Mohon tunggu...
Muhammad Quentin Ilham
Muhammad Quentin Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang ingin tahu banyak tentang kehidupan ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kesehatan Mental Pemuda

4 Juli 2024   17:10 Diperbarui: 5 Juli 2024   01:59 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ABSTRAK

Kesehatan mental sering disepelekan oleh pemuda di zaman sekarang, padahal kesehatan mental sangat penting untuk setiap individu. Kesehatan mental sendiri berhubungan dengan kondisi jiwa, emosi, dan kondisi psikis seseorang. Kesehatan mental dapat dipengaruhi dari kejadian di dalam hidup kita, contohnya seseorang yang mengalami kejadian tak mengenakkan umumnya mendapat trauma yang dapat mempengaruhi kesehatan mental orang tersebut. Kejadian seperti itu dapat memunculkan ciri-ciri gangguan mental ataupun gangguan jiwa pada individu. Sedangkan, pemuda sendiri adalah anak yang berusia antara 16 hingga 30 tahun berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2009. Pemuda sering disebut generasi muda yang memiliki semangat untuk bergerak, berpendirian teguh, berani bertindak hingga memiliki sifat pemberontak.

Kata kunci: Kesehatan mental, pemuda

PENDAHULUAN

        Prof. Dr. H. Syamsul Arifin, M.A., seorang ahli pendidikan dan kepemudaan Indonesia, mengartikan pemuda sebagai generasi muda yang memiliki peran penting dalam membangun bangsa dan negara. Pemuda diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Sedangkan, seorang ahli sosiologi dan kepemudaan bernama Dr. H. Dede Rosyada, M.A. mengartikan pemuda sebagai kelompok usia yang memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Dari kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pemuda adalah generasi muda atau generasi penerus bangsa yang wajib kita lindungi karena mereka adalah harapan kita untuk dapat memimpin negara Indonesia di masa depan nanti. Selain untuk masa depan, menjelang kemerdekaan Republik Indonesia pemuda-pemudi saat itu juga dengan semangat mereka yang besar telah mendorong terjadinya percepatan proses proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesia.

        Kesehatan mental pada usia muda sangat berpengaruh untuk masa depan mereka. Kesehatan mental sendiri memiliki arti kesehatan jiwa yang berarti kesehatan ini berhubungan dengan jiwa seorang individu. Kesehatan mental yang diartikan oleh American Pyschological Assosiation (APA) adalah (Chatham, 2017); “kesehatan mental adalah wujud karena adanya penyesuaian diri yang berhasil atau tidak adanya keadaan dimana seseorang digambarkan memiliki gangguan psikologis, emosional, dan perilaku. Kesehatan mental dapat dipengaruhi dari beberapa faktor, diantaranya; cedera, keturunan, adanya riwayat kekerasan yang terjadi, tinggal di lingkungan buruk, stres berat dalam jangka waktu yang lama, sampai kehilangan seseorang atau sesuatu yang berharga. Seseorang yang memiliki gangguan kesehatan mental dapat dilihat dari perilakunya, seperti berteriak, delusi, ketidakmampuan mengatasi stres, perubahan drastis dalam melakukan aktivitas  sehari-hari. Dokter akan menyarankan rumah sakit jiwa jika penderita menunjukkan kondisi gawat. Selain itu pengobatan gangguan mental dapat dilakukan perawatan mandiri mulai dari mengubah kebiasaan pola hidup dan belajar mampu mengatasi stres. Perawatan mandiri bersamaan dengan pengobatan medis lebih mempercepat proses pemulihan.

TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan mental pada pemuda harus mendapat perhatian khusus dari orang dewasa, para remaja umumnya menyembunyikan masalah yang tengah terjadi dalam dirinya. Yang dapat dilakukan adalah memberikan mereka tempat bercerita yang nyaman dan dapat dipercaya oleh mereka. Mencegah lebih baik daripada mengobati, gangguan mental pada seseorang juga dapat dicegah dengan cara; (1) Melakukan aktivitas fisik. Dengan melakukan aktivitas fisik di luar rumah, udara segara dapat menjernihkan otak dan pikiran kita. (2) Memiliki kemampuan mengatasi masalah.  Kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang, tanpa memiliki kemampuan mengatasi masalah dan mengontrol emosi ini, seseorang cenderung memilih melampiaskannya pada sesuatu yang membuat kesehatan mental menurun. (3) Mencari bantuan profesional. Dengan mencari bantuan dari orang lain, masalah yang kita hadapi lebih ringan karena dengan begitu kita dapat menerima nasihat dan saran dari orang lain. Remaja rentan mengalami depresi karena rata-rata dari mereka kurang dapat mengontrol emosi dan kurang dapat mengatasi stres. Sehingga mereka sering melarikan diri dengan upaya melukai diri sendiri atau selfharm.

Depresi pada remaja dapat disebabkan dari beberapa faktor, seperti ekonomi, keluarga, pendidikan sampai perundungan. Perundungan dapat dilakukan dimana saja, tak sedikit juga remaja yang melakukan perundungan di media sosial baik disengaja maupun tidak disengaja. Melontarkan kata-kata yang menghina sampai melakukan kekerasan fisik termasuk dalam perundungan yang sering terjadi dalam dunia remaja. Seseorang yang melakukan perundungan di media sosial umumnya adalah para remaja yang memiliki sifat antisosial dan menghabiskan waktunya dengan menggunakan ponsel pintar, karena seseorang yang memiliki sifat aktif dalam kehidupannya cenderung sibuk melakukan hobi ataupun kegiatan yang bermanfaat lainnya atau bahkan hanya bersosialisasi secara langsung dengan teman atau tetangga. Kepahaman kesehatan mental di Indonesia cenderung rendah sehingga menyebabkan pemuda pemudi menganggap kesehatan mental adalah hal yang sepele. Selain itu, masyarakat juga kurang memahami ciri-ciri gangguan mental seperti depresi, sedangkan depresi sendiri adalah salah satu gejala umum yang sering ditemukan pada penderita gangguan mental. Hal ini menyebabkan seseorang telat menyadari dan mengobati gangguan mental pada dirinya.

        Selain itu, ada juga beberapa kondisi yang memberi pengaruh besar bagi pertumbuhan diri, yaitu: perubahan fisik dan lingkungan, peristiwa hidup yang signifikan, perubahan dalam diri individu, serta kehidupan pribadi. Tiga fase dalam mengawali pengalaman bertumbuh : a. Menyatakan (perlu/ adanya/ mesti) perubahan b. Merasakan adanya situasi yang terganggu atau ketidakpuasan seperti: rasa khawatir, cemas, tidak nyaman c. Menata ulang pengalaman, dengan memulai persepsi baru dan penerimaan diri Kierkegaard: “Dalam hidup sangatlah penting untuk memahaminya dengan kembali ke belakang, tetapi kita haruslah tetap hidup dengan pandangan ke depan” 

METODE

        Menurut data Riskesdas (riset kesehatan dasar) 2018 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi dan kecemasan pada anak berusia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang. Pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki persentase depresi sebesar 6,2%. Depresi berat akan mengalami kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri. Sebear 80-90% kasus bunuh diri merupakan akibat dari depresi dan kecemasan tak berujung. Kasus bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000 atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus bunuh diri. Menurut ahli sucidologist 4,2% siswa-siswi di Indonesia pernah berpikiran untuk bunuh diri. Sedangkan pada mahasiswa, sebanyak 6,9% mahasiswa mempunyai niatan untuk bunuh diri sedangkan 3% lain pernah melakukan percobaan bunuh diri. Penelitian ini termasuk dalam penelitian metode kuantitatif yang berarti metode penelitian berlandaskan pada kegiatan meneliti objektif seperti populasi dan menggunakan analisis data atau statistik metode kuantitatif

        Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2018) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme (mengandalkan empirisme) yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian objektif, dan analisis data bersifat jumlah atau banyaknya (kuantitatif) atau statistik. Metode kuantitatif dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan melakukan penghitungan data terhadap masyarakat yang memiliki lingkungan sehat dengan yang memiliki pergaulan bebas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

       Remaja umumnya memiliki sifat keras kepala yang membuat mereka percaya diri untuk tidak bergantung pada orang lain. Hal seperti ini dapat membahayakan kesehatan mental karena bila remaja belum memiliki kemampuan mengatasi stres mereka dapat berakhir menyakiti diri sendiri bahkan bunuh diri untuk melepaskan diri dari stres. Dengan rendahnya tingkat kesadaran kesehatan mental di Indonesia juga membuat masyarakat menyepelekan hal yang sebenarnya penting ini. Rendahnya kesadaran bahwa perundungan adalah faktor terbesar dari depresi yang dialami oleh para remaja. Sebagai besar remaja yang mengalami gangguan mental disebabkan oleh perundungan oleh teman, lingkungan atau bahkan oleh keluarga. Remaja dapat dengan mudah melakukan perundungan dimana saja, ini disebabkan oleh rendahnya hukuman bagi para pelaku. Remaja cenderung berani melakukan perundungan meski mereka tahu bahwa itu adalah tindakan tercela salah satunya diakibatkan ringannya hukuman yang akan mereka terima.

   

KESIMPULAN

        Dari uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa kesehatan mental pada pemuda dipengaruhi oleh beberapa, baik dari diri sendiri maupun dari faktor orang lain salah satunya perundungan yang kerap terjadi dalam kehidupan remaja. Memang, beberapa perundungan tak dapat dihentikan, namun seseorang dapat mengontrol diri untuk tidak merundung orang lain ataupun hanya sekidar menghinanya. Para remaja juga harus meningkatkan kemampuan mengatasi stres dengan baik dan sering-sering meminta tolong kepada seseorang yang lebih berpengalaman ataupun orang dewasa. Dengan begitu, mereka akan membantu bahkan hanya sekedar memberi saran yang kita butuh. Karena pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial, kita tak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Para guru dan orang tua pun juga memiliki peran yang penting, salah satunya mengajak anak berbicara mengenai keseharian mereka dan mengawasi bila ada perilaku aneh dari anak tersebut.

 

DAFTAR PUSTAKA

        Kartika Sari Dewi, BUKU AJAR KESEHATAN MENTAL

        DEPARTMENT OF MENTAL HEALTH AND SUBSTANCE DEPENDECE WORLD HEALTH ORGANIZATION GENEVA, 2003

         Alfina Ayu Rachmawat, DARURAT KESEHATAN MENTAL BAGI REMAJA

         https://mtsalmukhtariyahmande.sch.id/blog/remaja-masa-kini-tantangan-perubahan-dan-cara-mengatasinya/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun