Mohon tunggu...
Muh. Hanafi
Muh. Hanafi Mohon Tunggu... Guru - Abdi Negara

Pengawas Madrasah Tingkat MA, Fasda Numerasi dan AlQur'an Hadist, Fasilitator IKM, Instruktur Visitasi Pelatihan Tindak Lanjut Hasil AKMI 2023, Penggerak Moderasi Beragama, Karya yang telah dipublikasikan : 1 buah Buku Referensi "Keajaiban Think Pair And Share pada Pembelajaran Al-Qur'an Hadist", 2 buah Jurnal pada At-Taklim STAI An-Nadwah KTL dan PEJ FTK UIN STS Jambi. Hope winner on cross cultural religious literacy competition "Developing Student Activity Program" Institut Leimena Jakarta Tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjadi Santri Dulu dan Kini

24 Desember 2022   23:12 Diperbarui: 25 Desember 2022   00:03 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan deras dari subuh hari Sabtu, 22 Oktober 2022, dengan memakai mantel hujan saya tetap terjang derasnya air hujan pagi itu. Jam telah menunjukkan pukul 06.40 WIB, 20 menit lagi pukul 07.00 WIB. Saya harus sudah sampai ke sekolah sebelum pukul 07.00 WIB, karena akan absen penjer print dan Scan Foto separu badan untuk Absensi Smart ASN tidak boleh lebih dari pukul 07.00 WIB, karena dianggap terlambat. Alhamdulillah sudah sampai.

Pagi itu setelah absensi kehadiran di sekolah, kami diperintahkan Kepala Sekolah untuk mengikuti upacara dalam rangka Hari Santri 2022 di Alun-alun Kota. Nanti disana akan bergabung dengan seluruh Dinas, kantor, sekolah dan seluruh utusan Pondok Pesantren sekabupaten kami.

Pakaian yang kami pakaipun berciri khas santri, yang laki-laki memakai sarung putih, koko putih, peci putih. Yang perempuan busana muslimah baju kurung, rok dan jilbab panjang putih.

Hujan belum juga reda, kami dan para guru menantikan redanya hujan. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Telah satu jam kami dalam penantian untuk menunggu redanya hujan.

"Ayo Bapak Ibu siap-siap" kata Ibu Kepala Sekolah. Hujan ternyata telah mulai reda, sepertinya langit mulai cerah dan yang menarik pagi itu muncul pelangi. Indah sekali. Bergegas kami dan para guru untuk menuju ke alun-alun kota.

Sampai disana, ternyata sudah ramai sekali. Meski hujan baru reda, tidak menyurutkan semangat para peserta upacara untuk mengikuti upacara dalam rangka hari santri. Pagi itulah saya baru tahu, ternyata banyak pesantren di kabupaten kami. Barisan santri berjejer putih-putih. Yang santri putri anggun bak bidadari, dan yang santri putra nampak sekali gagah berwibawa. Calon asatidz dan asatidzah generasi akan datang, gumam saya waktu itu.

Upacara telah dimulai, bertindak sebagai pembina upacara langsung Bupati kami. Bupati sekaligus juga santri, beliau adalah mantan dosen Universitas Islam Negeri dan pengajar/Mudir Madrasah di pondok pesantren. Pesantrennya diasuh oleh adeknya paling bungsu. Di pesantrennya ada banyak tingkatan sekolah. dari Ibtidaiyah, Tsanawiyah, I'dad Lughawi sampai tingkatan Aliyah. Kemudian beliau Ikut Pilkada dan terpilih. 

Begitu khidmat kami mengikuti upacara hari itu bersama para santri. Setelah upacara ditutup dengan pawai  defile memperkenalkan  utusan rombongan dari berbagai pesantren di kabupaten kami.

Santri ujung tombak moderasi Islam

Di dalam Al-Qur'an Surah Al-Anbiya' ayat 107, Allah Subhanahu Wata'ala berfirman "dan Tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam". Dari ayat ini mempertegas bahwa pendidikan Islam itu rahmat bagi semua. Pesantren sebagai wadah moderasi beragama bukan moderasi agama. Jangan salah dalam membaca dan memahaminya. Pesantren memberikan pembelajaran akan nilai hidup humanisme, mengajarkan toleransi dalam beragama dan plurasime ketika di masyarakat. Ingatkah akan kisah bagaimana Rasulullah dan kaum muslimin merangkup keberagaman hidup berdampingan dengan kaum yahudi di Kota Yatsrib (sekarang Madinah). Sampai hari ini dikenal dengan piagam Madinah.

Pesantren juga dengan jati dirinya telah banyak melahirkan generasi-generasi yang cemerlang, karena kurikulumnya yang menyeimbangkan kompetensi intelektualnya, spritual, keterampilan dan yang utamanya adalah karakter mulia atau akhlak yang baik, yang pendidikannya lebih menekankan kwalitas mutu secara komprehensif.

Disisi lain pendidikan di pesantren mencetak kader ulama yang inteletual dan moderat. Diantaranya mereka diajarkan bahasa-bahasa dunia. Bahasa Arab dan bahasa Inggris adalah kewajiban mereka dalam percakapannya setiap hari. Hal ini diharapkan di kemudian hari mereka mampu bersaing dengan dunia global.

Menjadi Santri dulu dan kini

Presiden Joko Widodo melalui keputusannya Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan setiap tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Dengan adanya hari santri menjadi hari pengingat, hari  bersejarah, hari menghargai dan mengapresiasi sejarahnya para santri ikut berjuang, berjihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Kita diharapkan tidak melupakan jasa semua elemen bangsa ini, dimana mereka telah berjuang merebut negara ini dari cengkeraman penjajah. Maka patutlah kita syukuri kemerdekaan yang sekarang kita nikmati.

Santri hari ini berjuangnya tidak seperti mereka yang bersama pejuang membela tanah air, tapi santri hari ini adalah belajar dengan tekun dan giat, agar berilmu pengetahuan, tujuannya adalah untuk mengisi kemerdekaan yang diperjuangkan oleh mereka. Santri hari ini harus berpengetahuan yang mumpumi. agar bisa berkarya untuk bangsa ini. isi kemerdekaan dengan kekuatan berkolaborasi, menjaga akidah dan nilai-nilai kemurnian agama Islam yang bersumber Al-Qur'an dan Sunnah, serta keteguhan mengejawantahkan pengamalan pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan sehari-hari.

Maka santri hari ini, teruslah meng-upgrade dan mentransformasi diri agar bisa meneruskan para pendahulu santri yang telah berjuang bersama pejuang kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia yang tercinta ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun