Mohon tunggu...
Muhammad Harkim Novridho
Muhammad Harkim Novridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Masa Lalu dan Masa Depan Itu Tidak Ada, Kenapa Harus Pusing?

8 Agustus 2022   18:53 Diperbarui: 8 Agustus 2022   19:00 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam proses kehidupannya, manusia seolah selalu terikat dalam dimensi konsep waktu yang telah ia rancang sendiri. Istilah overthinking saat ini telah menjadi virus yang mewabah dalam kehidupan manusia, terkhusus bagi kalangan muda. 

Tentu saja hal ini akan memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan kehidupannya. Tak dapat kita pungkiri masa lalu dan masa depan merupakan dua dimensi waktu yang menjadi penyebab utama dari masalah ini. 

Kalangan muda saat ini cenderung selalu saja dibelenggu oleh euforia yang telah terjadi dimasa lalu atau mereka sebut dengan istilah kenangan, dan juga terlampau berpikir keras hingga bahkan khawatir tentang kejadian yang akan menimpanya pada dimensi waktu selanjutnya atau dikenal dengan istilah masa depan.

Manusia seolah dipaksa percaya akan adanya konsep yang ia rancang sendiri di kepala tentang masa lalu dan masa depan. Baginya masa lalu merupakan dimensi waktu yang terjadi sebelum saat ini, setahun yang lalu, sebulan yang lalu, seminggu yang lalu, sehari yang lalu, atau bahkan sedetik yang lalu, semua ini mereka sebut dengan masa lalu. 

Dalam perjalanan kehidupannya, tak sedikit dari manusia yang seolah diikat bahkan dibelenggu dalam dimensi waktu yang satu ini. Banyak dari mereka yang kemudian menyesali kejadian yang telah ia perbuat dalam dimensi masa lalu tersebut. 

"andai saja aku tak melakukan itu, andai saja aku melakukan lebih baik saat itu..." dan kalimat-kalimat penyesalan lainnya, seolah timbul dan membelenggu pemikiran manusia. Sehingga, dalam langkahnya mengarungi kehidupan manusia cenderung akan dihantui oleh rasa takut atas kejadian yang terjadi dimasa lalu dan melupakan sesuatu yang benar-benar nyata yaitu masa sekarang.

Selain masa lalu, masa depan merupakan suatu dimensi waktu yang seolah selalu menjadi hal yang takutkan dan dikhawatirkan oleh manusia, terkhusus permasalahan besar bagi kalangan muda saat ini. Tentu saja, tak ada manusia normal yang ingin hidupnya sensara dimasa depan. 

Manusia akan selalu berusaha untuk menyusun rencananya dikepala agar memperoleh masa depan yang baik. Konsep mimpi merupakan produk dan bukti bagaimana manusia seolah selalu didesain untuk mengharapkan hal-hal baik yang ingin mereka raih dimasa depan.

Pertengahan malam selalu menjadi waktu yang tepat bagi kebanyakan kalangan muda saat ini untuk merenung memikirkan hingga mengkhawatirkan perkara masa depan yang akan ia hadapi, atau dikenal dengan istilah overthinking. 

Namun kegiatan ini cenderung memberikan banyak dampak negatif bagi kehidupan manusia, manusia yang terlalu mengkhawatirkan masa depan akan sulit untuk dapat menikmati waktu yang benar-benar ada yaitu waktu sekarang. Sehingga melupakan dan menghambat berjalannya waktu yang sekarang sedang dihadapi.

Kemudian timbul pertanyaan, masa lalu dan masa depan yang selalu menjadi momok ini, apakah benar-benar ada atau hanya sekedar konsep ilusi yang dibangun oleh pikiran manusia?. Jika kita melihat dari kacamata berbeda, tanpa disadari kedua dimensi waktu ini tidaklah benar-benar ada, melainkan hanya sebuah konsep yang dibangun oleh manusia dan bukan suatu realita yang sedang terjadi. 

Namun ironis sekali ketika banyak manusia yang terlalu mengkhawatirkan masa depannya dan tak dapat bangkit dari masa lalunya hingga akhirnya beberapa dari mereka memilih untuk mengakhiri kehidupan yang ia jalani.

Namun tetap saja manusia seolah ditipu dan tidak menyadari akan hal ini. Hidup bukan tentang masa lalu ataupun masa depan, tetapi tentang masa kini dan detik ini. Tak ada gunanya membelenggu dan memenjarakan pikiran hanya kepada sesuatu yang telah lalu dan sesuatu yang belum tentu akan terjadi. 

Terjebak dimasa lalu dan menerka-nerka sesuatu yang akan terjadi dimasa depan terkadang menjadi satu hal penghambat manusia untuk dapat maju dan menikmati hidup. 

Begitu banyak orang diluar sana yang terlalu memporsir kehidupannya pada pekerjaan yang ia geluti, tujuannya tak lain untuk mendapatkan uang sebagai bekal mereka dimasa depan. Hingga ia lupa akan kesehatan tubuhnya dan juga lupa untuk menikmati kehidupan dengan menyingkirkan sejenak kesibukkannya dan kemudian berlibur.

Banyak dari manusia saat ini yang terlalu mengkhawatirkan masa depannya, hingga lupa untuk fokus menikmati setiap detik yang ada. Mereka cenderung menggantungkan kebahagiaan hanya pada hal-hal yang bersifat condong untuk kebahagiaan dimasa depan, hingga lupa untuk bahagia diwaktu sekarang. 

Terkadang kita harus berkaca kepada anak-anak, bagaimana bisa mereka dapat menikmati hidup tanpa merasakan kekhawatiran tentang sesuatu yang terjadi dimasa depan. Atau dengan berkaca melihat binatang, mereka tidak mengenal kedua konsep dimensi waktu ini. Akan tetapi, mereka dapat melewati kehidupannya dengan kesigapan yang selalu konstan.

Dari kedua hal tersebut, menjadi satu pembelajaran serta tamparan yang keras bagi kita yang selalu terjebak dengan konsep yang kita bangun sendiri tentang masa depan dan masa lalu. Kita selalu ditipu, diikat, dan dibelenggu olehnya, sehingga kita lupa akan sesuatu realita yang ada yaitu masa sekarang. 

Kenapa kita harus tenggelam dalam romansa masa lalu dan menghabisan waktu untuk memikirkan masa depan. Bukankah yang lalu telah berlalu dan yang akan datang belum terjadi. 

Untuk itu hanya masa sekarang lah suatu realita yang benar-benar terjadi, maka fokus lah pada sesuatu yang terjadi sekarang, lakukanlah yang terbaik pada hal-hal yang terjadi didetik ini dan mengalir menikmati kehidupan disetiap detiknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun