Mohon tunggu...
M.Helmi Azhar
M.Helmi Azhar Mohon Tunggu... Insinyur - Senior RnD Engineer, Mahasiswa MM

Excellence in Engineering, Mahasiswa Magister Manajemen - Universitas Pelita Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kenali Apa Itu "Turnover Intentions"

13 Mei 2024   21:35 Diperbarui: 19 Juli 2024   13:32 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah di perusahaan kalian bekerja sering melihat karyawan banyak yang resign? kemudian perusahaan merekrut kembali orang lain tapi tidak lama setelah itu karyawan nya resign juga? Sepertinya fenomena seperti itu sudah familiar ya. Mayoritas akan berfikir hal tersebut disebabkan oleh ketidakmampuan HRD nya dalam melakukan tugas nya. Tentulah tidak sepenuhnya benar, karena banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Sebelum kita bahas lebih jauh, ada baiknya kita ketahui dulu apa itu istilah Turnover Intentions. Harninda (1999: 27) menjelaskan bahwa turnover intentions pada dasarnya adalah sama dengan keinginan berpindah karyawan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya. Dapat digarisbawahi hanya baru sampai keinginan untuk berpindah, belum sampai pada tahap realisasi yaitu berpindah tempat kerja. Turnover intentions merupakan bentuk keinginan karyawan untuk berpindah ke perusahaan lain.

Menyambung dari bahasan bahwa fenomena banyaknya karyawan yang resign disebabkan oleh ketidakmampuan HRD dalam melakukan tugasnya. Bukan berarti HRD merupakan satu-satunya pihak yang  disalahkan jika tingkat turnover karyawan cukup tinggi di perusahaan. Dalam interaksi kerja seorang karyawan, ada 4 pihak yang bersinggungan dalam proses kerja karyawan, yaitu :

1. Atasan Langsung
2. Tim Kerja
3. Rekan Kerja / lingkungan kerja
4. HRD

Umumnya karyawan yang memiliki keinginan untuk berpindah dikarenakan ketidaksesuaian dengan kesepakatan awal, kekecewaan atas pemenuhan hak nya, budaya kerja yang tidak cocok, ketidakcocokan dengan rekan kerja, serta minimnya peluang untuk progress pengembangan karir kedepannya. Hal ini terjadi di beberapa lapisan karyawan mulai dari karyawan dengan kontribusi kerja biasa hingga "top perfomer" juga bisa mengalaminya.

Masing-masing pihak diatas berkontribusi dalam kenyamanan serta efektivitas kerja seorang karyawan.

Semua pihak diatas ditambah peran utama manajemen lah yang berkontribusi besar dalam turnover yang terjadi.

Pergantian karyawan atau keluar masuknya karyawan dari perusahaan adalah suatu fenomena penting dalam kehidupan organisasi. Ada kalanya pergantian karyawan memiliki dampak positif. Namun sebagian besar pergantian karyawan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap perusahaan, baik dari segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang.

Indikasi terjadinya turnover intention

Turnover intention ditandai dengan berbagai hal yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain:

1. Absensi yang meningkat

2. Mulai malas kerja

3. Naiknya keberanian untuk melanggar tata tertib kerja

4. Keberanian untuk menentang atau memprotes atasannya

5. Tingkat keseriusan untuk menyelesaikan tanggung jawab kerja yang menurun dari biasanya

Dampak Turnover pada perusahaan

Tingkat turnover yang tinggi merupakan petunjuk ketidakstabilan karyawan. Semakin tinggi turnover, semakin sering terjadi pergantian karyawan. Tentu hal ini sangat merugikan perusahaan karena jika seorang karyawan meninggalkan perusahaan akan membawa berbagai kerugian seperti:

1. Biaya penarikan karyawan

2. Biaya pelatihan

3. Apa yang dikeluarkan

4. Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi

5. Adanya output produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan

6. Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya

7. Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru

8. Perlunya melakukan kerja lembur, kalau tidak akan mengalami ketimpangan dalam proses handover pekerjaan

Jadi apa solusinya untuk menghadapi hal tersebut ?

HRD bersama dengan manajemen sebaiknya merumuskan kebijakan dan rencana pengembangan organisasi yang relevan dengan kebutuhan karyawannya. Dan juga memberikan upah secara layak karena jika karyawan mendapatkan hak nya dengan penuh maka fenomena turnover intention dapat berkurang

Bukan hanya mengenai kebijakan yang berkaitan dengan reward dari manajemen, tetapi juga terkait dengan pengembangan sumber daya manusia, serta kultur perusahaan.

Dan juga kita sebagai karyawan ada baiknya untuk lebih selektif dalam memilih perusahaan yang dituju.

Jika semua pihak bersinergi dengan baik, cepat atau lambat turnover akan berkurang dengan sendirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun