Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan. (Karim, 2 Juli 2012)
Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respons. Kita ambil contoh dari kasus KDRT yang dilakukan Billar kepada Lesti. Stimulus apa saja yang diberikan Billar kepada Lesti. Sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan Lesti terhadap stimulus yang diberikan oleh Billar.
Jadi, apabila stimulus yang diberikan Billar ke Lesti itu baik dan selayaknya, maka respons Lesti juga akan baik terhadap stimulus yang diberikan oleh Billar. Namun, jika stimulus yang diberikan Billar kepada Lesti itu tidak baik (penganiayaan), maka respons (reaksi) Lesti terhadap Billar juga tidak baik, bisa dilihat dari kasus KDRT itu sendiri, respons (reaksi) Lesti yang langsung melaporkan Billar ke polisi karena mendapatkan perlakuan tidak baik.
Sekian, itu saja yang dapat saya jelaskan. Jika ada salah kata mohon dimaafkan. Semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca. Pesan saya adalah perlakukanlah orang lain sebagaimana kamu memperlakukan dirimu sendiri dan jangan bosan untuk berbuat baik. Terima kasih...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H