinsip kerjanya dalam menghasilkan gambaran imaging karena CT scan menggunakan kombinasi antara sianr-X dan sistem komputer khusus, sedangkan MRI memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio. Selain itu, jika bertujuan untuk menampilkan vaskuler, CT memerlukan bahan kontras dosis tinggi sedangkan pada MRI bisa tanpa menggunakan bahan kontras. Sehingga MRI lebih unggul daripada CT Scan dalam hal efek samping radiasi dan bahan kontras. Pada umumnya untuk menghasilkan citra pembuluh arteri dengan baik pada MRI, terdapat tiga metode yang digunakan, yaitu metode Time of Fight (TOF), metode Phase Contrast (PC), dan Contrast Enhance MRA (CE-MRA).

 

Apa perbedaan dari ketiganya?

Pada metode TOF MRA dalam menghasilkan suatu citra bergantung pada mekanisme kontras T1. Metode PC-MRA menggunakan Bipolar Gradient dan bergantung pada nilai velocity encoding *VENC. Sedangkan CE-MRA menggunakan injeksi agen kontras gadolinium untuk memvisualisasikan citra pembuluh darah arteri (Westbrook 2014). TOF MRA merupakan teknik yang cepat yang dapat menjadi cara umum untuk pencitraan arteri intrakranial secara noninvasif tanpa menggunakan gadolinium. TOF MRA memanfaatkan kontras antara nonsaturated spin dalam darah yang memasuki bidang pencitraan dan jaringan stasioner di dekatnya sehingga metode ini cocok digunakan untuk mengevaluasi stenosis atherosklerotik intrakranial.

Hasil gambar MRA TOF, terdapat stenosis di left MCA (Middle Cerebral Artery)
Hasil gambar MRA TOF, terdapat stenosis di left MCA (Middle Cerebral Artery)

Pemeriksaan MRA TOF merupakan bagian dari MRI Brain. MRI brain bertujuan untuk melihat semua keseluruhan struktur yang terdapat di kepala, terutama otak. Pemeriksaan ini biasanya membutuhkan waktu 30 menit sampai 1 jam. Pasien hanya perlu tidur telentang dan tidak boleh bergerak selama pemeriksaan berlangsung. Nantinya, hasil pemeriksaan ini akan dibaca oleh dokter spesialis radiologi untuk menentukan diagnosa dan letak kelainan.

MRA memiliki sensitivitas yang baik untuk mendeteksi dan mengevaluasi stenosis arteri intrakranial. Seringkali, teknik ini digunakan untuk menilai fase akut stroke dan untuk pemeriksaan pasien. TOF MRA 3D sering digunakan pada fase akut stroke (dalam 12 jam pertama setelah onset) untuk melengkapi pemeriksaan MRI dasar guna mengidentifikasi penyebab dan lokasi arteri yang tersumbat. Misalnya, identifikasi oklusi arteri pada pasien dengan defisit neurologis akut yang berlangsung kurang dari 3-4 jam cenderung mengindikasikan iskemia bahkan ketika MRI otak negatif. Keterbatasan utama TOF MRA adalah saturasi sinyal di cabang arteri intrakranial yang lebih distal yang menurunkan sensitivitas dan spesifisitas untuk mendeteksi dan karakterisasi oklusi/stenosis vaskular.

Daftar Pustaka :
Kim, J. S., Kang, D.-W., & Kwon, S. U. (2005). Intracranial Atherosclerosis: Incidence, Diagnosis and Treatment. Journal of Clinical Neurology, 1(1), 1. https://doi.org/10.3988/jcn.2005.1.1.1
Klopfenstein, J. D., Ponce, F. A., Kim, L. J., Albuquerque, F. C., Nakaji, P., & Spetzler, R. F. (2005). Middle cerebral artery stenosis: Endovascular and surgical options. Skull Base, 15(3), 175–189. https://doi.org/10.1055/s-2005-871873
Nindela, R., Junaidi, A., & Irfannuddin. (2021). Faktor-Faktor Timbulnya Stenosis Pembuluh Darah Intrakranial yang dideteksi dengan Transcranial Doppler pada Pasien Stroke Iskemik Di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan: Publikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 8(1), 11–16.

Ditulis Oleh :

SULTAN ALI PUTRA
SALSABILA APRILIA
MUHAMMAD IRFAN W
VITULATUS VIARIKA E
ISNAINI SETYANINGSIH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun