Mohon tunggu...
Muhammad hatta Abdan
Muhammad hatta Abdan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Hatta Abdan

FB : Muhammad Hatta IG : mhattaabdan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Khairun Ternate, Maluku Utara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senja dan Cerita di Negeri Maghribi

10 Januari 2023   01:45 Diperbarui: 10 Januari 2023   01:55 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gema merdu adzan magrib pecah di daratan tanah negeri Maghribi. Senja hangat di langit pulau panjang Halmahera lenyap perlahan tanpa jejak. Jingganya pudar tak tersisa, sedangkan deru deras ombak terus menampar naik ke tepi pantai pasir putih.

Ombak naik menghapus jejak langkah perempuan tua yang sedari sore mengumpul kayu. Layar kokoh diatas laut masih terombang ambing. Adzan terus menggema mengajak pulang sang Ayah yang masih di laut lepas untuk segera lekas pulang.

Burung-burung camar berkicau saling mengajak untuk segera pulang pada rumah, langit mulai gelap dan bocah-bocah berambut keriting yang bermain bola sudah menyemburkan tubuh ke pantai. Adzan menggema sebagai tanda panggilan yang bukan sekadar untuk pulang ke rumah, tapi pula untuk sholat.

Perempuan tua yang mengambil kayu, sang ayah yang perlahan menepi ke tepi pantai, burung-burung camar, dan juga bocah-bocah berambut keriting itu bukan sekadar pulang untuk beristirahat, tapi langsung pergi pulang menuju masjid untuk sholat setelah membasuh tubuh dengan air sumur.

Senja hilang tanpa jejak, pulau-pulau yang berjejer menghias laut lepas Desa Waci mulai lenyap ditelan gelap. Bintang gemintang kini beredar diatas langit malam Jumat. Sementara purna mencakar malam tanpa nama, hanya cahaya ilahi yang gemerlap sempurna menghiasi sunyi dibelakang rumah.

Bersama kopi ditemani Mama, aku melanjutkan cerita untuk dikenang. Pinang dan sirih kini memerah bagai darah seorang pejuang yang ditebas oleh pedang musuh. Mama mulai merangkai mengulang kembali cerita kelam perihal sang ayah yang dipanah oleh orang hutan. Saya larut pula sedih dalam cerita yang disederhanakan oleh Mama, tragis, tapi didekat Mama saya tak pernah takut. Sebab, ada peluk yang sewaktu-waktu yang membalut.

 Waktu hampir sepertiga, kopi tandas tinggal ampas. Malam yang panjang dengan cerita yang tragis, Mama masuk untuk tidur, semenatara saya masih duduk mewarnai malam dengan kata-kata. Di Negeri Maghribi, tanah para raja-raja yang mengajarkan kami tentang tradisi. Cuman sepenggal kalimat yang dititip, yaitu, "jaga hati disetiap hari dan kita jangan coba-coba mengambil sesuatu yang bukan milik kita".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun