Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya relevan bagi mahasiswa secara umum, tetapi juga memiliki dampak yang mendalam bagi generasi muda, termasuk mereka yang akan menjadi arsitek. Di tengah tantangan global dan pesatnya perkembangan teknologi, PKn menjadi fondasi penting dalam membentuk karakter dan etos generasi penerus bangsa, terutama dalam disiplin yang begitu terkait dengan tatanan sosial dan pembangunan masyarakat seperti arsitektur.
Bagi generasi muda secara keseluruhan, PKn bertindak sebagai pemandu dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air, dan nasionalisme. Nilai-nilai ini penting untuk memelihara jati diri bangsa, terutama di era globalisasi yang sering kali mengaburkan batas-batas identitas nasional. Dengan memahami sejarah dan perjuangan bangsa, generasi muda akan lebih menghargai keutuhan dan keberagaman bangsa Indonesia, serta berkomitmen menjaga persatuan dalam perbedaan.
Secara khusus, bagi calon arsitek, pentingnya PKn jauh melampaui pemahaman umum tentang nilai-nilai kewarganegaraan. Pendidikan ini menjadi kunci dalam memahami tanggung jawab sosial mereka sebagai perancang ruang publik dan lingkungan hidup yang inklusif. Seorang arsitek tidak hanya bertugas mendesain bangunan, tetapi juga membentuk ruang yang mampu mencerminkan nilai-nilai demokrasi, kesetaraan, dan keadilan sosial.
Dalam praktik arsitektur, kemampuan untuk berpikir kritis, analitis, dan reflektif, yang diajarkan dalam PKn, sangatlah krusial. Arsitek dituntut untuk tidak hanya memperhatikan estetika, tetapi juga dampak sosial dari karyanya. Dengan latar belakang PKn yang kuat, arsitek mampu melihat proyek-proyek mereka dari perspektif yang lebih luas: bagaimana bangunan ini berkontribusi pada inklusi sosial, bagaimana ruang publik dapat mempromosikan interaksi yang harmonis antara berbagai kelompok masyarakat, dan bagaimana desain dapat berkontribusi pada kesejahteraan bersama.
Selain itu, dalam konteks masyarakat Indonesia yang multikultural, pendidikan kewarganegaraan membantu calon arsitek untuk lebih menghargai keragaman budaya dan adat istiadat. Seorang arsitek yang memahami pentingnya toleransi dan keberagaman akan mampu menciptakan karya-karya yang tidak hanya mencerminkan nilai-nilai budaya lokal, tetapi juga mampu menyatukan berbagai elemen budaya ke dalam sebuah desain yang harmonis dan fungsional. Hal ini penting agar karya arsitektur dapat diterima dan dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat, sekaligus menjaga keutuhan identitas nasional.
PKn juga membekali arsitek dengan wawasan tentang isu-isu global yang relevan, seperti keberlanjutan lingkungan, pembangunan berkelanjutan, dan diplomasi budaya. Dalam era globalisasi ini, arsitek harus mampu berpikir global sambil tetap mempertahankan identitas lokal dalam karyanya. Dengan latar belakang PKn, seorang arsitek dapat menjadi jembatan antara kebutuhan lokal dan tuntutan global, menciptakan desain yang tidak hanya relevan secara internasional tetapi juga menghormati nilai-nilai budaya dan kebangsaan.
Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan tidak hanya penting bagi generasi muda sebagai individu yang akan hidup dan berkontribusi dalam masyarakat, tetapi juga sangat relevan bagi disiplin arsitektur. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kewarganegaraan ke dalam proses pendidikan, kita dapat menciptakan generasi arsitek yang tidak hanya kreatif dan inovatif, tetapi juga memiliki kesadaran sosial yang kuat dan mampu menciptakan karya yang berkontribusi pada kemajuan bangsa dan kesejahteraan masyarakat.
PKn adalah fondasi bagi masa depan yang lebih baik. Bagi generasi muda dan arsitek, ini bukan hanya tentang menjadi warga negara yang baik, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan fisik dan sosial yang mendukung perkembangan masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Oleh : Muhammad Ihsan
Fakultas : Teknik
Prodi : Arsitektur
Universitas Negeri Yogyakarta
Kelas G
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H