PENDAHULUAN
Audit investigasi, baik dalam konteks umum maupun perpajakan, memainkan peranan penting dalam menjaga integritas sistem keuangan dan memastikan pematuhiannya terhadap regulasi yang berlaku. Dalam dunia audit, penggunaan metode yang tepat sangat menentukan hasil temuan dan penilaian terhadap suatu entitas. Dengan menggunakan pendekatan Transendental Kantian, artikel ini akan membahas metoda audit investigasi melalui lensa kategori 4:12 Kantian, yaitu Quantity, Quality, Relation, dan Modality. Melalui pemahaman ini, kita dapat menemukan berbagai judgements dan kategorisasi dalam rangka mendapatkan temuan audit yang substansial.
WHAT ?
Apa itu Audit Investigasi ?
Audit investigasi adalah proses pemeriksaan yang dilakukan untuk menemukan, mengidentifikasi, dan menganalisis kecurangan, penyimpangan, ataupun ketidakpatuhan dalam laporan keuangan atau laporan pajak. Audit ini dapat dilakukan dalam konteks umum (audit keuangan, kepatuhan, operasional) maupun spesifik terkait perpajakan, yang bertujuan untuk memastikan keakuratan, kepatuhan terhadap peraturan, dan transparansi informasi yang disajikan oleh entitas.
Apa itu Trans Substansi ?
"Trans substansi" mengacu pada perubahan atau inovasi dalam model audit yang dilakukan dengan pendekatan sistematis dan mendalam. Dalam konteks ini, itu mencakup penggunaan metode Transendental Kantian untuk mengkaji berbagai aspek dari informasi akuntansi dan perpajakan yang diperoleh selama audit. Pendekatan ini bertujuan untuk mengevaluasi serta memahami fenomena yang muncul dalam praktik audit dengan menggunakan prinsip-prinsip yang diusulkan oleh filsuf Immanuel Kant.
Apa itu Metode 4:12 Kategori Transendental Kantian ?
Metode 4:12 yang diambil dari istilah Kantian melibatkan empat kategori yang terstruktur baik untuk menemukan dan mengkategorikan temuan audit. Kategori-kategori ini adalah:
- Quantity: Terdiri dari universal, particular, singular. Ini berkaitan dengan ruang lingkup pemeriksaan audit yang mencakup berbagai entitas, konteks, dan situasi.
- Quality: Meliputi affirmative, negative, infinite. Terkait dengan penilaian keabsahan informasi dan dokumen yang disajikan selama audit.
- Relation: Terdapat categorical, hypothetical, dan disjunctive. Ini menggambarkan hubungan antara proposisi yang berbeda dalam hasil audit serta pengaruh satu faktor terhadap yang lain.
- Modality: Mengandung problematic, assertoric, dan apodictic. Kategori ini berkaitan dengan tingkat kepastian yang dapat dijamin oleh auditor berdasarkan bukti yang ada.
WHY ?
Kenapa diperlukannya Audit Investigasi Umum dan Perpajakan: Trans Substansi Metode 4:12 Kategori Transendental Kantian ?
Audit investigasi umum dan perpajakan yang menggunakan Trans Substansi Metode 4:12 Kategori Transendental Kantian sangat penting dalam memastikan keadilan, kualitas, dan akuntabilitas dalam proses audit. Pendekatan ini memberikan auditor kerangka sistematis yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi masalah dengan lebih efektif, merespon dengan tepat terhadap potensi pelanggaran, dan ultimately, mendukung integritas sistem perpajakan dan laporan keuangan. Berikut untuk penjelasannya :
1. Kategori Quantity
Kategorisasi dalam hal quantity berfungsi untuk menentukan ruang lingkup pemeriksaan audit. Dalam konteks audit investigasi, kategori quantity terbagi menjadi tiga: Universal, Particular, dan Singular.
