Mohon tunggu...
M Zulfa Nashrullah Dinata
M Zulfa Nashrullah Dinata Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persahabatan yang Runtuh Akibat Takdir yang Tidak Adil

10 Januari 2024   00:18 Diperbarui: 10 Januari 2024   01:51 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pangandaran - Sahabat adalah seseorang yang biasanya dianggap sebagai teman baik. Hubungan sahabat yang sehat bisa bertahan selama bertahun-tahun dan bahkan seumur hidup. Mereka adalah orang yang bisa kita ajak ngobrol tentang segala hal, baik itu kesenangan maupun kesedihan. 

Sahabat adalah orang yang menerima kita apa adanya, tanpa menghakimi atau menilai.
Mereka bisa menjadi tempat kita berbagi rahasia dan curhatan, dan memberikan dukungan ketika kita membutuhkannya. Sahabat juga bisa menjadi sumber kebahagiaan dan hiburan, karena mereka bisa membuat kita tertawa dan merasa senang.

Dalam kisah yang mengharukan dan penuh duka, persahabatan yang begitu erat di antara dua individu,Tirta dan Udey, harus menghadapi cobaan berat yang tak terduga. Apa yang dulu merupakan ikatan yang kokoh dan tak tergantikan, kini terhempas oleh takdir yang kejam.

Mereka berdua, Tirta dan Quusay, telah bersahabat sejak masa SMP, melewati suka dan duka bersama-sama. Mereka berbagi tawa, air mata, dan mimpi bersama. Keduanya dianggap sebagai contoh dari arti sejati persahabatan yang tulus dan abadi.

Namun, perjalanan hidup kadang-kadang tidak adil, dan takdir pun memberikan cobaan yang menyakitkan. Quusay didiagnosis menderita penyakit yang mengancam nyawanya. Kabar ini menjadi pukulan telak bagi Tirta dan semua orang yang mengenal mereka. Kedua sahabat itu harus menghadapi kenyataan bahwa waktu mereka bersama terbatas.

Sejak saat itu, Tirta menjadi tiang pendukung Quusay, menemani dalam setiap perjuangannya melawan penyakitnya. Persahabatan mereka menjadi semakin mendalam seiring berjalannya waktu. Meskipun dilanda kesedihan, mereka berdua mencoba menikmati setiap momen yang mereka miliki bersama.

Namun, ketika penyakit itu semakin merajalela,Quusay mulai kehilangan kekuatan dan semangat hidup. Tirta yang selalu berusaha menjadi penopang, sekarang harus menghadapi kenyataan bahwa tak lama lagi, dia akan kehilangan teman sejatinya.

Ketika kami berbicara dengan Tirta, air mata mengalir tanpa henti. "Ini seperti kehilangan sebagian besar diri saya. Quusay bukan hanya teman, dia adalah saudara bagi saya. Kami telah melewati begitu banyak bersama, dan sekarang, saya harus merelakan dia pergi."

Persahabatan yang selama ini menjadi sumber kebahagiaan, kini berubah menjadi kisah yang menyedihkan. Meskipun Tirta berjanji untuk tetap mengenang dan menghormati kenangan bersama, kehilangan Quusay akan meninggalkan lubang yang tak tergantikan.

Kisah ini bukan hanya tentang kehilangan sosok yang dicintai, tetapi juga tentang kekuatan persahabatan yang tahan uji di tengah badai kehidupan. Semoga Quusay dapat beristirahat dengan damai, dan Tirta menemukan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan hidup, membawa bersama kenangan indah yang mereka miliki. Persahabatan mereka mungkin telah berakhir di dunia ini, tetapi cerita mereka akan selalu hidup dalam hati mereka yang tersisa.

Kini Tirta tengah melanjutkan sekolahnya di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Jurusan S1- Sejarah dan lebih banyak menghabiskan waktu luangnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang bermanfaat di luar kampus seperti aktif dalam acara sosial di yayasan panti asuhan, mengajar anak-anak yang kurang mampu, mengikuti pameran seni dan aktif juga dalam berorganisasi di kampusnya.

Secara tidak langgsung dia mengungkapkan bahwa hidupnya sekarang bukan hanya tentang dirinya saja, tetapi juga ia menjelaskan bahwa ia ingin lebih bisa bermanfaat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya juga bagi orang orang yang kurang beruntung. Jadi dengan apa yang sedang ia jalankan sekarang, ia ingin ilmu yang ia punya bisa sedikit membantu bagi mereka para anak-anak yang kurang beruntung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun