Mencicipi bubur manado di daerah asalnya memang beda. begitulah kesimpulan saya. meski pedasnya begitu menonjol tapi tetap saja nikmat. entah bagaimana si pemasak meraciknya. kami semua bercucuran keringat saat itu, tapi segar rasanya.
kelak ketika perjalanan pulang ke makassar, rasa pedas ala manado membuatku gelisah di pesawat.
Kota Pariwisata
Saat berada di manado, nampak jelas kota ini sedang berbenah. beberapa spanduk dan tulisan menjelaskan alasan pembenahan itu. tahun 2010 ini, manado mendeklarasikan dirinya sebagai kota pariwisata dunia. bekal deklarasi itu sebenarnya sangat jelas yakni pesona Taman Nasional laut Bunaken yang banyak digemari oleh wisatawan domestik dan mancanegara.
Meski jualan utama wisata adalah Bunaken, namun pusat kota manado juga ikut berhias. selintas nampak mereka telah siap. jalan-jalan beraspal mulus, orang-orang yang ramah dan lain sebagainya.
Saat World Ocean Conference (WOC) di gelar di Manado pada tahun 2009, ribuan pendatang membanjiri kota ini. mereka berasal dari berbagai negeri. masyarakat dan pemerintah kota manado mempersiapkan banyak hal saat itu termasuk fasilitas jalan dan akomodasi serta etika masyarakat. ibarat putri, manado saat itu bersolek sedemikian rupa. dan hasilnya adalah kepuasan para pengunjung. banyak teman yang datang ke manado saat WOC memberikan jempol bagi tuan rumah.
meski saya ke sana paska WOC, namun kecantikan sang putri masih ada. setidaknya itu terlihat dari masih relatif bagusnya sarana jalan yang sempat kami lalui. semoga saja demikian seterusnya, karena kebetahan seorang wisatawan lebih kurang juga ditentukan oleh bagus tidaknya fasilitas pendukung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H