1.1 Universal
Dalam kategori ini, auditor harus dapat menentukan prinsip-prinsip umum yang berlaku untuk semua kasus audit. Sebagai contoh, semua entitas yang terdaftar wajib mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku. Oleh karena itu, auditor harus memiliki pemahaman yang kuat tentang peraturan pajak yang berlaku secara universal.
1.2 Particular
Pada level ini, auditor mempertimbangkan keunikan dari setiap entitas yang diaudit. Misalnya, dalam audit perusahaan multinasional, auditor harus memahami peraturan pajak yang berbeda di masing-masing negara tempat perusahaan beroperasi.
1.3 Singular
Kategorisasi singular merujuk kepada satu kasus spesifik. Misalnya, ketika auditor menemukan adanya kecurangan dalam laporan keuangan suatu perusahaan, auditor harus menganalisis detail spesifik dari kecurangan tersebut untuk memahami dampaknya pada kewajiban perpajakan perusahaan.
2. Kategori Quality
Kategori quality dalam audit memungkinkan auditor untuk menilai kualitas informasi yang diperoleh. Terdapat tiga sub-kategori: Affirmative, Negative, dan Infinite.
2.1 Affirmative
Dalam konteks audit ini, auditor positif terhadap keabsahan dokumen-dokumen dan bukti-bukti yang disajikan. Misalnya, auditor harus mengonfirmasi bahwa semua dokumen transaksi valid dan sesuai dengan data yang tercatat.
2.2 Negative
Sebaliknya, kategori ini menegaskan bahwa ada sesuatu yang tidak benar. Dalam hal ini, auditor harus dapat menunjukkan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam laporan keuangan atau pelaporan pajak. Ini bisa mencakup ketidakakuratan dalam pelaporan pendapatan atau pengeluaran.
2.3 Infinite
Dalam konteks audit, kategori infinite menyiratkan kemungkinan kondisi yang tidak terbatas. Auditor harus menilai bahwa ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi temuan audit, dan setiap faktor tersebut bisa memiliki konsekuensi yang berbeda pada kewajiban perpajakan.Â
3. Kategori Relation
Dalam kategori relation, auditor mempertimbangkan hubungan antara proposisi yang berbeda. Terdapat tiga jenis hubungan: Categorical, Hypothetical, dan Disjunctive.
3.1 Categorical
Pada level ini, auditor mengidentifikasi hubungan yang pasti antara pernyataan tanpa syarat. Misalnya, semua transaksi yang tidak dilaporkan akan mengakibatkan penalti pajak.
3.2 Hypothetical
Kategori ini mengandaikan potensi hasil berdasarkan kondisi tertentu. Misalnya, jika individu atau perusahaan berusaha menghindari pajak dengan cara manipulatif, keadaan ini tentu akan memicu audit yang lebih mendalam.
3.3 Disjunctive
Dalam kategori ini, auditor harus menilai dua atau lebih kemungkinan hasil dari suatu situasi. Misalnya, jika ditemukan pengurangan penghasilan yang tidak wajar, auditor dapat bertanya: Apakah ini hasil dari pengelakan pajak, ataukah ada penjelasan yang valid?Â
4. Kategori Modality
Kategori modality berkaitan dengan validitas dan kepastian dari proposisi yang diajukan oleh auditor. Terdapat tiga jenis modality: Problematic, Assertoric, dan Apodictic.
4.1 Problematic
Dalam kategori ini, auditor menyatakan bahwa informasi yang didapat memiliki ketidakpastian. Misalnya, ketiadaan informasi yang jelas dapat menyebabkan auditor tidak bisa memberikan jaminan penuh pada laporan perpajakan yang diaudit.
4.2 Assertoric
Dalam kategori assertoric, auditor lebih percaya diri dengan temuan mereka. Misalnya, jika auditor menemukan cukup bukti yang mendukung kecurangan pajak, mereka bisa mengeluarkan laporan yang meyakinkan mengenai kewajiban perpajakan perusahaan.
4.3 Apodictic
Tingkat tertinggi dari kepastian adalah apodictic, di mana auditor sangat yakin bahwa kesimpulan yang diambil adalah benar. Ini biasanya terjadi ketika semua bukti diperoleh dan tidak ada keraguan mengenai keabsahan laporan keuangan dan kepatuhan pajak yang dinyatakan. Gambar 4 menggambarkan tahapan dari problematic hingga apodictic dalam audit.
HOW ?
Bagaimana Penerapan Audit Investigasi Umum dan Perpajakan: Trans Substansi Metode 4:12 Kategori Transendental Kantian ?
Penerapan metode Trans Substansi Metode 4:12 Kategori Transendental Kantian memberikan kerangka sistematis bagi auditor untuk menganalisis dan mengevaluasi dengan lebih efektif. Berikut adalah langkah-langkah penerapan dari setiap kategori:
1. Kategori Quantity
Penerapan kategori quantity dalam audit investigasi berfungsi untuk memahami konteks dan ruang lingkup audit, yang dibagi menjadi tiga sub-kategori: Universal, Particular, dan Singular.
1.1 Universal
Auditor harus menentukan prinsip-prinsip umum yang berlaku untuk semua entitas. Ini melibatkan pemahaman regulasi perpajakan yang berlaku secara global dan nasional. Misalnya, auditor bisa menggunakan pedoman seperti Konvensi Perpajakan atau UU Pajak yang berlaku, dan membuat pemetaan terhadap semua entitas yang diaudit untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan ini.
Praktik:
- Membuat daftar peraturan pajak yang relevan yang harus diterapkan secara universal.
- Memastikan bahwa semua entitas yang diperiksa mengikuti standar perpajakan tersebut.
1.2 Particular
Auditor harus mendalami keunikan masing-masing entitas. Dalam audit perusahaan multinasional, misalnya, auditor harus memahami peraturan pajak di negara-negara yang berbeda.
Praktik:
- Melakukan analisis peraturan pajak negara tempat perusahaan beroperasi.
- Mengidentifikasi perbedaan dalam perlakuan hukum perpajakan yang mungkin mempengaruhi laporan keuangan.
1.3 Singular
Pada fase ini, auditor fokus kepada temuan khusus dari setiap kasus audit. Jika terjadi kecurangan, auditor perlu melakukan evaluasi mendalam untuk memahami implikasi dari temuan tersebut.
Praktik:
- Mengumpulkan bukti spesifik mengenai kecurangan yang ditemukan.
- Menganalisis konsekuensi kecurangan dalam konteks kewajiban perpajakan yang mungkin muncul.
2. Kategori Quality
Penerapan kategori quality mengharuskan auditor untuk mengevaluasi kualitas informasi yang diperoleh, membagi informasi menjadi tiga sub-kategori: Affirmative, Negative, dan Infinite.
2.1 Affirmative
Auditor harus mengonfirmasi keabsahan dokumen dan bukti yang dihadirkan.
Praktik:
- Menyusun checklist untuk memverifikasi kevalidan setiap dokumen yang disajikan.
- Melakukan verifikasi silang dengan sumber yang berbeda.
2.2 Negative
Auditor harus menonjolkan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam laporan.
Praktik:
- Menggali lebih dalam pada laporan keuangan yang tampak tidak konsisten.
- Menggunakan teknik analisis rasio untuk mengidentifikasi potensi kesalahan.
2.3 Infinite
Auditor harus siap untuk mempertimbangkan banyak variabel yang dapat mempengaruhi audit.
Praktik:
- Melakukan analisis yang mempertimbangkan berbagai kemungkinan hasil berdasarkan data yang tidak lengkap.
- Membuat simulasi untuk memahami dampak dari berbagai skenario yang mungkin terjadi di masa depan.
3. Kategori Relation
Dalam kategori relation, auditor mempertimbangkan hubungan antara berbagai proposisi dalam audit. Tiga jenis hubungan ini---Categorical, Hypothetical, dan Disjunctive---memberikan panduan bagi auditor.
