Mohon tunggu...
MUHAMMAD ILHAM FATWA
MUHAMMAD ILHAM FATWA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mempunyai hobi menonton film dan melihat pemandangan alam. Tertartik pada konten inspirasi dan edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Sistem Irigasi Pertanian dan Aksi Sultan dalam Membangunnya di Banten

14 Juni 2022   20:48 Diperbarui: 14 Juni 2022   20:59 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1 Saluran Irigasi Sawah di Banten (Sumber: titiknol.co.id)

Pertanian merupakan sumber utama dalam memenuhi kebutuhan pangan. Salah satu pertanian yang ada di Banten adalah tanaman padi. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, luas panen padi pada 2021 mencapai sekitar 318,25 ribu hektar dengan produksi sebesar 1,60 juta ton. 

Jika dikonversikan menjadi beras, maka produksi beras pada 2021 mencapai 913,10 ribu ton. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertanian juga menjadi sektor penting dalam pembangunan perekonomian. 

Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Kepala SNVT PJPA BBWSC3, Daniel, S.T, M.T, yang mengatakan bahwa sektor pertanian dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan penduduk.

"Sektor pertanian mempunyai sumbangan signifikan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan devisa dan peningkatan kesejahteraan petani, sehingga pembangunan pertanian dapat dikatakan sebagai motor penggerak dan penyangga perekonomian nasional, " ujar Daniel seperti yang dikutip dari serang.indonesiasatu.co.id.

Hasil panen pertanian sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam memenuhi kebutuhan tanaman. Untuk mengatur ketersediaan air tersebut dibutuhkan suatu sistem pengairan yang dikenal dengan sistem irigasi. Sistem ini berupa bangunan-bangunan dan saluran-saluran yang dibuat dalam upaya mendatangkan atau mengalirkan air ke sawah-sawah secara teratur.

Pada masa kesultanan, ada satu sosok yang memiliki gagasan di bidang pertanian, yakni Sultan Ageng yang berasal dari Kesultanan Banten. Selain sebagai penggagas, Sultan Ageng juga menggerakan dan mengawasi langsung proses pembuatan irigasi. Berkat pergerakannya membangun irigasi, Sultan Ageng diberi gelar "Tirtayasa" yang dapat diartikan sebagai "Sang Pembangun Pengairan". Nama asli dari Sultan Ageng sejatinya adalah Abul Fat Abdul Fattah.

"Irigasi yang berada di kanan-kiri saluran, sangat penting bagi sawah-sawah yang sebagian besar baru dibuka. Oleh karena usaha yang dilakukannya tersebut, Abul Fat Abdul Fattah mendapat gelar Sultan Ageng Tirtayasa," dikutip dari penjelasan di laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Gagasan Sultan Ageng diteliti oleh Sonny C. Wibisono dalam artikel penelitian yang berjudul "Irigasi Tirtayasa: Teknik Pengelolaan Air Kesultanan Banten Pada Abad ke-17 Masehi." Dalam artikel tersebut, terdapat sisa-sisa bangunan yang digalakan oleh Sultan untuk pengendali air pada masa itu, seperti pintu air, saluran pengontrol, jembatan, dan bendungan.

Gambar 2 Jembatan (Sumber: Sonny, 2013)
Gambar 2 Jembatan (Sumber: Sonny, 2013)

Gambar 3 Pintu Air (Sumber: Sonny, 2013)
Gambar 3 Pintu Air (Sumber: Sonny, 2013)

Menurut Sonny, tantangan dalam penyelenggaraan irigasi adalah teknik mengelola air. Bagaimana mendapatkan pasokan air, mendistribusikan air, dan pengendaliannya.

"Dalam penyelenggaraan irigasi di Lembah Tirtayasa, problem yang dihadapai adalah bagaimana mendapatkan pasokan air, mendistribusikan air, dan pengendaliannya. Pasokan air merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pembukaan lahan persawahan," kata Sonny.

Berdasarkan artikel penelitian yang ditulis Sonny, Sultan menggalakan metode penyelenggaraan irigasi melalui teknik pengambilan air, distribusi air, pengendalian elevasi air, serta saluran dan infrastruktur kota.

Teknik pengambilan air yang dibuat adalah dengan membuat percabangan atau sodetan di daerah hulu dari sungai utama yang menjadi sumber air untuk pasokan air. Untuk mengalirkan air, pembuatan saluran diperlukan guna mendistribusikan pasokan air menuju wilayah yang memerlukan pengairan. Konstruksi pengendalian elevasi juga diupayakan pada saluran seperti menciptakan "tangga-tangga" air. Saluran yang dibangun Sultan juga tidak hanya untuk irigasi pertanian tetapi juga bagian dari infrastruktur dari sebuah kota baru yang sedang dibangun.

"Variasi peninggalan pengairan yang ditemukan merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi ketidakpastian, problem yang dihadapi dalam konteks lingkungan setempat. Teknik-teknik pengairan dikembangkan mengandalkan prinsip gravitasi ini cukup kompleks. Bangunan air menggunakan konstruksi bata dan spesi pasir-kapur. Variasi bangunan antara lain: pintu pengambil air, bendungan, jembatan di bantaran atau tanggul-tanggul saluran, saluran pendam dilengkapi kotak pengontrol air diposisikan di tanggul. Bangunan air dibuat di panjang saluran-saluran buatan, ini berfungsi sebagai pengendali air baik lateral maupun vertikal." ujar Sonny.

Pembuatan sistem irigasi pada masa ini, juga dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh Sultan. Selain itu, pemilihan medan untuk irigasi juga amat penting untuk diperhatikan. Sering kali tanggul penahan air kebanyakan dibuat dari tanah yang gampang jebol ketika diterjang air deras. Tak berfungsi atau rusaknya salah satu bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem irigasi yang berdampak pada kekurangan pasokan air. Tanpa jaminan air irigasi yang memadai, hasil panen usaha petani akan merosot.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun