Mohon tunggu...
Muhammad hatta Abdan
Muhammad hatta Abdan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Hatta Abdan

FB : Muhammad Hatta IG : mhattaabdan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Khairun Ternate, Maluku Utara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balik Menuju Kota Lapar

9 Mei 2022   22:19 Diperbarui: 9 Mei 2022   22:34 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Balik Menuju Kota Lapar

Oleh: Muhammad Hatta Abdan


Pagi, sekitar jam 6:34 WIT, teriakan Mama dari dapur membangkungkan saya, tanpa lama-lama diatas tempat tidur saya langsung bangun dan menuju dapur untuk sejenak duduk dan menikmati udara pagi. Sementara Papa dan Mama sibuk mempersiapkan segala keperluan yang nantinya saya bawa ke kota lapar, dari mengisih baju-baju saya didalam tas dan juga beberapa kue-kue kering didalam kardus. Saya masih duduk dibelakang rumah dengan sisa-sisa ngantuk yang kuat.

"Mandi sudah", ucap Mama. Saya belum terlalu pusing dan Masi terus duduk. Setelah cukup menghirup udara pagi, saya langsung keluar menuju halaman rumah dan kelur ke bahu jalan, pagi ini belum terlalu ramai, sementara Mama masi dengan kalimat yang sama, "Mandi sudah", mendengar itu saya langsung masuk kedalam rumah dan kemudian mengambil handuk untuk segera cepat-cepat mandi.

Setelah selesai mandi dan ganti baju, saya keluar sebentar untuk membeli rokok dan pulsa. Diperjalan menuju warung, Papa dengan baju dinas kebun lewat dibelakang saya dengan membawa parang dan juga karung, Papa juga masuk kedalam warung untuk membeli rokok sama-sama dengan saya. Rupanya papa akan pergi ke kebun untuk mengecek buah pala yang sudah lama tidak lagi dilihat. Saya hanya terdiam,  sesekali saya berfikir dan kasihan terhadap Papa, Saya keluar dengan cepat dari warung sebelum menambah uang rokok papa, sedangkan papa masi didalam membeli rokok. Pagi itu, saya hampir menangis. Tatapan mata saya dari kejauhan terus mengikuti langkah Papa yang pergi menuju Jembatan. Dalam hati saya berkata, "Terimakasi atas kasih dan cinta ini Papa".

Saya langsung balik ke rumah untuk menunggu Oto (mobil) yang akan saya dan teman-teman naiki menuju ke kota lapar. Seleng beberapa menit berdiri didepan teras, tiba-tiba ada telpon masuk dan yang menelpon saya adalah Lasmi, teman saya yang juga akan balik menuju kota lapar, katanya sang supir menyuruh saya untuk membawakan semua barang-barang saya ke rumahnya, mendengar itu saya langsung masuk dan memanggil Bule adik kandung saya untuk membantu saya. Tanpa lama-lama saya dan adik saya langsung pergi membawa barang-barang saya ke rumah Lasmi, karena Oto yang akan kami tumpangi ada di dirumahnya. Sementara dari arah belakang Mama mengikuti kami dengan setengah berlari, saya hanya tersenyum sembari memandang Bule. Adik saya.

Setelah Samapi dan memberi semua barang-barang saya ke sang supir saya langsung pergi mendekati Faujan dan juga Arkan teman-teman baik saya dikampung, lalu saya mengeluarkan sebungkus rokok Surya dan membagikannya kepada mereka. Adik saya sudah pulang menuju rumah, sedangkan Mama Masi sibuk mencari Oto untuk Eka, adik perempuan saya yang juga akan pulang ke desa dotte, didepan rumah Darto, saya, Faujan, Jihan, dan Arkan duduk menghisap rokok sembari bercanda dan tertawa bersama. Tak lama kemudian, Kaka Fiko dan Sahlan datang, Saya dan mereka pun duduk memulai wacana tentang nantinnya kami akan sama-sama berkebun dengan menanam pala. " Ini investasi jangka panjang yang tidak akan pernah habis sampai akhir zaman" ucap Kaka Fiko sembari menghembuskan asap rokok.

Wacana saya dan teman-teman tentang kualitas dan penghasilan buah pala terus berlanjut sampai Kaka Raswan, sang supir datang dengan bunyi klakson ditekungan. Saya dan Jihan serta teman-teman yang lain berdiri dan segera mendekat ke samping oto, saya dan Jihan langsung naik dikursi paling belakang, Ila, Ati, dan Lasmi pun menyusul naik di tempat Masing-masing.  Sementara dari luar oto, Mama terus mengingatkan saya agar tidak muntah, kata-kata Mama yang mengigatkan saya untuk tidak muntah membuat semua teman-teman tertawa. Saya dan Jihan pun ikut tertawa. Muntah sudah menjadi kebiasaan saya jika naik oto, bahkan hampir sebagian orang juga sering muntah saat menaiki oto untuk bepergian.

Saya dan teman-teman pun berangkat, dua desa di Maba Selatan telah kami lewati. Sepanjang perjalanan saya mencoba untuk tidak berpikir untuk muntah, berbagai macam cara saya lakukan, salah satu cara yang saya lakukan adalah menyandarkan badan dikursi oto lalu menutup mata. Saya akhirnya tertidur Sepenjang perjalanan menuju kota Maba, rasa muntah sudah mulai ada dan saya berusaha kuat untuk menahan dengan segala cara. Dari Kota Maba, Mabapura, dan Buli saya masih kuat dan belum muntah, meski sempat sedikit merasa pusing-pusing. Pak polisi yang bersama kami memutuskan untuk makan bersama kami di Buli agar di Subaim nanti kita tidak lagi singgah. Kaka Raswan, sang supir dan kami langsung menuruti perintah pak polisi yang bersama kami itu.

Matahari di kota Buli sangat panas hari itu, aktifitas orang-orang diluar pun terhambat. Kaka Raswan sang supir oto memberhentikan kami di samping Mesjid karena disamping kanan sana ada rumah makan tempat Pak polisi itu sering makan, kami semua turun dan mulai memesan makanan.  Sambil menunggu makanan saya dan Jihan membaringkan badan diatas tikar dan menikmati wayar angin yang mungkin dapat menghilangkan suar keringat dan pusing-pusing kami.
Selepas makan, saya dan Jihan memesan M-susu segelas lalu santai diteras warung dengan rokok Surya yang hampir habis di hisap. Tanpa membuang-buang waktu Kaka Raswan sang supir langsung menyuruh kami untuk segerah berangkat. Kami pun melanjutkan perjalan lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun