Mohon tunggu...
Muhammad Ichlasul Arifin
Muhammad Ichlasul Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai Saya Muhammad Ichlasul Arifin Bisa dipanggil Arif, aku sangat menyukai tentang sejarah yang berkaitan dengan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antuisme Masyarakat Solo Dalam Pemilu 1955: Sebuah Tonggak Sejarah Demokrasi Indonesia

21 Juni 2024   17:03 Diperbarui: 22 Juni 2024   20:05 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan Umum (Pemilu) 1955 merupakan momen bersejarah yang tak terlupakan bagi bangsa Indonesia. Sebagai pemilu pertama pasca kemerdekaan, peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan demokrasi negara yang baru berusia satu dekade. Di kota Solo, Jawa Tengah, antusiasme masyarakat dalam mengikuti pesta demokrasi ini begitu luar biasa, mencerminkan semangat kebangsaan yang menggelora.

Penulis: Dwi Bagus Cahyono dan Faisal Anwar Al-Rasyid

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam membangun fondasi negara. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari agresi militer Belanda dan pergolakan internal mewarnai tahun-tahun awal republik ini. Setelah pengakuan kedaulatan pada 1949, pemerintah mulai mempersiapkan pemilu yang dijanjikan sejak awal kemerdekaan.

Pemilu 1955 diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Konstituante. Total ada 1.782 kursi legislatif yang diperebutkan oleh 28 partai politik dan lebih dari 100 organisasi serta perorangan. Ini menjadi ajang pertama bagi rakyat Indonesia untuk benar-benar menentukan arah bangsa melalui pilihan politik mereka.

Persiapan Pemilu di Solo

Di Kota Solo, persiapan pemilu dilakukan dengan sangat matang. Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) cabang Solo bekerja keras memastikan logistik dan administrasi berjalan lancar. Ratusan Tempat Pemungutan Suara (TPS) didirikan di seluruh penjuru kota, dari pusat kota hingga ke pelosok desa.

Sosialisasi pemilu gencar dilakukan melalui berbagai media. Poster-poster informasi ditempel di tempat-tempat strategis, pengumuman disiarkan melalui radio lokal, dan pertemuan-pertemuan warga diadakan untuk menjelaskan tata cara pemilihan. Masyarakat Solo yang terkenal dengan tingkat literasi politiknya yang tinggi, menyambut pemilu ini dengan penuh semangat.

Antusiasme Warga Solo

Pagi hari pelaksanaan pemilu, 29 September 1955, menjadi saksi betapa antusiasnya warga Solo. Sejak subuh, jalanan kota sudah dipenuhi orang-orang yang bergegas menuju TPS. Di banyak tempat, antrian pemilih sudah terbentuk bahkan sebelum TPS dibuka secara resmi.

"Saya dan istri sengaja bangun pukul 04.00 pagi untuk bersiap-siap. Kami ingin menjadi yang pertama memberikan suara di TPS kami," ujar Pak Harjo, seorang pedagang pasar yang ditemui di TPS Kelurahan Jebres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun