Mohon tunggu...
Muhammad Ilyas
Muhammad Ilyas Mohon Tunggu... Pilot - -

Do First Thing First

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berpikir Bodo Amat, Bukan Berarti Tidak Peduli

4 Maret 2021   15:10 Diperbarui: 4 Maret 2021   15:29 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konotasi bodo amat dipersepsikan sebagai nuansa positif dan negatif bergantung pada persepsi individu. Istilahnya melekat pada tindakan atau pikiran untuk tidak peduli. Akan tetapi, konteks disini bukan berarti kita tidak peduli atau berpikir 'cuek' pada lingkungan sekitar. Berbeda halnya dengan berpikir bodo amat terhadap hal yang tidak penting atau bukan menjadi prioritas bagi pribadi. Manusia pada kodratnya selalu dikritik, diperhatikan, dan dibicarakan. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah dikritik atau dibicarakan, sekalipun Nabi atau orang suci. Pemberitaan, koran, dan di seluruh tempat manapun menampilkan informasi baik yang penting maupun tidak penting bagi kita.

Kemudian, bagaimana seharusnya bodo amat diterapkan sehingga tidak berarti tidak peduli. Konteksnya adalah berpusat pada tidak memberikan perhatian lebih pada hal-hal yang tidak penting. Tentu ini mengarah pada subjektivitas setiap kepribadian. Penting untuk seseorang belum pasti berlaku untuk orang. Nah,  sekilas untuk pengucapan bodo amat diartikan menjauh dari kehidupan, introvert, dan tidak memperdulikan lingkungan sekitar. Apabila Anda berpersepsi seperti ini maka berada pada salah jalur. Maksudnya seperti ini, banyaknya informasi, perkembangan teknologi, dan globalisasi secara tidak langsung membentuk karakteristik individu menjadi sensitif terhadap hal-hal 'tidak penting'.

Konteks hal tidak penting, misalkan mengukur kekayaan orang lain, penampilan orang lain, mencibir, dan lainnya. Pasti diantara kalian pernah berada di lingkungan dengan teman yang kerjaanya adalah membicarakan keburukan orang lain atau memprovokasi. Perspektif bodo amat mengarah pada filterisasi tentang apa yang kita terima dan tidak diterima. Singkatnya, sejenis analisis kritis bahwa informasi ini baik untuk pembangunan atau keuntungan bagi kita. Sedangkan, sesuatu yang tidak penting tidak perlu diberikan perhatian lebih. Nampaknya, masyarakat dunia khususnya Indonesia telah terjangkit penyakit mental untuk selalu dipandang baik, benar, dan sempurna. Secara kodrati, manusia memiliki sisi salah atau tidak terbebas dalam melakukan kesalahan. Dengan kata lain, manusia untuk selalu bertindak benar adalah sesuatu yang mustahil.

Perasaan tidak menerima keadaan, seperti patah hati, kegagalan, dikhianati teman, dan kesialan lainnya bisa diredahkan dengan perspektif bodo amat. Terdapat tiga asumsi yang bisa dibangun dari perspektif bodo amat meliputi berani untuk berbeda, menentukan skala prioritas, dan mengalihkan perhatian yang lebih penting.Kalian sangat boleh berpikir bodo amat selama itu meringankan beban hati dan kejiwaan pribadi. Ada waktu tertentu kita menjadi diri sendiri tanpa penilaian orang lain sebab itu sangat melelahkan. Sikap kepedulian kita cukup dialihkan untuk kepentingan orang banyak, kebaikan publik, dan perkembangan diri menjadi lebih baik.

Kehidupan memiliki dua sisi yakni kebaikan dan keburukan serta keberhasilan dan kegagalan. Manusia pastilah ingin selalu mendapatkan keberhasilan tanpa ingin menuntut kegagalan. Apa yang harus dilakukan ketika mendapatkan kegagalan, yaitu bodo amat, cepatlah bangkit dan gunakan strategi lainnya untuk mendapatkan keberhasilan. Begitupun dengan patah hati, kesedihan, dan sifat lainnya, bergegaslah untuk dilupakan serta bersemangatlah. Ini pekerjaan sulit namun diterapkan secara perlahan akan memberikan pengaruh positif pada diri sendiri.

Jadi, arah pembicaraan berpikir bodo amat sebenarnya bermuara pada upaya kita meringankan beban psikologis dari tekanan eksternal. Ketidakpedulian kita digunakan untuk tidak memikirkan hal sepele, seperti kegagalan, patah hati, dan lainnya yang berdampak pada kesenangan kita. Manusia memiliki hak untuk senang dan bergembira, namun hanya segelintir orang yang dapat menemukan semuanya. Alangkah bijaknya untuk rasa kepedulian kita diarahkan pada aktivitas sosial, rencana ke depan, dan memberikan dampak positif. Bagi self-healing, makna bodo amat sangat ampuh bagi kalian yang merasa kecewa atau memandang dunia selalu kejam pada kalian. Tujuan kehidupan adalah untuk dijalani dengan konsekuensi apapun yang terjadi terlepas dari keburukan, kegagalan, dan rasa kecewa. Pandanglah seluruh realitas di bumi sebagai kenyataan yang harus diterima, tidak terlalu dipedulikan, dan berpikir ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun