Media sosial sebagai media baru yang benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh masyarakat bahkan telah menjadi bagian pokok dari kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak, media sosial telah membuka pintu bagi masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif, di mana individu dapat menjadi komunikator untuk khalayak luas atau seorang komunikan pun dapat berubah menjadi komunikator.
Apalagi saat ini memasuki era politik yang mana media sosial salah satu produk teknologi komunikasi yang cukup banyak dipergunakan dalam kampanye pemilu. Banyak sekali produk dari media sosial seperti halnya Instagram, Twitter, TikTok, Facebook, dan lainnya dengan hampir jutaan masyarakat telah bergabung menjadi satu dalam media sosial tersebut. Dikutip dari jurnal Nomos:Law Review dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat meningkatnya penggunaan media sosial untuk tujuan politik. Dilansir dari Kompas.com, beberapa partai politik mulai memanfaatkan media sosial sebagai media utama dalam penyampaian komunikasi persnya. Tidak hanya itu, para politisi, partai politik, dan kelompok tertentu telah menggunakan media sosial untuk mempengaruhi masyarakat, memanipulasi opini publik, atau bahkan mengadu domba masyarakat (Jonathan, 2023).
Keberhasilan seorang caleg dalam perolehan suara, membuktikan betapa besarnya dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap orang tersebut. Guna memenangkan kompetisi di ajang pemilu, para kontestan saling bersaing satu sama lain dengan menerapkan berbagai strategi komunikasi politik yang jitu salah satunya lewat media sosial. Komunikasi politik yang dilakukan tentunya menyesuaikan dengan sistem politik yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, sistem politik mau tidak mau turut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan oleh parti politik.
Media sosial kini menjadi panggung strategi komunikasi politik. Pada dasarnya strategi politik merupakan langkah dalam melakukan komunikasi politik berkaitan dengan pembuatan, penyeberluasan, penerimaan, dan dampak-dampak informasi berkonten politik, baik melalui interaksi antar manusia maupun media massa. Tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan pesan politik yang disampaikan, adakalanya sekedar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan publik opini (pendapat umum). Komunikasi politik juga bertujuan untuk menarik simpatik khalayak dalam rangka meningkatkan partisipasi politik saat menjelang pemilihan umum. Menang atau kalahnya seorang caleg sangat ditentukan oleh strategi komunikasi yang dilakukan.
Salah satu bentuk kegiatan poiltik yang diketahui banyak masyarakat luas adalah kampanye politik. Dalam hal ini kampanye sendiri sudah terbagi dalam beberapa kategori seperti kampanye legislatif, kampanye capres dan juga kampanye dalam pemilu, dan lain sebagainya. Beberapa tim sukses telah memulai melakukan cara untuk menarik perhatian massa untuk memilih mereka seperti cara lama dengan memasang umbul-umbul besar, spanduk-spanduk diseluruh sepanjang jalan, berbagai poster baliho juga memenuhi seluruh sudut kota. Kini, seiring berjalannya waktu dan pesatnya teknologi banyak yang menggunakan media baru dalam kampanye salah satunya adalah media sosial sarana untuk persuasif menarik perhatian massa. Hampir semua sosial media yang ada dimanfaatkan, salah satunya adalah forum jejaring sosial dan media online. Media sosial telah mempengaruhi kehidupan manusia, termasuk dibidang politik yang juga terpengaruh dengan keberadaan media sosial. Dalam bidang politik sendiri yang di dalamnya juga terdapat komunikasi politik yang membuat masyarakat dapat terpengaruh memilih calon untuk mendapatkan sebuah kekuasaan.
Dengan demikian, media sosial telah menjadi alat penting dalam komunikasi politik modern, menjadi platform bagi politisi, partai politik, dan pemerintah untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Tidak hanya itu, kini partai politik di Indonesia juga sudah banyak yang memiliki akun Twitter, TikTok, Youtube, disamping webiste resmi. Seperti halnya Prabowo Subianto (twitter @prabowo), Anies Baswedan (twitter @aniesbaswedan), Ganjar Pranowo (instagram @ganjar_pranowo). Dari media sosial tersebut para tokoh politik dapat memberitahukan program kerja, pendapat mengenai isu terkini, atau pembicaraan yang sifatnya ringan, menanggapi mention dari masyarakat. Dengan demikian komunikasi politik memiliki beberapa tujuan. Pertama, membangun dan membentuk citra dan opini publik. Kedua, mendorong partisipasi politik. Ketiga, memenangi pemilihan. Keempat, mempengaruhi kebijakan negara atau publik.
Menjelang pemilu 2024 media sosial memungkinkan para calon capres yang maju dapat berinteraksi langsung dengan pemilih. Dengan adanya platform digital seperti Instagram, Twitter, TikTok, Facebook, Youtube, para bakal capres atau "Partai Politik" yang mengusungnya dapat menjadi media positive campaign komunikasi politik untuk membagikan pandangan khalayak mengenai visi, misi, dan program sebagai jaminan untuk mengemban amanat para pemilihnya. Tidak hanya itu komunikasi politik di media sosial memiliki manfaat diantaranya memperluas akses informasi politik, meningkatkan partisipasi politik, membuka ruang dialog antara pemerintah dan masyarakat, serta memperkuat akuntabilitas pemerintah.
Muhammad Iqbaal - Mahasiswa Ilmu Komunikasi - UIN Sunan Ampel Surabaya
