Mohon tunggu...
Muhammad Ikhwan Fathulloh
Muhammad Ikhwan Fathulloh Mohon Tunggu... Programmer - IoT and Backend Developer

Seorang Developer yang suka menulis, berpikir, dan merancang sebagai langkah untuk melakukan perubahan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Literasi Digital: Ruang Waktu Kembali ke Masa Lalu untuk Menuju Masa Depan

12 Juni 2023   23:10 Diperbarui: 13 Juni 2023   00:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Literasi atau kemelekan adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.

Dalam bahasa Latin, istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar. Selanjutnya, National Institute for Literacy menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat. Education Development Center (EDC) juga turut menjabarkan pengertian dari literasi, yakni kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya, dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja. 

UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman. 

Kemudian, di dalam kamus online Merriam—Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara di mana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis, dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual.

Upaya meningkatkan literasi ini dilakukan semua daerah, khususnya Jawa Barat. Dari data Jabar Digital Service melalui opendata.jabarprov.go.id melalui program Kotak Literasi Cerdas (KOLECER) tahun 2019 - 2021 dengan Berdasarkan data tahun 2021, total Jumlah Buku adalah 20.539, naik % (opendata.jabarprov.go.id) selalu mengalami peningkatan untuk menumbuhkan literasi masyarakat diberbagai sektor kehidupan. 

Pertumbuhan ini di perkuat dengan pandemi covid19 yang melanda Indonesia mulai tahun 2020, membuat semua kegiatan dilakukan secara digital sehingga kita dituntut untuk lebih literasi dalam segala hal. Dari sinilah dikenal dengan istilah yang mulai naik yakni Literasi Digital, apa sih Literasi Digital ini? 

Menurut Paul Gilster (2007, dalam Harjono) mengatakan bahwa literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi yang didapatkan dari berbagai sumber.

Sementara itu, menurut Deakin University’s Graduate Learning Outcome 3, mengungkapkan bahwa literasi digital adalah upaya memanfaatkan teknologi dalam menemukan, menggunakan, dan menyebarluaskan informasi dalam dunia digital seperti saat ini.

Sedangkan menurut Common Sense Media (2009, dalam Harjono) berpendapat bahwa literasi digital itu mencakup adanya tiga kemampuan yang berupa kompetensi pemanfaatan teknologi, memaknai dan memahami konten digital serta menilai kredibilitasnya, meneliti dan mengkomunikasikan dengan alat yang tepat.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa literasi digital merupakan upaya yang diperlukan individu pada era canggih seperti saat ini untuk menyaring informasi secara akurat. Upaya lain untuk mendukung literasi digital ini adalah penggunaan aplikasi yang tepat dan pemahaman secara mendalam mengenai informasi yang didapatkan tersebut. Mengingat dampak mengenai penyebaran hoax dalam masyarakat sangat memperihatinkan.

Literasi yang buruk ternyata dapat berdampak buruk bagi psikologis remaja. Hal tersebut karena usia remaja cenderung labil dan sering menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan tanpa mencari tahu kebenaran dan keakuratan dari informasi tersebut.

Saat ini, kemampuan masyarakat dalam memahami informasi di ranah digital yang berkembang dalam jaringan internet sudah semakin maju. Mereka sudah mulai mampu menyaring informasi mana saja yang layak untuk dikonsumsi dan apa saja yang kemudian dikategorikan sebagai informasi negatif.

Hal ini diketahui dari hasil pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 yang digelar oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Katadata Insight Center (KIC). Secara keseluruhan, Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 mencapai 3.49 dari skala 1-5, atau naik dari pencapaian tahun sebelumnya 3.46.

Pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 dilakukan melalui survei tatap muka kepada 10.000 responden di 514 kabupaten/kota di Indonesia. Karakteristik responden adalah pengguna internet berusia 13--70 tahun. Dari survei tersebut ditemukan bahwa budaya digital (digital culture) mendapatkan skor tertinggi, 3.90.

Diikuti etika digital (digital etics) (3.53), dan kecakapan digital (digital skill) sebesar 3.44. Kemudian keamanan digital (digital safety) mendapat skor terendah, 3.10 atau sedikit di atas sedang. Pengukuran indeks literasi digital ini selain untuk mengetahui status literasi digital di Indonesia juga untuk memastikan upaya peningkatan literasi digital masyarakat makin tepat sasaran.

Demikian dikatakan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Samuel Abrijani Pangerapan dalam acara Peluncuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021 di Jakarta, Kamis (20/1/2022). “Kita ingin terus mempercepat dan mengawal terus tingkat literasi digital masyarakat, mengimbangi dengan perkembangan teknologi digital yang cepat dan makin strategis bagi kehidupan masyarakat Indonesia saat ini,“ ujarnya.

Panel Ahli Katadata Insight Center, Mulya Amri menjelaskan, bila dibanding tahun sebelumnya, pada kerangka indeks 2021 terdapat perubahan dalam pengelompokan unsur pembentuk penyusun indeks. “Ini adalah upaya untuk terus memastikan Indonesia memiliki alat ukur yang ajeg dan kini kita sudah punya roadmap atau peta jalan yang bisa dijadikan acuan baik dalam pengkuran maupun upaya peningkatan literasi,” kata Mulya.

Mengenalkan Literasi Digital pada Anak Sejak Dini 

Anak-anak sebagai generasi muda perlu mendapat pemahaman tentang literasi digital. Hal ini bisa dimulai dengan mengenalkan gawai sebagai media informasi digital.

Melansir laman Paudpedia dari Kemdikbud, pengenalan gawai bisa dimulai ketika anak sudah berusia 2 tahun. Di usia 2-4 tahun, anak dibolehkan bermain game sederhana selama maksimal 1 jam sehari. Barulah pada usia 4-7 tahun, anak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dengan gawai. Tentunya harus dengan didampingi oleh orang tua dan diberi batasan waktu, misalnya maksimal 2 jam dalam sehari. Literasi digital penting dikenalkan sejak dini kepada anak-anak agar mereka mampu memanfaatkan perangkat elektronik secara positif, misalnya untuk mendapatkan informasi. 

Selain itu, anak-anak juga akan memahami bahwa informasi yang didapat secara digital (gambar, teks, dll) sebenarnya memiliki makna. Jika sudah mendapat pemahaman tentang literasi digital, maka anak-anak diharapkan mampu memanfaatkan perangkat digital sebagai media belajar dan sumber berbagai ilmu. Harapan lainnya adalah anak-anak juga bisa menggunakan perangkat elektronik sebagai media komunikasi yang efektif dan efisien. 

Manfaat dan Pentingnya Literasi Digital Bagi Generasi Muda 

Di era milenial seperti sekarang, media digital tak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, literasi digital sangat penting dipahami oleh generasi muda yang pastinya akrab dengan perangkat elektronik. Berikut manfaat dan pentingnya literasi digital bagi generasi muda: 

1. Menciptakan generasi yang kritis dalam menggunakan media digital Ada banyak informasi yang tersebar di dunia digital. Informasi ini dapat dibuat dengan mudah dan bisa diakses oleh siapa saja. Dengan pemahaman literasi digital yang baik, generasi muda bisa lebih selektif dalam menerima informasi. Hal ini dapat mencegah hal-hal negatif seperti penyebaran berita hoax yang marak terjadi belakangan ini. 

2. Generasi muda bisa lebih kreatif, inovatif, dan produktif Media digital sejatinya memiliki banyak manfaat. Literasi digital dapat membantu generasi muda untuk berpikir kreatif dan inovatif sehingga bisa lebih produktif dalam berkarya. 

3. Menciptakan interaksi digital yang sehat Literasi digital mampu menciptakan generasi muda yang lebih bijak dan cerdas. Hal ini dapat mencegah ujaran kebencian sehingga menciptakan interaksi yang lebih sehat dalam dunia digital.

Artikel ini merupakan salah satu tugas yang harus penulis kerjakan sebagai bagian dari progrma pelatihan Jurnalisme Berkebangsaan Batch 10 yang diselenggarakan oleh Kompas Gramedia dan bekerja sama dengan JDS (Jabar Digital Service).
 
 Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun