Malam dilanda hujan, Nada-nada rintiknya adalah tentang rindu, Tentang Mama yang seperti candu yang ku paduh sebagai wujud paling indah.
Bintang hilang tinggalkan bulan
Langit gelap semakin gelap, sedang kan mengigat mu tak perna lenyap.
Kau abadi dalam dada serta akal, dan terimakasi untuk pangkuan mu disaat umur Masi dibawah.
Aku sering terkapar parah diatas kamar.
Sakit dan minta ku hanya lewat telpon, kau dengar lalu menagis.
Aku pun menagis dan meresa paling bersalah. Maaf, jika tindakan ini membuat mu terbebani.
Dewasa ku masi perlu masa-masa bersama mu. Menikmati masakan mu serta  mendengar marah mu,
Namun, saat-saat seperti ini kau jauh bahkan jarang untuk ku beri kabar, disini aku sabar dan tabah melawan lapar menentang dahaga.
Ini tentang Mama, tentang kasih dan cintanya yang tak pernah habis, meski usianya makin menepis. Doanya ku resapi, ku nikmati sebagai bunga yang mekar saat pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H