Mohon tunggu...
Muhammad Idhan
Muhammad Idhan Mohon Tunggu... Wiraswasta - blogger

Hay, saya ingin mempopulerkan tulisan saya Mohon bantu support nya ya Salam kenal🙏

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Demokrasi Aneh

18 Februari 2024   06:38 Diperbarui: 18 Februari 2024   06:51 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dinegeri yang gemilang, demokras aneh,

Suara rakyat terdengar, namun sering terkekeh.

Pemilih menjadi tarian drama,

Politik bergulir, seperti permainan karma.

Suara rakyat, melodi yang merdu,

Namun kadang terasa, seperti angin yang surut.

Janji-janji terucap, di atas mimbar yang tinggi,

Namun realita kadang berbeda, seperti bayang yang menghilang.

Demokrasi aneh, seperti cermin retak,

Pemimpin berlalu, meninggalkan jejak yang tak terlacak.

kebebasan berseru, namunn terkadang terkungkung,

Seakan dilempar gelombang, tapi tetap tak terdukung.

Namun diantara bayang-bayang kebingungan, 

Harap masih berkembang, dibawah sinar kebijakan.

Demokrasi aneh, bagai bunga yang mekar,

Mekar terasa rumit, tetaplah kita berharap, bersama-sama berjalan.

Seiring waktu bergulir, semoga terukir kisah baru,

Demokrasi aneh, tumbuh dan mekar dengan cinta yang sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun