Seperti yang kita ketahui bersama, generasi milenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1980-2000. Jika dihitung, umur generasi milenial berada direntang 20-30 tahun yang dapat digolongkan sebagai golongan produktif di era kemajuan teknologi.
Tapi pernahkah kita berpikir, bahwa generasi milenial ini lahir dan hidup dinegara yang katanya "tongkat kayu dan batu jadi tanaman" yang menggambarkan betapa suburnya negara ini.
Negara yang kita kenal sebagai negara agraris dengan sebagian besar penduduknya bekerja pada bidang pertanian dengan memiliki lahan pertanian yang luas, sumber daya alam beraneka ragam dan berlimpah.Â
Namun, yang menjadi pertanyaan adalah. Apakah generasi produktif yang kita sebut generasi milenial mampu memanfaatkan kesuburan tanah dan kekayaan alam ini?
Mari kita jawab bersama.Â
Berdasarkan tabel di atas, jumlah usia 20-34 tahun sebanyak 32.790.700 jiwa baik perempuan maupun laki-laki. Yang menandakan bahwa sebanyak 32 juta jiwa ketika mengelola sektor pertanian dengan baik mungkin saja sudah lebih dari cukup.Â
Dengan melihat kembali pada tahun 1984 Indonesia meraih swasembada pangan dengan jumlah penduduk saat itu sebanyak 161,5 juta jiwa dan seharusnya tren swasembada pangan itu tetap berlanjut sampai saat ini jika jumlah penduduk yang menjadi faktor utama.
Nyatanya, jumlah penduduk tidak menjadi jaminan suatu negara mengalami swasembada pangan. Dilansir dalam www.cnbcindonesia.com Indonesia  terancam krisis pangan. Hal ini berbanding terbalik dengan lahan dan sumber daya alam yang berlimpah.
Mari kita kembali ke pertanyaan awal, bertani bagi generasi milenial apakah peluang atau tantangan?.Â
Dilansir dalam www.jpnn.com survei membuktikan minat generasi Z dan milenial jadi pengusaha sangat tinggi. Berdasar hal ini, tentunya ini adalah tantangan sekaligus peluang bagi pemerintah dalam mendorong generasi milenial menjadi Petani Milenial.
Hal yang harus diperhatikan adalah dalam melakukan upaya mendorong generasi milenial menjadi Petani Milenial, dibutuhkan suatu program Petani Milenial seperti yang telah diselenggarakan di Jawa Barat dan telah menerima 8000-an berkas pendaftaran dari anak muda didaerahnya. Program ini bertujuan mengembangkan pertanian daerah dengan pemanfaatan teknologi mutakhir.
Ini adalah langkah awal yang harus didukung, sebab menjadi seorang petani di era saat ini cenderung lebih mudah karena telah didukung oleh alat-alat pertanian yang mutakhir.Â
Bayangkan saja, jika sebanyak 32.790.700 petani milenial lahir di negara subur dan sumber daya berlimpah, maka negara Indonesia akan menjadi negara agraris dengan swasembada pangan setiap tahunnya. Tidak hanya itu, kita juga bisa terhindar dari krisis pangan yang notabenenya pangan adalah kebutuhan dasar setiap manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H