Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Fahimy
Muhammad Iqbal Fahimy Mohon Tunggu... Lainnya - PELAJAR

Suara yang tak bernada. Detak yang tak berdenyut. Hiduplah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Warisan Endatu: Rapai Dabus, Kesenian Aceh yang Melegenda

7 Oktober 2022   18:00 Diperbarui: 7 Oktober 2022   18:10 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi, setiap daerah di Indonesia memiliki seni debus tersendiri. Salah satunya seni debus Aceh atau yang lebih dikenal Rapai Dabus.

Rapai Dabus Aceh merupakan salah satu seni bela diri yang kebal terhadap senjata tajam dan prosesnya memiliki rapalan ataupun syair (kebiasaan salawat ataupun zikir). 

Seni Rapai Debus Aceh merupakan salah satu dari kesenian (kebudayaan) yang begitu terkenal dan melegenda di Aceh. Karena, rapai dabus merupakan salah satu peninggalan (warisan) budaya Aceh yang dari masa kesultanan. 

Bahkan, dari beberapa literatur menyatakan, bahwa orang Aceh memiliki ilmu-ilmu kebal yang luar biasa.

Sejarah Rapai Debus Aceh

Rapai Dabus atau rapa'i dabh merupakan kesenian gabungan antara syair-syair (islam) dan ilmu metafisika (ilmu kebal). Menurut beberapa literatur, asal mula rapai dabus di Aceh berasal dari puisi-puisi atau syair yang dilantunkan oleh kaum sufi yang ada di Aceh. Dulunya (bahkan sekarang) Aceh terkenal akan keislaman. 

Jika melihat sejarah Aceh, pertama sekali manusia yang mendiami Aceh adalah masyarakat-masyarakat yang masih berpola-pikir animisme (kepercayaan kepada roh-roh). 

Hingga pada awal abad 7 (pendapat lain abad ke 13) islam masuk ke Aceh melalui perantara perantau (pedagang) dari wilayah pesisir timur. Pesisir timur yang dimaksud adalah negara-negara mayoritas muslim, seperti Arab Saudi, Palestina, Mesir, dan sebagainya.

Rapai Dabus seperti yang sudah dijelaskan, pada mulanya, bukan kesenian yang memperagakan kekuatan tubuh, melainkan hanya kumpulan syair-syair islami yang dibacakan oleh mursyid (guru sufi) kepada muridnya untuk membersihkan jiwa. 

Akan tetapi, seiring perkembangannya, syair-syair tersebut dijadikan sebagai alat (metode) untuk memperoleh kekuatan kebal. Terdapat pertentangan yang mendasar tentang rapai debus yang terjadi sekarang, karena terjadi penyelewengan unsur-unsur keagamaan, di mana syair-syair keagamaan dijadikan alat untuk memperoleh kekuatan yang tidak baik. 

Walau demikian, rapai debus oleh beberapa kalangan dianggap sebagai suatu warisan budaya yang begitu kontroversi dan melegenda di Aceh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun