Mohon tunggu...
Muhammad Iftahul Jannah
Muhammad Iftahul Jannah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

manusia bisa terang karena ada manusia lain

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Melawan Toleransi—Mencermati Toleransi

6 Juli 2012   10:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:14 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seharusnya musuh dan hal yang paling tidak patut kita kaitkan dengan toleransi adalah tentang sesuatu yang mudarat—kalau sekarang kita dihadapkan pada kasus korup, maka hal itulah yang sangat tidak patut mendapat toleransi, karena efeknya mencakup kemaslahatan masyarakat. Hal ini tentunya membutuhkan pengertian bahwa setiap manusia yang ada di Negara ini harus terus meningkatkan kualitas hidup—yang kaya membantu meningkatkan kualitas hidup yang miskin, yang memiliki pendidikan tinggi menularkan kepintarannya, yang memiliki kekuasaan tidak berpikiran untuk melanggengkannya sampai akhir hayat. Seperti yang dituliskan oleh ahmad wahib bahwa “Bagiku dalam bekerja itu harus terjamin dan diperjuangkan dua hal : Penghasilan harus meningkat dan Pengalaman dan pengetahuan harus terus bertambah”. Semua didasarkan pada peningkatan kehidupan manusia.

Membangun toleransi ini sendiri tidak akan berjalan tanpa pemahaman dan prinsip kepercayaan yang harus mulai dibangun. Terlalu naïf rasanya kalau kita mengimpikan bangsa besar ini akan berkembang kalau hal tersebut di atas tidak dilakukan—karena keadaan kritis yang terjadi di Indonesia saat ini merupakan akibat dari hilangnya kepercayaan dan dukungan bahwa Indonesia dapat mencapai “adil dan makmur”.

sampai hari ini masih kau dengar teriakan kosong orang-orang diparlemen

semua saling menyahut untuk terpilih menjadi sesuatu yang benar

layaknya kontestan yang berlomba dalam mendogma kebenaran

semakin sering mendengar teriakan kontestan, tidak membuat pengemis dan bayi-bayi berhenti kelaparan dan kekurangan gizi

bahkan muncullah problem-problem baru khas zaman jahiliyah

anak-anak wanita dilahirkan untuk menjadi pelacur dan anak laki-laki diajarkan untuk menjadi penikmatnya

lihatlah sayang, penjajahan dan kemerdekaan tidak ada bedanya saat ini

kau lihat pemerkosaan di zaman penjajahan, sekarang lebih ramai—kau lihat kelaparan dan kematian tragis zaman penjajahan, sekarang muncul dengan motif dan cara baru yang lebih mengerikan—kau lihat petani dan pelaut bekerja tanpa hasil di zaman penjajahan, sekarang nasibnya tiada berkecukupan—kau lihat banyak penyakit yang muncul di zaman penjajahan, sekarang pengobatan hanya bersedia untuk orang-orang kaya

lihatlah sayang, gemerlapan lampu dan gedung-gedung tinggi nan megah yang dibangun sekarang hanya menjadi payung pemilik modal dan politisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun