Dalam membingkai pengertian tersebut, orang-orang cerdas yang memiliki wawasan yang luas dan mendalam, namun tak mampu mengimplementasikannya secara tepat, benar, kontekstual, sebenarnya tidak layak disebut filsuf; mereka belum pantas disebut sebagai orang-orang yang mendamba sekaligus menyerap secercah kebijaksanaan hidup. Mahkota kebijaksanaan hidup tidak layak disematkan kepada mereka.
Gambar 1 yaitu piramida data, information, knowledge, dan wisdom di atas telah merepresentasikan apa yang kita bahas sebelumnya. Objek dari ketakjuban manusia adalah segala hal tentang alam semesta ini.Â
Alam semesta ini diibaratkan sebuah data. Data yang begitu besar dan tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi. Ada data yang dapat diukur sehingga diketahui manfaat dari pengukuran data tersebut. Namun ada pula data yang hingga saat ini belum bisa diukur. Ketika ada sebuah data yang dapat diukur naiklah derajatnya menjadi sebuah informasi penting bagi manusia.
Tubuh manusia adalah sebuah ciptaan yang sempurna dari Allah SWT. Kita dapat mengukur berapa berat badan dan tinggi badan dari tubuh manusia. Pengukuran ini berdasarkan dari ketakjuban manusia mengenai begitu beragamnya tinggi dan berat badan manusia sehingga timbul sebuah ide untuk menuliskan tinggi dan berat badan manusia dalam angka.
Tinggi dan berat badan manusia dalam angka inilah yang menjadi informasi penting. Namun ketakjuban dan keingintahuan manusia tidaklah berhenti sampai disitu, timbul banyak pertanyaan, salah satunya adakah hubungan antara tinggi badan dan berat badan manusia. Pertanyaan inilah yang mendasari manusia untuk terlibat dalam penyelidikan lebih lanjut dari informasi yang telah ada. Berbagai penelitian dan ide pun muncul seiring dengan perkembangan zaman.
Sifat hubungan antar variabel yang begitu terkenal dalam statistika adalah linier. Berdasarkan grafik hubungan antara berat badan dan tinggi badan seperti gambar 2 terlihat bahwa terdapat hubungan yang positif antara tinggi badan dengan berat badan.Â
Hubungan yang positif dalam artian bahwa ketika tinggi badan seseorang semakin tinggi maka kemungkinan besar akan diiringi dengan semakin besarnya berat badan. Apakah hanya sampai disitu aja kesimpulan yang kita dapat? Tidak. Lalu bagaimana dengan sebuah ketidaknormalan mengenai hubungan yang seharusnya positif tersebut. Akhirnya timbul yang namanya berat badan ideal.
Melalui penyelidikan lebih lanjut itulah yang menyebabkan sebuah informasi yang ada naik menjadi knowledge. Informasi tidak hanya sekedar menjelaskan sebuah ukuran namun mampu memberikan kita pengetahuan mengenai apa yang terjadi sebenarnya dibalik sebuah pengukuran tersebut.Â
Ketika kita sudah mengetahui berat badan yang ideal untuk tinggi badan tertentu tentunya kita menginginkan bahwa berat badan kita akan ideal. Hal itulah nantinya yang menjadi pedoman dalam berkehidupan sehari-hari tentang sikap, perilaku, pemikiran, dan pola hidup guna mencapai berat badan ideal. Itulah yang dinamakan wisdom atau kebijaksanaan.
Alur contoh kecil di atas telah memberikan kita gambaran mengenai dua makna bijaksana yaitu insight dan sikap hidup yang benar, baik, dan tepat. Insight berarti kita telah memiliki pengertian yang mendalam mengenai tinggi badan dan berat badan. Sikap yang benar berarti bahwa kita mengimplementasikan insight yang kita peroleh dengan tindakan yang benar dan tepat. Pada titik inilah kita dapat dikatakan sebagai filsuf sejati.