Sob! Kalau setiap perusahaan mensyaratkan calon pelamar yang berasal dari lulusan perguruan tinggi terkemuka akan di terima di perusahaan mereka. Pasti! sudah banyak lulusan UI, UGM, ITB yang tidak perlu menganggur setelah mereka wisuda, perusahaan-perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk memperkerjakan para ahli psikologis di divisi HRD mereka.
Kenyataannya! data statistik BPS tahun 2016 mencatat sekitar 695 ribu sarjana dari seluruh perguruan tinggi yang menganggur di Indonesia termasuk disana lulusan dari UI,UGM dan ITB. Bahkan jumlah tersebut mengalami peningkatan sebanyak 20% dari tahun 2015.Â
Jadi sebenarnya perusahaan tempat kamu akan melamar pekerjaan tidak melihat apa warna almamater yang kamu pakai, tapi yang mereka lihat adalah kemampuanmu, layak atau tidak bekerja dengan mereka.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edy Suandi Hamid mengatakan; "Banyaknya pengangguran tersebut bisa jadi karena rendahnya kompetensi dan minimnya soft skills yang dimiliki oleh calon tenaga kerja sehingga alokasi lapangan pekerjaan tidak sepenuhnya terpenuhi. Selain itu juga masih melekatnya mentalitas untuk mencari pekerjaan ketimbang menciptakan pekerjaan sendiri,"
Mentalitas untuk menjadi pekerja daripada menciptakan pekerjaan sendiri masih melekat kuat dalam diri generasi millenial saat ini.Â
Sangat disayangkan sebenarnya potensi yang kita miliki tidak dapat di salurkan menjadi sebuah lapangan kerja baru. Sebagai bagian dari generasi itu, walaupun aku belum menciptakan perubahan setidaknya aku harus menyuarakan perubahan minimal di generasi se-angkatanku ataupun yang berada di bawahku.
Berkuliah lah sesuai kebutuhan! jadilah agen of change yang benar-benar menciptakan sebuah perubahan. Jangan terlalu berharap dengan warna almamater apa yang harus kamu pakai nanti, tapi berjuanglah untuk memberikan warna pada almamater yang kamu pakai.
"Be the change that you want to see in the world"Â
~Mahatma Gandhi
punya-potensi-besar-mahasiswa-ri-butuh-dukungan-grqwoxlaji-59b3e3e308e6ba53201fccd2.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H