3.1 Categorical
Auditor harus mengidentifikasi hubungan yang pasti.
Praktik:
- Mengembangkan kategori-kategori pada setiap transaksi yang mempengaruhi kewajiban perpajakan.
3.2 Hypothetical
Auditor perlu mempertimbangkan berbagai kemungkinan dari pernyataan atau tindakan tertentu.
Praktik:
- Mengembangkan skenario yang mempertimbangkan berbagai hasil dari tindakan tertentu oleh perusahaan.
3.3 Disjunctive
Mempertimbangkan dua atau lebih kemungkinan hasil dari suatu kasus.
Praktik:
- Merumuskan hipotesis alternatif yang menggambarkan bagaimana suatu temuan dapat mempunyai beberapa interpretasi atau dampak pajak.
4. Kategori Modality
Kategori modality menyangkut validitas dan kepastian informasi yang diperoleh, dibedakan menjadi Problematic, Assertoric, dan Apodictic.
4.1 Problematic
Auditor harus menyadari ketidakpastian dalam informasi.
Praktik:
- Menyusun catatan bahwa beberapa informasi mungkin perlu diperiksa lebih lanjut sebelum dibuat kesimpulan akhir.
- Mengomentari area di mana bukti tidak cukup mendukung kesimpulan yang kuat.
4.2 Assertoric
Auditor perlu percaya pada temuan yang mendukung keputusan.
Praktik:
- Membangun kepercayaan diri pada hasil yang memiliki banyak bukti mendukung.
- Memastikan bahwa laporan jelas dan otomatis menekankan data dukungan yang relevan.
4.3 Apodictic
Pengevaluasian untuk memastikan bahwa semua bukti menunjuk pada kesimpulan yang benar.
Praktik:
- Mengadakan review akhir dari temuan audit sebelum laporan disusun untuk memastikan tidak ada keraguan mengenai kesimpulan yang diambil.
- Menggunakan metode triangulasi untuk memvalidasi data dari tiga atau lebih sumber independen.
KESIMPULAN
Melalui pemahaman empat kategori 4:12 dalam konteks audit investigasi umum dan perpajakan menggunakan pendekatan istilah Kantian, kita dapat memetakan proses audit yang lebih terstruktur dan sistematis. Kategori Quantity memberikan ruang lingkup yang jelas dalam penilaian entitas. Di sisi lain, kategori Quality menilai validitas informasi yang diperoleh, sementara kategori Relation membantu auditor menganalisis hubungan antara berbagai variabel dalam audit. Akhirnya, kategori Modality memberikan dasar untuk menilai kepastian temuan audit.
Dengan pendekatan tersebut, auditor dapat memperoleh judgment dan kategorisasi yang jelas dan akurat, sehingga dapat memberikan rekomendasi yang lebih baik dalam hal kepatuhan perpajakan dan integritas laporan keuangan. Pendekatan ini tidak hanya membantu auditor mencapai hasil yang lebih baik tetapi juga memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem perpajakan dan laporan keuangan.
REFERENSI
- Kant, Immanuel. The Critique of Pure Reason. Diterjemahkan oleh JMD Meiklejhon. New York: Prometheus Books, 1990.
- Modul K11_AUDIT INVESTIGASI UMUM DAN PERPAJAKAN,TRANS SUBSTANSI,METODE 4:12 KATEGORI TRANSENDENTAL KANTIAN_Bapak Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG
- Undang-undang No. 7 tahun 2021 Harmonisasi Peraturan  Perpajakan
- Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pengawasan dan Pengendalian atas Penyelenggaraan Negara
- Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik Nomor 14 Tahun 2008
- Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 177/PMK.03/2022 Tata Cara Pemeriksaan Bukti permulaan tindak pidana dibidang perpajakan
- Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak
- SE-65/PJ/2013 Pedoman Penggunaan metode dan Teknik Pemeriksaan
- Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Immanuel_Kant
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI