Mu'tazilah merupakan salah satu aliran dalam pemikiran Islam yang muncul pada abad ke-8 Masehi. Aliran ini memperjuangkan rasionalisme dalam memahami ajaran Islam, menjadikannya sebagai suatu aliran yang unik dan menarik. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dasar-dasar aliran Mu'tazilah dan bagaimana rasionalisme menjadi pilar utama dalam pemikiran mereka.Â
Asal-Usul dan Sejarah
Mu'tazilah berasal dari kata "Ittizal," yang berarti "menjauh." Aliran ini muncul sebagai respons terhadap perselisihan politik dan teologis di dunia Islam awal. Pada masa itu, terjadi konflik antara kelompok-kelompok politik dan munculnya perbedaan pendapat mengenai takdir (qadha dan qadar) dalam ajaran Islam.
Asumsi Rasionalisme
Mu'tazilah meletakkan fondasi pemikirannya pada ajaran rasionalisme. Mereka percaya bahwa akal ('aql) adalah sumber utama pengetahuan dan moralitas. Konsep ini memandang bahwa akal dapat bekerja sama dengan wahyu untuk memahami ajaran Islam dengan lebih baik.
Prinsip-Prinsip Mu'tazilah
*Tauhid (Monoteisme): Mu'tazilah menekankan konsep tauhid, keyakinan akan keesaan Tuhan yang menjadi dasar utama ajaran Islam.
*Adil dan Kasih Sayang Tuhan: Mereka meyakini bahwa Tuhan adalah adil dan kasih sayang. Tindakan Tuhan harus sesuai dengan akal dan keadilan.
*Kemampuan Manusia Membedakan Baik dan Buruk: Mu'tazilah meyakini bahwa manusia memiliki kemampuan untuk membedakan antara baik dan buruk, dan oleh karena itu, memiliki tanggung jawab moral.
Peran Akal dan Wahyu
Mu'tazilah memandang akal sebagai alat untuk menafsirkan dan memahami ajaran Islam. Meskipun mereka menghormati wahyu (al-Qur'an dan hadis), mereka tidak segan menggunakan akal untuk menilai keadilan dan kebaikan dari suatu perintah atau larangan dalam agama.
Kontroversi dan Pengaruh
Meskipun Mu'tazilah memiliki kontribusi besar terhadap pemikiran rasional dalam Islam, aliran ini tidak lepas dari kontroversi. Terjadi pertentangan dengan aliran-aliran lain, terutama dengan kelompok-kelompok tradisionalis yang mengkritik pandangan Mu'tazilah sebagai deviasi dari ajaran klasik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H