Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Hamdisyah
Muhammad Iqbal Hamdisyah Mohon Tunggu... Lainnya - Orang

Sneed Feed & Seed Formerly Chuck

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Dingin India - Republik Rakyat Tiongkok (RRT)

25 Oktober 2021   15:48 Diperbarui: 26 Oktober 2021   23:11 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

                           16 Juni 2020, komunitas internasional mendapat kabar bahwa terjadi bentrokan antara pasukan bersenjata India dengan pasukan bersenjata Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang terjadi di Lembah Galwan, daerah Landakh, India. Konflik ini merupakan konflik paling menegangkan dalam beberapa dekade terakhir setelah sebelumnya terjadi perang antara pasukan bersenjata India dengan pasukan bersenjata RRT pada tahun 1962 perihal perbatasan mereka di pegunungan Himalaya.

                           Bibit-bibit masalah perbatasan India dan RRT sudah ada sejak era kolonial India dan sebelum RRT berdiri pada 1949. Namun demikian dengan adanya sejarah tersebut, RRT mengklaim daerah di timur laut provinsi Arunachal Pradesh, India seluas 88.059,6 Km2, sementara India mengklaim bahwa RRT mengokupasi wilayah India seluas 36.259,8 Km2 yang sekarang diberi nama Aksai Chin oleh RRT di timur daerah Landakh, India yang berbatasan langsung dengan RRT.

                           Apalagi garis demakarsi bernama Line of Actual Control (LAC) sepanjang 3218.6 Km yang dibuat untuk menentukan perbatasan daerah kedua negara melewati daerah yang sulit dicapai sehingga LAC India-RRT berubah-ubah hingga akhirnya menjadi titik panas akan terjadinya bentrokan skala kecil antara kedua pasukan bersenjata yang telah terjadi beberapa kali sejak 1962. Sejak 1980 kedua belah pihak mencoba melakukan diskusi untuk membahas masalah perbatasan ini, namun tidak ada kemajuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

                           Telah terjadi eskalasi sejak Mei 2020 dimana pasukan bersenjata RRT dan India telah bersiaga di salah satu poin di LAC. Mobilisasi yang dilakukan oleh pasukan bersenjata RRT terjadi karena India membangun jalan raya di Sungai Lembah Galwan yang menjadi area kontestasi perbatasan India-RRT. Walau ada bentrokan kecil pada bulan Mei, India tetap mengirim tenaga kerja ke area ini untuk melanjutkan pembangunan jalan. Namun perlu diketahui juga bahwa RRT telah melakukan pembangunan infrastruktur secara ekstensif di sepanjang perbatasan India-RRT dan juga pada 9 Juni 2020, pasukan bersenjata RRT melakukan latihan militer di Tibet walau sedang terjadi ketegangan antara India dan RRT.

                           16 Juni 2020, terjadi bentrokan antara pasukan bersenjata India dengan pasukan bersenjata RRT yang terjadi di ketinggian 4270 Meter diatas permukaan laut. Bentrokan yang tidak menggunakan senjata api ini menewaskan 20 tentara India namun hingga 18 Juni 2020 diduga masih ada tentara India yang hilang. Sementara itu estimasi 35-43 tentara RRT tewas, estimasi ini terjadi karena pemerintah RRT tidak memberi tahu seberapa besar korban jiwa dari pihak RRT. Perihal siapa yang memprovokasi bentrokan masih simpang siur. Menteri dalam Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menyatakan bahwa bentrokan terjadi karena tentara RRT mencoba membangun suatu struktur di daerah India sementara Menteri Luar Negeri RRT, Wang Yi menyatakan bahwa tentara India-lah yang menyerang duluan tentara RRT di LAC.

                           Walau kedua negara saling menuduh siapa yang memulai bentrokan, namun kedua negara sepakat untuk tidak mengeskalasi lebih jauh bentrokan. Sentimen anti-RRT di kalangan masyarakat India sempat terjadi. Namun hal tersebut tidak berlanjut signifikan. Dalam insisden, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mencoba menjadi negosiator kedua negara namun kedua negara menolak ide tersebut. Adapun baik Uni Eropa  dan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa masalah India-RRT harus diselesaikan dengan  damai.

                           Insiden ini bisa dibilang mengingatkan komunitas internasional bahwa RRT dan India punya perang dingin tersendiri walau India seharusnya lebih khawatir akan Pakistan dikarenakan kekuatan nuklir yang dipunyai negara serta sejarah basis terorisme seperti Al-Qaeda dan Taliban. Namun demikian perang dingin RRT dan India punya efek yang lebih signifikan secara global

                           Dalam dunia yang dimana negara memiliki ketergantungan sama lain akibat globalisasi, kedua negara punya peran signifikan dalam perekonomian gobal maupun dalam hal keamanan militer. RRT merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia serta punya peran penting dalam rantai pasokan dunia menurut Asian Development Bank Institute (ADBI) pada tahun 2017. Belum lagi Belt and Road Initiative menandai bagaimana RRT berharap agar mempunyai perang penting dalam perekenomian global karena berupaya mengintegrasi perekonomian benua Euroasia dibawah genggaman negara tersebut.

                           Sama halnya dengan RRT, India juga punya peran penting dalam perekonomian global dimana begitupula dengan RRT, India juga banyak mengadakan kerjasama dengan negara lain dengan harapan meningkatkan ekspor negaranya. Memang India juga berfokus pada industri jasa namun demikian industri barang India tidak dapat diremehkan terutama di bidang makanan, obat-obatan, pakaian, hingga bagian kendaraan bermotor mengingat tingkat ekspor di bidang tersebut sangat signifikan.

                           Di tingkat keamanan militer, keamanan kedua negara berfokus pada wilayah Himalaya dan Samudera Hindia dimana seperti dijelaskan sebelumnya wilayah Himalaya merupakan poin konstentasi antara India dan RRT sehingg wilayah Himalaya dapat menjadi pemicu perang besar diantara kedua negara namun hal tersebut merupakan skenario terburuk bila kedua negara dipenuhi orang-orang yang berkepahaman Jingoisme. Realisme, orang gila atau punya gejala skizofrenia dalam memahami politik internasional.

                           Sisi keamanan militer yang juga perlu dipertimbangkan adalah senjata nuklir dimana kedua negara mempunyai persenjataan nuklir yang signifikan. Bila perang besar terjadi, ekonomi dunia sekejap dapat hancur karena penggunaan nuklir bukanlah hal yang tidak memungkinkan diantara kedua negara walau seberapa intensif penggunaannya tidak ada yang tahu kecuali petinggi kedua negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun