Mohon tunggu...
Muhammad Imron
Muhammad Imron Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Buruh Tulis

Jika tidak ada kuasa untuk bicara, tulislah.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

#8 Kesalahan Investor Saham Angkatan Corona

5 Maret 2021   17:34 Diperbarui: 5 Maret 2021   17:50 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak dapat dipungkiri, pandemi COVID-19 ini membawa banyak dampak terhadap kehidupan manusia, salah satunya adalah jumlah investor saham yang meningkat secara pesat pada akhir-akhir ini.

Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis data bahwa sepanjang tahun 2020, jumlah investor di Indonesia meningkat hingga mencapai 3,53 juta investor atau meningkat 42% dibandingkan pada tahun 2019 lalu, dengan peningkatan investor saham mencapai 1,5 juta investor atau 36,13%.

Kali ini, saya akan bercerita tentang pengalaman Banyu (anggap saja ini nama asli), yang merupakan seorang investor saham angkatan COVID-19.

Sejak dulu sebenarnya Banyu takut ketika mendengar kata "investasi" atau "saham", karena yang ada di dalam benaknya hanya memikirkan tentang rugi dan tertipu. Hal itu disebabkan oleh pengalaman saudaranya yang pernah mengalami kerugian hingga 150 juta rupiah akibat terjebak dalam investasi bodong. Saudaranya itu tergiur dengan kalimat "melipatgandakan uang".

Semua anggapan itu seketika berubah, sekitar 2 bulan lalu, ketika Banyu menonton salah satu konten youtube milik Raditya Dika yang berjudul "Niat Main Tenis Malah Kena Palak..." yang berisi percakapan antara seorang abang (Raditya Dika) dengan kedua adik perempuannya (Ingga dan Anggi) yang membahas tentang bagaimana cara menabung untuk dana pensiun dan membeli mobil baru.

Banyu menontonnya penuh hingga akhir video.

Seketika itu Banyu berpikir, sepertinya dia juga perlu untuk investasi.

Banyu pun segera mengirimkan sebuah pesan singkat kepada temannya yang telah lama menjadi investor saham dan juga bekerja sebagai Asisten Dosen mata kuliah Manajemen Investasi pada salah satu sekolah tinggi ilmu ekonomi di Jakarta.

"Ajarin gue main saham dong," kata Banyu.

"Buat apa?"

Banyu seketika terdiam. Dia tidak tau harus jawab apa. (#1 Biasanya mereka tidak tau alasan atau tujuan berinvestasi)

"Buat belajar nabung, mumpung lagi ada duit nganggur," Banyu menjawabnya asal.

Banyu kemudian diperintah oleh temannya itu untuk mengkhatamkan seluruh konten milik Raditya Dika yang membahas tentang saham terlebih dulu sebelum terjun ke bursa saham (hampir semuanya di atas 40 menit).

Sejak saat itu dia habiskan waktu senggangnya untuk menonton beberapa konten milik Raditya Dika yang membahas tentang saham. Sedikit demi sedikit, dia mulai mengerti tentang perbedaan reksadana dan saham. Padahal sebelumnya, dia saja tidak tau kalau ingin membeli saham itu harus sejumlah satu lot (100 lembar).

Setelah merasa mulai paham, Banyu kemudian membuka rekening dana nasabah (RDN) di dua platform berbeda, yang satu hanya untuk reksadana, yang satu lagi untuk investasi langsung di bursa saham, sembari tetap terus belajar mengenai saham melalui akun-akun lain di Youtube hingga di Tiktok.

Dengan sedikit uang yang Banyu miliki, dia berniat untuk membeli satu lot saham, tapi dia tidak tau harus beli apa. Kemudian dia membeli saham Aneka Tambang Tbk. (IDX: ANTM) yang saat itu sedang booming, berhubung Tesla (katanya) akan masuk ke Indonesia dalam waktu dekat ini. (#2 Hanya mendengar apa kata orang, tanpa menganalisanya terlebih dulu -- jangan pernah membeli kucing dalam karung di pasar modal, istilahnya)

"Eh, gue udah beli Antam nih," ujar Banyu kembali mengirim sebuah pesan singkat kepada temannya yang juga investor saham.

"Kenapa beli Antam?" teman Banyu itu justru balik bertanya.

"Gue liat grafiknya sih, lagi naik terus, gue kemaren langsung beli, takut harganya malah tambah naik," begitu jawab Banyu. (#3 FOMO (Fear of Missing Out) -- takut ketinggalan kereta, istilahnya)

"Sudah dianalisa Fundamental dan Teknikal perusahaannya belum?" teman Banyu itu justru balik bertanya.

"Apa tuh fundamental dan teknikal? Gak paham."

"Lo mending belajar tentang model analisa Fundamental dan Teknikal dulu, biar gak asal beli. Saham yang lagi booming, belum tentu bagus. Bisa jadi dia overvalued gara-gara terlalu dipompom," begitu kata temannya Banyu.

"Huh! gue disuruh belajar lagi," pikir Banyu dalam kepalanya. (#4 Mau cepat pintar dan kaya, tapi malas belajar!)

Banyu lantas kembali belajar tentang fundamental analysis dan technical analysis di konten Tiktok milik @bukantimothy (a.k.a Han Ji-Pyeong KW) dan juga akun youtube Felicia Putri Tjisaka, yang di mana keduanya adalah pegiat saham. Dia tonton hampir semua kontennya dari awal.

Namun, tidak lama Banyu belajar, dia sudah merasa bosan. Menurutnya mempelajari tentang fundamental analysis dan technical analysis begitu menyulitkan!

Lantas Banyu kembali menggunakan analisa kunonya, hanya dengan menerka-nerka besok saham akan naik atau turun. Beruntungnya, saham yang dia miliki memang sedang uptrend saat itu. (#5 Investasi itu ada ilmunya, bukan asal menerka-nerka!)

"Ih, kalo kayak gini mah gue bisa cepet kaya nih cuma tidur-tiduran aja di kasur. Tambah lagi ah lot-nya," ujar Banyu sembari tersenyum-senyum sendiri. (#6 Menganggap saham dapat membuatnya cepat kaya)

Namun, pada tanggal 29 Januari 2021 lalu, Banyu mengalami puncak ketakutannya sebagai seorang investor saham. Saat itu IHSG anjlok hingga menyentuh Rp. 5.862,- dan saham ANTM terjun ke angka Rp. 2.200,- (Banyu beli di harga Rp. 3.180,-). Dia rugi beberapa ratus ribu. Dia mulai merasa kapok untuk bermain saham (#7 Ketika sedang downtrend, panik, cepat-cepat cutloss!)

Banyu pun kembali mengirim sebuah pesan kepada temannya.

"Eh, gimana nih, gue kok rugi?" dia bertanya.

"Kan gue udah bilang, analisa dulu perusahaannya, baru dibeli, jangan pernah ngikutin tren! Tapi, kalau lagi koreksi kayak gini mah, mending diserok, anggap saja diskon, tapi tetep harus dipelajarin dulu ya apa yang mau dibeli!" ujar teman Banyu.

Duh, Banyu tidak lagi bisa serok (membeli saham di harga rendah -- red). Dia sudah terlanjur menghabiskan semua uangnya untuk membeli saham waktu itu, sehingga tidak ada lagi cash. (#8 Menghabiskan seluruh cash untuk dibelikan saham, termasuk dana darurat!)

Dengan semua kejadian ini, Banyu justru banyak belajar, jikalau dalam hidup tidak ada yang instan. Jangan pernah andalkan kaya hanya dari saham (apalagi kalau kalian hanya sebagai investor ritel). Anggap saja saham sebagai tabungan atau passive income.

Kunci utama menjadi investor saham adalah sabar, dan banyak belajar. Dalam dunia psikologi, ada istilahnya The Dunning-Kruger Effect, di mana orang yang baru paham sedikit biasanya selalu mengangap dirinya 'I'm so great' padahal pada kenyataannya dia 'know nothing'.

Salam Cuan~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun