Dalam Phaedrus dijelaskan bahwa karakteristik dari platonic love adalah cinta yang tanpa memiliki keterikatan emosional. Suatu hal yang membuat cinta jenis ini menarik yaitu pandangan bahwa lebih baik mencintai seseorang yang tidak mencintai kita atau tanpa menghiraukan cintanya kepada kita. Karena dengan tidak mempedulikan hal tersebut, tentunya membuat kita terbebas dari keterikatan emosional. Cinta dengan keterikatan emosional akan membawa seseorang ke arah pengharapan dan keinginan.Â
Pengharapan dan keinginan inilah yang justru akan mengarahkan pelakunya kedalam jurang kekecewaan. Dengan adanya suatu pengharapan dan keinginan, tentu akan muncul ekspektasi kepada seseorang yang dicintai, dan ketika ekspektasi tersebut tidak sesuai, hal inilah yang membuat cinta dapat melahirkan kepedihan dan penderitaan bagi pelakunya.
Cinta dalam keterikatan emosional menggiring pelakunya menjadi bodoh dan menjijikan, cinta jenis ini digambarkan dengan cintanya serigala terhadap domba, yang bersifat membelenggu. Karena sedalam apapun cinta serigala terhadap domba, serigala tetaplah serigala yang ketika lapar akan melahap domba. Dari gambaran seekor serigala dan domba tersebut, dapat kita lihat bagaimana cinta sejatinya adalah sesuatu yang tak terikat oleh hasrat, bagaimanapun cara kita mempertahankan keterikan tersebut, justru akan menyakitkan. Oleh karena itu, penting bagi domba untuk keluar dan lepas dari belenggu cinta tersebut.
Cinta pada dasarnya merupakan sebuah keindahan dan dapat melahirkan sebuah keindahan pula. Cinta adalah sesuatu yang fitrah sekaligus anugerah yang diberikan oleh ilahi, sehingga sejak dari manusia dilahirkan, terdapat cinta dalam dirinya. Namun disamping itu, cinta dapat menjadi sesuatu yang sangat berbahaya jika dipahami secara keliru. Dapat kita lihat begitu banyaknya permasalahan yang timbul akibat dilandasi oleh cinta yang salah.
Cinta seolah dijadikan alat untuk memperbudak dan diperbudak. Tanpa dilandasi oleh pemikiran yang sehat, tentu akan mudah bagi seseorang untuk jatuh dan terjerumus dalam lumpur kekecewaan. Cinta yang hanya dipahami sebagai sebuah alat untuk mendapatkan kepuasan jasmani tentu membuat kita mudah untuk tunduk dan diperbudak oleh kekuatan cinta itu sendiri. Ketika kita mampu melepaskan diri dari keterikatan emosional yang dibangun oleh cinta, tentu kita akan cenderung lebih ikhlas dan tulus dalam mencintai. Ketiadaan pengharapan dan keinginan terhadap orang yang dicintai, membuat kita terhindar dari lubang kekecewaan yang ditimbulkannya.
Daftar Pustaka
Faiz, Fahrudiin. "Ngaji Filsafat 141: Filsafat Cinta -Plato" Youtube, diunggah oleh MJS Channel, 11 Februari 2019, https://www.youtube.com/watch?v=2Rqj18wHw7w&t=5736s
Hadi, Abdul. "Mengenal Cinta Platonik: Definisi dan Karakteristiknya." Tirto.id, 30 Januari 2021, https://tirto.id/mengenal-cinta-platonik-definisi-dan-karakteristiknya-f9LN.
Kurniawan, Trio. 2020. "Filsafat Cinta" Landak: Betang Filsafat.
Pakpahan, Binsar Jonathan. "PERINTAH MENCINTAI SESAMA: Memahami Filosofi Cinta dalam Konteks Keberagaman Dunia Postmodern."
Wariati, Ni Luh Gede. 2019. "Cinta Dalam Bingkai Filsafat" Denpasar: Jurnal Sanjiwani, Vol. X. No. 2.