1. Sallam bin Sawwar 2. dari Maslamah bin Shalt 3. dari Az-Zuhri 4. dari Abu Salamah
5. dari Abu Hurairah 6. dari nabi SAW
Dari rangkaian para perawi di atas, perawi yg pertama & kedua bermasalah. Yaitu Sallam bin Sawwar & Maslamah bin Shalt. Sallam bin Sawwar disebut oleh Ibnu Ady, seorang kritikus hadits, sebagaig munkarul hadits. Sedangkan oleh Imam Ibnu Hibban, dikatakan bahwa haditsnya tidak bisa dijadikan hujjah (pegangan), kecuali bila ada rawi lain yg meriwayatkan haditsnya. Perkataan Ibnu Hibban ini bisa kita periksa dalam kitab Al-Majruhin.
Sedangkan Maslamah bin Shalt adalah seorang yang sebagaimana komentar Abu Hatim. Secara etimologis, matruk berarti ditinggalkan. Sedangkan menurut terminologi hadits, hadits matruk adalah hadits yang dalam sanadnya ada rawi yang pendusta. Dan hadits matruk adalah 'adik' dari hadits maudhu' (palsu).
Bedanya, kalau hadits maudhu' itu perawinya adalah seorang pendusta, sedangkan hadits matruk itu perawinya sehari-hari sering berdusta. Kira-kira hadits matruk itu boleh dibilang semi maudhu'.Kesimpulannnya, hadits ini punya 2 gelar. Pertama, gelarnya adalah hadits munkar karena adanya Sallam bin Sawwar. Gelar keduanya ialah hadits matruk karena adanya Maslamah bin Shalt.
Kualitas hadits ini adalah hadis dha'if dimana hadis dhai'f tidak bisa dijadikan dasar landasan hukum, terlebih jika digunakan sebagai dasar dalam permasalahan-permasalahan akidah. Akan tetapi bagi sebagian ulama ada yang membolehkan hadis-hadis dha'if dijadikan sandaran jika hanya berupa "Fadha'ilul 'a'mal" (keutamaan-keutamaan amalan) agar memotivasi orang lain untuk lebih giat beribadah.