Bukan bicara rasis, atau mendiskiminasikan suku, tidak juga mengunggulkan bangsa ‘Arya’-nya Indonesia. Hanya sebatas analisa sosial biasa, mencari wacana baru dalam keberagaman budaya di Republik ini, yang katanya Republik Jawa. Sekelumit kata yang tercetak besar dalam headline Judul asumsi yang tak perlu disiplin ilmu sosiologi dan antropologi tinggi, atau tidak perlu juga meminta pendapat para pakar dari universitas terkemuka di negara ini, sebab saya tidak punya uang untuk membeli ijazah mereka, hanya mendengar cuap-cuapan mereka. Yah, wajar! Karena ilmu yang mereka dapatkan perlu biaya untuk ‘menebus’ selembar ‘legal sakti’
Sekelumit ucapan seorang panglima besar Gerakan Aceh Merdeka, Sofyan Daud dalam sebuah rekaman rahasia yang CD dokumen penting itu patah dan hilang entah kemana. Video rahasia seorang wartawan Perancis itu menurut saya penting dan menjadi bukti otentik bagaimana pergerakan GAM di sana. Amat saya sayangkan kepingan CD itu patah, sempat mencari tahu, apakah CD yang patah bisa diambil datanya kembali? Para penggiat VCD ‘tanpa ijazah’ di Universitas Glodok sudah saya tanyakan, mereka pun ‘angkat tangan’ sampai saya memutuskan untuk menyimpan kepingan berwana ‘mejikuhibiniu’ itu, dan akhirnya hilang entah kemana.
Heeem, lupakan CD yang bertuliskan ‘Catatan Hitam Atjeh’ itu. Saya teringat ucapan panglima GAM itu dalam sebuah wawancara, di saat disebutkan nama Republik Indonesia. Sofyan Daud marah, dan meralat ucapan seorang penanya. “Iniiiii Negara Jawa!!!!” Dengan mata yang menga-nga ia mengkoreksi dan mengganti nama Indonesia sebagai ‘Negara Jawa.’
[caption id="" align="alignnone" width="400" caption="ceritamu.com"][/caption]
Sepintas ucapan emosional yang keluar dari mulutnya, membuat saya berpikir, mengapa ia menyebut Indonesia dengan istilah ‘Negeri Jawa’ ada apa? Mengapa sebegitu bencinya pria berdarah Aceh ini, sampai-sampai mulut-nya begitu ‘haram’ menyebut Indonesia. Seberapa kecewanya dia?! Lalu ‘ada apa dengan Jawa?’
Saya coba mencari, mengapa dan ada apa dengan Jawa. Ooh, penglihatan mata ‘awam’ saya membenarkan apa ucapan Sofyan Daud dan menganggap apa yang ia ucapkan amat wajar. Sebegitu bencinya dia dengan Indonesia, bukan semata-mata benar-benar membenci sampai ketulung sumsum pria ber-cambang panjang, berkumis dan berjanggut itu.
Hampir 69 tahun Indonesia merdeka, selama 32 tahun dikuasai oleh DINASTY CENDANA, dengan kaisar seumur hidupnya, ‘Soeharto’ beserta antek-anteknya mampu bertengger selama tiga puluh tahun lebih, prestasi yang begitu gemilang menimbun hutang secara diam-diam, membungkam hak warga di negeri ini untuk beropini, sampai ada pembunuh bayaran ‘siluman’ yang setiap hari bertugas ‘membungkam’ suara-suara keras menentang kebijakan dan keputusan orang nomor satu pada masanya.
Saya telisik lagi, di atas Soeharto ada siapa? Ooh, Ada Soekarno. Yang menurut keritualan filosofi jawa kuno dan klenik sepintas siapa Soekarno, ada yang bilang dia itu wali. Ada juga yang menganggap dia itu Satria Piningit, ada juga yang ekstrem mengatakan bahwa SOEKARNO MASIH HIDUP dan akan kembali membawa emas batangan. Hingga masih saja ritual-ritual dan sekelebat mendengar bahwa Soekarno itu orang sakti. Heem, ‘what’s ever you talk about him!’ yang jelas beliau itu seorang presiden dan pahlawan proklamasi itu saja, tanpa ada embel-embel klenik yang membuat buluk kuduk merinding, serta pemujaan atau pengkultus-an sosok Soekarno, sebab akal ini tidak sanggup menembus ‘dunia lain-nya’ gusti Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H