Mentari hangat jauh tinggi diatas kepala, siang itu kami sekelompok mahasiswa memutuskan untuk mengunjungi museum nasional setelah melaksanakan tugas photoshoot di sepanjang jalan Sudirman - BNI City, berjalan kaki sekitar 200 meter dari stasiun Commuter Line (KRL) Sudirman, akhirnya sampailah kami di halte transjakarta Dukuh Atas.
Hanya dengan tarif Rp3500 sambil menggunakan kartu khusus, kami bisa sepuasnya menggunakan transportasi umum ini keliling ibukota, tapi tujuan kami pada saat itu yakni Museum Nasional, sehingga perjalanan menaiki transportasi ciri khas Jakarta itu berakhir sampai halte Monas.
Suasana depan museum saat itu cukup ramai, terlihat banyaknya warga lokal mulai dari usia muda hingga tua berjalan santai disekitaran museum, disana kami juga melihat ada beberapa turis asing yang ikut berantusias mengunjungi bangunan bersejarah tersebut.Â
Singkat sejarah, museum nasional atau banyak juga yang menyebut dengan nama museum gajah, didirikan pada tanggal 24 April 1778 yang pada saat itu masih dibawah kekuasan pemerintahan belanda, Setelah kemerdekaan Indonesia, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang mengelola menyerahkan museum tersebut kepada pemerintah Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 September 1962.
Sebelum memasuki museum, kami perlu membeli tiket terlebih dahulu, untuk harga terbilang murah, dikenaka harga Rp10.000 untuk orang dewasa dan Rp.5000 untuk anak-anak. Penjaga loket sangat ramah ketika kami berinteraksi dengannya. Tiket sudah dibeli, waktunya kami bereksplor dengan bebas, area museum yang sangat luas tentunya membuat kami terkagum-kagum.
View pertama saat memasuki area museum yakni taman dengan gaya khas pemerintahan yang luas, di situ dilengkapi dengan beberapa peninggalan arca-arca kuno misterius di sisi koridor, banyaknya arah yang bisa kami pilih sehingga kami memutuskan untuk berpencar.
Saat itu saya memutuskan untuk belok kanan kearah ruang etnografi, disitu banyak peninggalan artefak-artefak seperti patung dan totem, kemudian terdapat mini theater di tengah ruangan tersebut dan terdapat peta persebaran suku dan ras pribumi di ujung ruangan.
Kemudian setelah selesai mengeksplor sebagian area gedung gajah, saya kemudian memasuki gedung arca, gedung arca memiliki 4 lantai yang masing-masing menyajikan isi sejarah yang berbeda beda keunikannya.
Lantai pertama yakni mengenai Manusia dan Lingkungan, disini banyak cerita-cerita kehidupan manusia purba yang masuk ke Indonesia serta persebarannya, tidak hanya persebaran manusia, namun persebaran flora dan fauna juga dijelaskan pada lantai ini, terdapat peninggalan jejak keberadaan manusia purba, disana juga ada replika tiga dimensi manusia purba.
Lantai kedua yakni mengenai Ilmu pengetahuan, ekonomi dan teknologi, terdapat banyak sekali barang peninggalan mengenai kemajuan teknologi pada masyarakat terdahulu, mulai dari alat bebatuan hingga alat yang sudah berevolusi materialnya, disini juga terdapat banyak miniatur rumah-rumah dan alat transportasi terdahulu.
Lantai ketiga yakni mengenai organisasi sosial dan pola pemukiman, dalam area ini bisa ditemukan beberapa barang mengenai kependudukan masyarakat terdahulu, dan terdapat beberapa peninggalan barang barang keseharian dan alat transportasi yang digunakan, hal unik yang saya temukan disini yakni terdapat peninggalan meja makan bersejarah lengkap beserta dengan kursinya.
Lalu lantai terakhir yakni mengenai koleksi emas dan keramik asing, uniknya pada area ini, pengunjung dilarang untuk mengambil foto, jika kalian penasaran kalian bisa langsung mengunjungi museum atau juga bisa melalui virtual tour, disini terdapat banyak peminggalan perhiasan emas dan logam hingga senjata seperti pedang dan keris lengkap dibalut dengan permata beragam warna.
Empat lantai sudah dikunjungin waktunya kami berkumpul kembali, eksplorasi saat itu akhirnya kami akhiri di senja hari, kemudian setelahnya kami kembali pulang ke rumah masing-masing.Â
Pengalaman mengunjungi museum sangatlah berkesan bagi saya, karena disana kita dapat melihat hal-hal yang belum tentu bisa kita temukan dengan mudah di waktu dunia saat ini, rasanya seperti menjelajahi waktu/time traveling dimana kita yang berada di masa sekarang dapat berkunjung ka masa lampau, sungguh pengalaman yang spektakuler!.
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H