Mohon tunggu...
Muhammad Harkim Novridho
Muhammad Harkim Novridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Platonic Love: Cinta Tanpa Keterikatan Emosional

6 Juni 2023   00:01 Diperbarui: 6 Juni 2023   00:23 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta menjadi satu pembahasan yang menarik untuk dikaji, karena memberikan pengaruh dan dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Setiap manusia tentunya memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam perjalanannya memaknai cinta. Untuk itu bagi mereka yang berada di titik merasakan indahnya cinta, tentu akan menjadi sesuatu yang membahagiakan. 

Namun, cinta tak selalu membahagiakan, jikalau seorang manusia gagal memaknainya, memiliki pemahaman yang dangkal, dan tidak dapat mengendalikan cinta dengan baik, tentu saja cinta mampu menyesatkan dan membuat orang-orang yang sedang merasakannya menderita. Cinta menjadi sebuah kata yang didambakan namun sekaligus ditakuti oleh sebagian orang. Didambakan apabila orang tersebut pernah terbahagiakan olehnya dan ditakuti apabila orang tersebut pernah mengalami trauma karena luka yang diberikannya.

Selain cinta dapat menjadi alat untuk mencapai kebahagiaan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa cinta dapat pula dijadikan alat untuk memperdaya seseorang. Faktanya, tidak sedikit orang yang terjerumus ke dalam cinta yang melahirkan kekecewaan, bahkan hingga menggadaikan kehidupan orang yang terlibat didalamnya. Mengikat diri dengan cinta yang hanya mengedepankan hasrat dan keinginan diri tentunya akan menjadi sesuatu hal yang membahayakan. Orang yang terperdaya dengan cinta, seolah akan melihat orang yang dicintainya dengan kebutaan, orang tersebut akan cenderung melumpuhkan penilaian rasional dan objektif terhadap orang yang dicintainya.

Salah satu yang menjadi tugas dari filsafat adalah membuat seseorang yang mempelajarinya mampu mengelola hidupnya secara baik, dengan melibatkan pemikiran yang rasional. Filsafat seharusnya dapat melepaskan manusia dari kungkungan dan ketundukan terhadap keterikatan emosional. Filsafat sebagai sebuah kajian dalam mengelola setiap sendi kehidupan manusia, tentunya memiliki peran penting bagi manusia dalam mengarahkannya dari pengaruh-pengaruh yang dapat menyesatkan. Salah satunya ysitu pengaruh dalam kesalahan memahami cinta. yang menjadi puncak dari fenomena mental manusia.

 Oleh karena itu, cinta menjadi bahan kajian yang penting serta menarik untuk dibahas melalui jalan filosofis.  Hal ini dibuktikan dengan keberadaan filsuf yang mengkaji dan membahas tentang hal ini. Salah satu teori yang cukup terkenal ialah platonic love yang merujuk oleh pembahasan salah satu filsuf Yunani, yakni Plato. 

Meskipun Plato tidak pernah melabeli cinta jenis ini dengan sebutan cinta platonik, namun ia tercatat menjelaskan bahwa terdapat hubungan cinta tertentu yang tidak melibatkan keterikatan emosional maupun hasrat seksual,

Meskipun terkadang cinta dapat mengantarkan manusia ke dalam penderitaan, namun bagi Plato cinta merupakan keindahan dan melahirkan keindahan. Plato hidup di masa kebebasan berpikir dan demokrasi di Athena. Dia mengartikan cinta sebagai usaha menuju "kebahagiaan" (the Good). Plato meyakini bahwa cintalah yang menggerakkan manusia untuk mencari apa yang terbaik bagi dirinya, yaitu kebijaksanaan. Cinta memang menggerakkan manusia untuk menemukan hal terbaik bagi hidupnya. 

Phaedrus menyimpulkan bahwa cinta merupakan salah satu yang menjadi karakter yang paling mulia, paling dihargai, dan paling kuat untuk membantu manusia dalam memperoleh kehormatan dan keberkahan. Namun, cinta tetaplah sesuatu yang abstrak, sehingga terkadang keberadaannya dapat melumpuhkan pemikiran-pemikiran rasional dan bentuk cinta yang dipandang abstrak inilah yang membuat pendefinisiannya sulit untuk dilakukan. Sebagian orang lebih memilih untuk merasakannya, dengan hal itu, setiap orang akan memiliki penafsiran akan cinta tersendiri, semuanya bergantung berdasarkan pengalaman serta pemahaman setiap orang dalam mengarunginya.

Terkadang dalam memahami cinta, manusia cenderung fokus dengan pembahasan cinta yang memiliki tendensi romantis. Namun, dalam platonic love justru sebaliknya. Cinta dalam platonic love adalah sesuatu yang tanpa hasrat jasmaniyah dan bersifat universal. Dalam cinta jenis ini, manusia memiliki kebebasan dalam memilih seseorang untuk dicintai, bahkan meskipun yang dicintai tidak memberikan hal yang serupa. Selagi cinta dapat memberikan kebaikan dan kita dapat mengambil kebaikan yang ada di dalamnya, maka dengan ini sesuatu tersebut tetap dapat diartikan dengan cinta.

Dianalogikan dalam kisah Eros yang merupakan anak dari Aphrodite seorang Dewi Cinta Yunani dan Ares seorang Dewa Perang Yunani. Suatu ketika, Eros jatuh cinta dengan sosok wanita cantik yang bernama Pysche, namun hal ini membuat Aphrodite iri dan kemudian mengutuk Psyche untuk jatuh cinta terhadap laki-laki lain selain dengan Eros. Meskipun Eros dan Psyche saling mencintai  namun pada akhirnya mereka berpisah, karena Eros menganggap bahwa Psyche telah berkhianat dengan laki-laki tersebut. Dari kisah ini dapat kita lihat, walaupun secara jasmani mereka dipisahkan, namun cinta mereka masih tetap hidup. Kisah inilah yang kemudian menginspirasi Plato dalam menggagas platonic love.

Dalam Phaedrus dijelaskan bahwa karakteristik dari platonic love adalah cinta yang tanpa memiliki keterikatan emosional. Suatu hal yang membuat cinta jenis ini menarik yaitu pandangan bahwa lebih baik mencintai seseorang yang tidak mencintai kita atau tanpa menghiraukan cintanya kepada kita. Karena dengan tidak mempedulikan hal tersebut, tentunya membuat kita terbebas dari keterikatan emosional. Cinta dengan keterikatan emosional akan membawa seseorang ke arah pengharapan dan keinginan. 

Pengharapan dan keinginan inilah yang justru akan mengarahkan pelakunya kedalam jurang kekecewaan. Dengan adanya suatu pengharapan dan keinginan, tentu akan muncul ekspektasi kepada seseorang yang dicintai, dan ketika ekspektasi tersebut tidak sesuai, hal inilah yang membuat cinta dapat melahirkan kepedihan dan penderitaan bagi pelakunya.

Cinta dalam keterikatan emosional menggiring pelakunya menjadi bodoh dan menjijikan, cinta jenis ini digambarkan dengan cintanya serigala terhadap domba, yang bersifat membelenggu. Karena sedalam apapun cinta serigala terhadap domba, serigala tetaplah serigala yang ketika lapar akan melahap domba. Dari gambaran seekor serigala dan domba tersebut, dapat kita lihat bagaimana cinta sejatinya adalah sesuatu yang tak terikat oleh hasrat, bagaimanapun cara kita mempertahankan keterikan tersebut, justru akan menyakitkan. Oleh karena itu, penting bagi domba untuk keluar dan lepas dari belenggu cinta tersebut.

Cinta pada dasarnya merupakan sebuah keindahan dan dapat melahirkan sebuah keindahan pula. Cinta adalah sesuatu yang fitrah sekaligus anugerah yang diberikan oleh ilahi, sehingga sejak dari manusia dilahirkan, terdapat cinta dalam dirinya. Namun disamping itu, cinta dapat menjadi sesuatu yang sangat berbahaya jika dipahami secara keliru. Dapat kita lihat begitu banyaknya permasalahan yang timbul akibat dilandasi oleh cinta yang salah.

Cinta seolah dijadikan alat untuk memperbudak dan diperbudak. Tanpa dilandasi oleh pemikiran yang sehat, tentu akan mudah bagi seseorang untuk jatuh dan terjerumus dalam lumpur kekecewaan. Cinta yang hanya dipahami sebagai sebuah alat untuk mendapatkan kepuasan jasmani tentu membuat kita mudah untuk tunduk dan diperbudak oleh kekuatan cinta itu sendiri. Ketika kita mampu melepaskan diri dari keterikatan emosional yang dibangun oleh cinta, tentu kita akan cenderung lebih ikhlas dan tulus dalam mencintai. Ketiadaan pengharapan dan keinginan terhadap orang yang dicintai, membuat kita terhindar dari lubang kekecewaan yang ditimbulkannya.

Daftar Pustaka

Faiz, Fahrudiin. "Ngaji Filsafat 141: Filsafat Cinta -Plato" Youtube, diunggah oleh MJS Channel, 11 Februari 2019, https://www.youtube.com/watch?v=2Rqj18wHw7w&t=5736s

Hadi, Abdul. "Mengenal Cinta Platonik: Definisi dan Karakteristiknya." Tirto.id, 30 Januari 2021, https://tirto.id/mengenal-cinta-platonik-definisi-dan-karakteristiknya-f9LN.

Kurniawan, Trio. 2020. "Filsafat Cinta" Landak: Betang Filsafat.

Pakpahan, Binsar Jonathan. "PERINTAH MENCINTAI SESAMA: Memahami Filosofi Cinta dalam Konteks Keberagaman Dunia Postmodern."

Wariati, Ni Luh Gede. 2019. "Cinta Dalam Bingkai Filsafat" Denpasar: Jurnal Sanjiwani, Vol. X. No. 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun