Saya teringat dengan sebuah kisah mengenai berseterunya sebuah keluarga dengan tetangga disebelahnya. Lalu kepala keluarga ini memiliki keinginan untuk mendamaikan permasalahannya dengan tetangganya. Lalu ia menuju rumah tetangganya dan ia menjelek-jelekan dan menjatuhkan keluarganya sendiri demi timbulnya perdamaian antar tetangga. Dan menimbulkan keregangan dalam keluarganya sendiri. Dari kisah ini saya bingung akankah yang dilakukan kepala keluarga ini benar atau salah dengan membuat kedamaian dengan orang lain namun menimbulkan keretakan dalam internal keluarganya itu.
Dan saya hanya ingin menyampaikan dan mengingatkan kembali bahwa kita ialah kader umat bukan hanya kader bangsa. Jadi jangan lupakan identitasmu sebagai umat Islam untuk menimbulkan huru-hara yang akan dilakukan. Kita ini kader umat yang mana kita bertugas untuk meninggikan syariat agama Islam dan juga kader bangsa yang diperuntukan untuk kemajuan bangsa. Tetaplah bangga dan bejuang menjadi kader umat dan kader bangsa.
Kembali lagi menuju gagasan moderasi beragama, hal ini tak dapat kita capai ketika kita sendiri masih memilik rasa kefanatikan terhadap sebuah golongan. Ada hal yang lebih besar dari golongan atau kelompok kita yang kita agung-agungkan dan kita benar-benarkan yakni agama kita, agana islam yang haruslah kita junjung bersama yang mana merupakan sebuah rahmat bagi seluruh alam semesta ini.
Semoga dengan adanya moderasi beragama kita bisa mengemplementasikan agama kita masing-masing dengan khidmat tanpa mengganggu gugat agama kita sendiri terlebih agama orang lain. Dan juga moderasi beragama ialah bukan hanya menangkal faham-faham radikalisme dan extrimisme namun juga menangkal faham-faham liberalisme dan pluaralisme yang merupakan pemahan dari luar negara kita. Moderasi bergama juga ialah tidak mengurangi keimanan dari agama manapun. Silahkan menjalankan ibadah masing-masing agama dan memperdalam agama masing-masing dan tidak mengganggu agama orang lain.
Sebenernya disini saya was-was dalam membahas mengenai agama, karena memang membahas agama ialah sangat sensitif. Terlebih lagi saya menulis ini hanya untuk melatih tulisan saya dan juga untuk memenuhi tugas dari mata kuliah yang saya pelajari. Tanpa ada maksud dan tujuan tertentu untuk menulis tulisan ini. Apalagi disini saya tidak mendapatkan apapun kecuali berharap nilai yang sempurna dalam mata kuliah ini bukan mendapatkan materi karena ini bukan acara somasi yang di dalamnya membahas mengenai materi tepi jurang seperti saya ini.
Dalam opini kali ini mungkin sekian dan juga mohon maaf apabila mengganggu suasana hati anda masing-masing. Tetaplah menjadi kader umar dan kader bangsa yang tak lupa dengan nilai-nilai keIslaman dan keIndonesiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H