Mohon tunggu...
Muhammad Ilham Furoozan F.
Muhammad Ilham Furoozan F. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang Spesialis-generalis yang idealis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integrasi Teknologi dan Aplikasi Nilai-nilai Islam Pada Perguruan Tinggi Islam

4 Oktober 2024   11:00 Diperbarui: 18 Oktober 2024   00:20 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kita hidup dalam era yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, di mana informasi mengalir deras seperti air bah. Setiap detik, jutaan data baru tercipta, dibagikan, dan dikonsumsi oleh miliaran orang di seluruh penjuru dunia. Teknologi telah menciptakan sebuah jaringan global yang begitu rumit dan luas, menghubungkan kita semua dalam sebuah tarian digital yang tak pernah berhenti.

Kemajuan teknologi yang pesat telah mendorong kita untuk terus berlari mengejar segala sesuatu yang baru, menciptakan sebuah siklus perubahan yang begitu cepat sehingga sulit untuk diprediksi. Dunia yang kita tinggali saat ini adalah hasil dari kecerdasan manusia yang tak pernah lelah dalam berinovasi. Namun, di sisi lain, perubahan yang begitu cepat ini juga membawa tantangan tersendiri. Kita dituntut untuk terus belajar dan beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi agar tidak tertinggal oleh arus zaman.

Kondisi literasi digital di perguruan tinggi Islam saat ini masih menjadi tantangan tersendiri. Meskipun teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, implementasinya dalam dunia pendidikan, khususnya di perguruan tinggi Islam, masih berjalan lambat. Banyak mahasiswa yang kesulitan untuk mengakses, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi digital secara efektif.

Tantangan yang dihadapi meliputi kurangnya infrastruktur yang memadai, kurikulum yang belum sepenuhnya mengakomodasi literasi digital, serta minimnya pelatihan bagi dosen dan mahasiswa. Selain itu, pandangan tradisional yang menganggap teknologi sebagai sesuatu yang asing bagi nilai-nilai keagamaan juga menjadi hambatan dalam pengembangan literasi digital di lingkungan perguruan tinggi Islam.

Perguruan tinggi Islam di kota-kota besar umumnya memiliki akses yang lebih baik terhadap teknologi dibandingkan dengan perguruan tinggi Islam di daerah. Hal ini menciptakan kesenjangan digital yang cukup signifikan. Selain itu, masih banyak mahasiswa yang lebih nyaman belajar dengan buku teks dibandingkan dengan mencari informasi di internet. Mereka khawatir akan kebenaran informasi yang mereka dapatkan secara online.

Di sisi lain, kualitas konten digital yang tersedia juga bervariasi. Banyak konten yang tidak ilmiah dan bahkan mengandung unsur-unsur yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan literasi digital di kalangan mahasiswa.

Pertama, literasi digital bukan hanya penting untuk penguasaan ilmu umum, tetapi juga dapat menjadi pendukung yang kuat dalam mendalami ilmu agama. Dengan memanfaatkan teknologi digital, mahasiswa dapat mengakses berbagai kitab suci, tafsir, dan literatur keagamaan lainnya secara lebih mudah. Mereka juga dapat mengikuti diskusi keagamaan secara online, bertukar pikiran dengan para ulama, dan menyebarkan nilai-nilai Islam melalui media sosial.

Dengan demikian, literasi digital dapat menjadi alat yang efektif untuk memperdalam pemahaman agama dan menyebarkan nilai-nilai kebaikan.

Kedua, maraknya penyebaran hoaks dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran agama di dunia digital menjadi tantangan serius. Sebagai akademisi, kita tidak boleh serta-merta menghindari platform digital. Justru, kita harus menjadi garda terdepan dalam melawan arus informasi yang menyesatkan.

Dengan literasi digital yang mumpuni, kita dapat mengidentifikasi hoaks, mengevaluasi kebenaran informasi, dan menyebarkan nilai-nilai agama yang benar. Kampus-kampus Islam perlu membekali mahasiswa dengan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan untuk menyaring informasi. Dengan demikian, lulusan perguruan tinggi Islam dapat menjadi agen perubahan yang mampu membentengi masyarakat dari pengaruh negatif dunia digital.

Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan literasi digital di perguruan tinggi Islam adalah dengan menyelenggarakan pelatihan yang komprehensif bagi dosen dan mahasiswa. Pelatihan ini tidak hanya sebatas mengajarkan keterampilan teknis dalam menggunakan perangkat lunak dan platform digital, tetapi juga harus mengintegrasikan nilai-nilai Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun