Merebahkan tubuh diatas pasir-pasir putih yang membentang. Merelakan segala lelah pada embusan angin yang meniup. Dibawa rindang pohon yang lebar, ada nyanyian yang ia lantunkan dengan senduh.Â
Matahari perlahan tengelam, langit-langit seketika memerah dengan warna senja yang mulai nampak.
Gema suara ombak diantara karang-karang terdengar lirih seiring bersama dengan lagu-lagu yang ia nyanyikan. Penghujung Senja yang teduh, ia menyerahkan segala lelahnya pada warna jinga di langit senja dengan pasrah.Â
Berjalan menepi ke tepi pantai lalu dengan segera menenggelamkan tubuh di kedalam air laut yang jernih.
Laut memerah dan suasana sore makin meriah, bocah-bocah lugu yang berseluncur dengan papan diantara ombak-ombak yang pecah menjadi penghias mata dikala ia duduk menikmati penghujung Senja.Â
Mama-Mama yang merunduk mengumpul kayu-kayu kering memanjakan senja dengan suar keringat yang terus menetas. Ia menatap dan menggambarkan itu dengan goresan pena didalam catatannya. Â
Perahu-perahu yang berlayar tepat dibawa kaki senja memberi gambaran cerah bagi dia untuk terus melukis dan menulis. Imajinasinya terbang bersama penghujung Senja saat gema adzan magrib hampir terdengar.Â
Ia hirup dalam-dalam udara senja diwaktu sore itu kedalam lubuk, ia pun tenggelam bersama gelap yang melenyapkan segala yang nampak.
Bocah-bocah, Mama-Mama, dan Perahu-perahu yang sedari tadi menjalankan aktivitas, kini telah pulang dan hilang diantara gelap yang telah menutupi terang.Â
Ia masih tetap disitu, menikmati laut di penghujung Senja hingga catatannya kecilnya terisi penuh dengan tulisan-tulisan sederhana yang ia rangkai sebagai kenagan
Suara adzan magrib telah usai, dan ia pun pulang dengan puisi yang tinggalkan diatas pasir putih. Warna senja makin indah ketika gelap juga turut bergabung dan membalut. Ia pulang membawa sepotong warna senja didalam catatannya.