Bulan Mei pergi bersama sisa-sisa kenagan lalu yang tak lagi asik untuk di kenagan kembali. Segala bentuk cerita dan derita telah saya buang jauh-jauh kedalam jurang yang paling dalam. Dan dia telah saya hilangkan dalam catatan-catatan harian yang pernah ku tulis tentangnya.
Kini Juni telah hadir bersama dia, awal bulan ini adalah awal bulan paling istimewa yang pernah saya rasa. Belum terlalu lama saya dan dia saling mengenal, tapi ketika bertemu pasti ada getaran kuat dalam hati, di tambah lagi rasa kaku dan malu yang selalu menyelimuti saya. Meski pun demikian, besarnya niat saya untuk selalu bertemu dengannya tidak berkurang sekali pun.
Pertemuan antara saya dan dia terus berlanjut. Hari ini   telah genap seminggu saya dan dia menjalin hubungan pertemanan, sudah ada beberapa cerita yang saya rangkum bersamanya.Â
Dan kelak nanti bisa jadi kenagan. Dia sangat terbuka saat bercerita, berbagai macam hal saya dan dia bahas, mulai dari aktifitas di kampus, cinta, dinamika sosial, dan juga sampai pada hasil-hasil bacaan buku.
Hampir setiap malam saya dan dia duduk dan berdiskusi sampai berjam-jam. Yang paling dia suka saat duduk berdiskusi adalah dengan minum kopi, malam itu saya dan dia menikmati kopi Nescafe dan juga gorengan pisang. Pernah saya bertanya pada dia tentang manfaat kopi, lalu dengan santainy dia menjawab,
 "Kopi yang di seduh di pagi hari akan menghilangkan sedih di sepanjang hari dan kopi yang di seduh saat-saat diskusi di malam hari akan melahirkan konsep-konsep kritis tentang perubahan sosial dan juga cinta. Apalagi, yang manikmati itu adalah dua orang yang baru bertemu. Yaa seperti kita, hehehe"
Kata-katanya di malam itu tentang kopi membuat saya terpana dan terkesima. Hingga hari-hari yang saya jalani pun selalu ada dia dalam setiap langkah.Â
Hari ini dia tak ada kabar, saya dan dia belum bertemu. Biasanya jam-jam begini kami sudah bertemu memulai diskusi atau membahas hal-hal baru.
Sampai malam menjelang, dia belum juga ada kabar, saya telah mencoba menelponnya berunglang kali, tapi dia tidak pernah menjawab. Sekitar jam 20:34 saya berniat untuk langsung menemui dia di kosannya, tapi sesampainya di sana dia tidak ada di kosan. Tanpa pikir panjang saya langsung pulang menuju kosan teman saya di belakang kampus.
Malam ini saya duduk dengan teman saya, membahas tugas-tugas untuk besok hari, hampir beberapa jam saya dan teman saya duduk membikin tugas dan menikmati kopi. Tepat di jam 21:59, Hendpond saya bergetar rupanya ada panggilan masuk, dengan cepat saya langsung melihat ke layar kaca, ternyata yang menelpon saya adalah dia. dia bilang dia baru pulang dari terminal bersama temannya, dan dia langsung menyuruh saya untuk segera ke kosannya. Saya pun langsung pergi ke kosanya.
Dan malam ini saya dan dia mau lanjut diskusi soal-soal baru yang kami dapat dari koran. Ternyata saya sudah di tunggu oleh dia dengan secangkir kopi yang dia buat sendiri. Dia adalah perempuan dewasa dan juga cerdas yang akan saya jaga dengan cinta dan doa. Terimakasi telah menjadi perempuan yang memahami dan menemani saya di sepanjang malam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H