Indonesia, negara kepulauan yang indah dengan kekayaan alam melimpah, tengah menghadapi tantangan besar: krisis iklim. Peningkatan suhu global, perubahan pola curah hujan, dan naiknya permukaan laut menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidup masyarakat dan lingkungan hidup.
Diperkirakan permukaan laut di Indonesia akan mengalami kenaikan hingga 1 meter pada tahun 2100. Kenaikan ini akan berakibat fatal bagi sekitar 23 juta penduduk yang tinggal di wilayah pesisir. Mereka terancam kehilangan tempat tinggal, mata pencaharian, dan akses terhadap layanan publik akibat terendamnya wilayah pesisir. Selain itu, kenaikan permukaan laut juga akan memperparah masalah abrasi pantai dan rob, serta meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tsunami.Â
Frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir di Indonesia. Bencana alam ini telah menyebabkan kerugian ekonomi dan kerusakan infrastruktur yang besar. Banjir dan kekeringan telah merenggut banyak nyawa, mengungsikan jutaan orang, dan merusak rumah, ladang, dan infrastruktur vital.Â
Krisis iklim diprediksi akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Menurut sebuah studi oleh Bappenas, krisis iklim dapat merugikan ekonomi Indonesia hingga Rp 346 triliun per tahun pada tahun 2030. Kerugian ini akan terjadi di berbagai sektor, seperti pertanian, kehutanan, kesehatan, dan infrastruktur.
Menghadapi krisis iklim, berbagai solusi dan inovasi perlu diupayakan. Pemerintah perlu memperkuat kebijakan dan program adaptasi, seperti pembangunan infrastruktur tahan iklim, pengembangan varietas tanaman tahan kekeringan, dan edukasi masyarakat.Â
Masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam upaya adaptasi dengan melakukan penghijauan, menggunakan energi terbarukan, dan mengubah pola hidup ke arah yang lebih ramah lingkungan.Â
Sektor swasta dapat berkontribusi melalui investasi dalam teknologi hijau, pengembangan produk ramah lingkungan, dan penerapan praktik bisnis berkelanjutan.
Meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim memerlukan upaya kolektif dan terencana. Upaya ini dapat dimulai dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang perubahan iklim dan dampaknya. Masyarakat perlu di edukasi tentang cara-cara adaptasi dan mitigasi yang dapat dilakukan di tingkat individu dan komunitas.Â
Memperkuat ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru merupakan dua tujuan yang saling terkait. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan upaya untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas ekonomi, serta mendorong investasi dan kewirausahaan.Â
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendorong pembangunan berkelanjutan merupakan dua tujuan yang saling terkait. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya. Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan.Â
Memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang berkomitmen terhadap pelestarian lingkungan memerlukan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan. Upaya ini dapat dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Â
Data menunjukkan dampak nyata krisis iklim di Indonesia. Kenaikan permukaan laut mengancam wilayah pesisir, sementara cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan semakin sering terjadi. Bencana alam yang dipicu oleh perubahan iklim ini menimbulkan kerugian materiil dan jiwa yang tidak sedikit.
Menghadapi situasi ini, adaptasi menjadi kata kunci. Adaptasi adalah upaya penyesuaian diri terhadap dampak perubahan iklim. Berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga sektor swasta, perlu bahu membahu untuk meningkatkan kapasitas adaptasi Indonesia.
Pemerintah telah mengambil langkah penting dengan meluncurkan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API). Berbagai program dijalankan, seperti pembangunan infrastruktur tahan iklim, pengembangan varietas tanaman tahan kekeringan, dan edukasi masyarakat terkait perubahan iklim. Namun, tantangan dalam implementasi program, seperti keterbatasan anggaran dan belum optimalnya koordinasi antar-lembaga, perlu terus dibenahi.
Di tingkat masyarakat, inisiatif dan aksi adaptasi juga bermunculan. Masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan, menggunakan energi terbarukan seperti panel surya, dan mengubah pola hidup ke arah yang lebih ramah lingkungan. Kisah sukses adaptasi dari komunitas dan individu ini perlu disebarluaskan untuk menginspirasi dan mendorong partisipasi yang lebih luas.
Sektor swasta juga memegang peranan penting. Investasi dalam teknologi hijau, pengembangan produk ramah lingkungan, dan penerapan praktik bisnis berkelanjutan merupakan kontribusi nyata dari sektor swasta. Perusahaan yang telah menunjukkan komitmennya dalam adaptasi iklim perlu dijadikan contoh dan dicontoh.
Marilah kita bersama-sama berkontribusi dalam upaya adaptasi terhadap krisis iklim. Setiap tindakan kecil, seperti menggunakan transportasi publik, hemat energi, dan mendaur ulang sampah, dapat memberikan dampak positif bagi masa depan Indonesia.
Krisis iklim adalah ancaman nyata bagi Indonesia. Dampaknya sudah terasa dan akan terus meningkat di masa depan. Namun, dengan kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, Indonesia dapat beradaptasi dan keluar dari ancaman ini.
Sumber Informasi:
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia:Â https://www.menlhk.go.id/
- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB):Â https://bnpb.go.id/
- Climate Action Tracker:Â https://climateactiontracker.org/
- World Resources Institute (WRI): https://www.wri.org/
- Bappenas: "Kajian Ekonomi dan Kerugian akibat Perubahan Iklim di Indonesia"
- IPB University: "Dampak Krisis Iklim di Indonesia"
- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia: "Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API)"
- World Bank: "Indonesia - Climate Change and Disaster Resilience Project"
- UNDP Indonesia: "Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim"
- IPCC Sixth Assessment Report:Â https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg1/
- UNFCCC: https://unfccc.int/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H