Namun, apakah ini berarti bahwa pendidikan harus diubah sepenuhnya? Tentu saja tidak. Pendidikan yang baik memang harus menilai pencapaian intelektual mahasiswa, tetapi itu tidak boleh menjadi satu-satunya tolok ukur kesuksesan. Dalam dunia yang semakin kompleks ini, soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, dan kepemimpinan menjadi kunci untuk mencapai kesuksesan jangka panjang. Sayangnya, kemampuan-kemampuan ini seringkali tidak mendapat tempat dalam sistem penilaian yang ada.
Kampanye untuk Pembaruan Sistem Penilaian
Ada banyak universitas dan perguruan tinggi yang mulai mempertimbangkan pendekatan alternatif dalam menilai mahasiswa. Penilaian berbasis kompetensi (competency-based assessment), misalnya, lebih menekankan pada apakah mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam situasi nyata, bukan hanya pada nilai ujian yang dicapai. Dalam sistem ini, mahasiswa dinilai berdasarkan kemampuannya untuk menyelesaikan proyek atau tugas yang relevan dengan dunia nyata, yang tentu lebih mencerminkan kesiapan mereka untuk bekerja dan berinovasi setelah lulus.
Beberapa universitas bahkan mulai mengadopsi portofolio digital sebagai alat penilaian, di mana mahasiswa dapat menunjukkan pencapaian mereka melalui berbagai bentuk karya, penelitian, dan kontribusi sosial yang mereka lakukan selama masa studi. Ini memberi ruang bagi mahasiswa untuk menunjukkan potensi mereka secara lebih luas daripada sekadar nilai yang mereka peroleh dari ujian dan tugas.
Kesimpulan: Apakah Nilai Akademik Masih Relevan?
Nilai akademik, dalam sistem pendidikan yang ada sekarang, memang memiliki peran penting dalam menunjukkan sejauh mana seorang mahasiswa dapat menguasai materi yang diajarkan. Namun, kita harus mengakui bahwa penilaian semacam ini tidak cukup untuk mencerminkan kesuksesan sejati seorang mahasiswa. Dalam pandangan Tan Malaka dan Karl Marx, sistem pendidikan yang berfokus semata-mata pada angka dan ujian hanyalah bagian dari upaya sistem kapitalisme untuk menyesuaikan individu dengan norma yang ada, tanpa memberi mereka kesempatan untuk berpikir bebas dan berinovasi.
Untuk menciptakan pendidikan yang lebih relevan dan bermanfaat bagi mahasiswa, kita perlu mengembangkan sistem penilaian yang lebih holistik, yang tidak hanya menilai pencapaian akademik, tetapi juga keterampilan sosial, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian, kita dapat menciptakan individu-individu yang tidak hanya sukses dalam dunia akademis, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan profesional mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H